expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>>

08 July 2016

Awas Vaksin Palsu!




Membahas isu vaksin seakan tiada habisnya. Beberapa tahun silam, bahasan mengenai halal haramnya vaksin membuat beberapa orang, khususnya para orang tua menjadi gundah gulana. Mereka dilema, apakah anak - anak mereka diberikan vaksinasi? atau percaya saja kepada zat lainnya yang akan melindungi tubuh ketika terserang bakteri.  Akibatnya penyakit - penyakit menular yang sebelumnya  ditemukan sudah berkurang tiba - tiba kembali melanda.


Bahkan kini, suatu kasus tiba - tiba merebak ke tengah masyakat. Vaksin Palsu kini beredar di masyarakat? benarkah?lalu apa yang mesti dilakukan?




Jumat 1 Juli 2016 lalu, saya dan beberapa orang teman blogger memenuhi undangan dari BPOM dan Sahabat Ibu untuk mengikuti diskusi dan bincang seru dengan tema "Informasi Terkini Terkait Vaksin Palsu". Ada 2 narasumber yang memberikan penjelasan mengenai vaksin palsu ini, Bapak Arustiyono, Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT, serta Ibu Riati Anggraini, Kepala Biro Hukum dan Humas BPOM.




Acara dibuka oleh ibu Dra. Reri Indriani, Sekretaris Utama BPOM RI. Dalam sambutannya ibu Reri mengharapkan blogger untuk menyebarkan informasi dan mengingatkan kita untuk selalu menjadi konsumen yang cerdas, tak gampang menelan informasi dan selalu mencari kebenaran dari informasi yang kita terima. Terkait dengan vaksin palsu ini, ibu Reri meminta agar masyarakat tidak perlu panik, karea pemerintah sudah menangani peredarannya.




Lalu vaksin apa saja yang dipalsukan? Dan bagaimana cara mereka memalsukannya?

Vaksin yang dipalsukan adalah vaksin untuk imunisasi lanjutan, bukan vaksin untuk imunisasi dasar. Dengan kata lain, vaksin yang dipalsukan adalah vaksin dengan nilai jual tinggi (baca:mahal) bukan vaksin dasar yang tersedia di fasilitas kesehatan pemerintah. Pelakunya tentu saja orang - orang kesehatan yang mengerti tentang obat - obatan.

Kalau dulu, metode pemalsuan vaksin dengan cara mengganti tanggal kadaluarsa dengan tanggal baru dan menjualnya ke berbagai fasilitas kesehatan. Namun kini, vaksin palsu tidak hanya diganti tanggal kadaluarsanya, namun juga diisikan bahan - bahan yang tidak pada tempatnya.




Mereka (baca:pelaku) memalsukan vaksin dengan cara mencampurkan antibiotik gentacimin dengan cairan infus, air,  dan menggunakannya sebagai material vaksin polio, Hep B, campak, tetanus dan BCG. Industri ini dilakukan di rumah loh, dengan kata lain menggunakan alat - alat yang ke-steril-annya diragukan. Saat ini, sudah 9 propinsi dan 37 titik yang sudah dipastikan telah menerima vaksin palsu ini.

Hih!kebayangkan bagaimana bahayanya vaksin palsu ini?Terlebih vaksin seharusnya disimpan dan dicampur di ruang steril dengan suhu 2 - 8 derajat celcius. Lalu jika digunakan pada industri rumahan, apakah hygienisnya dan steril? Belum lagi menurut pak Arustyono, kemasan vaksin yang digunakan oleh pelaku adalah kemasan yang didapat dari limbah medis. Ya Allah tega ya mereka...

Sebagai upaya pencegahan, sudah sepantasnya masyarakat peduli dengan kasus ini. Masyakarat juga harus tahu bagaimana perbedaan vaksin yang asli dengan vaksin yang palsu. Perlu perbandingan kemasan to kemasan untuk membuktikannya, namun beberapa hal berikut bisa dijadikan patokan apakah vaksin tersebut asli atau palsu ;
  1. Kemasan yang digunakan pada vaksin biasa terlihat lebih kasar, kotor dan jika menggunakan botol, botolnya tidak sebening botol baru.
  2. Vaksin asli hanya diproduksi oleh Biofarma
  3. Nomor batch atau nomor identitas vaksin pada kemasan palsu tidak jelas terbaca.
  4. Tidak ada tanda dot merah di kemasan (dot merah artinya obat dengan resep dokter).
  5. Warna Rubber Stoper berbeda (yang asli berwarna abu - abu)
  6. Tidak memiliki NIE (Nomor Ijin Edar) dari BPOM.
  7. Tidak memiliki tangga kadaluarsa.
  8. Harganya biasanya relatif lebih murah (namun ini tidak bisa dijadikan patokan).



BPOM dalam hal ini meminta masyarakat untuk sama - sama membantu mengawasi peredaran obat dan makanan, khususnya vaksin. Selanjutnya, BPOM bersama - sama Pemerintah berkerjasama untuk mengedukasi masyarakat dengan  memberi poster di setiap Puskesmas dan Posyandu.  

Ada Ibu Ayu Dyah yang ikutan bertanya mengenai peredaran vaksin palsu ini

Jika menemui hal yang mencurigakan, sila menghubungi  :





Update per 14 Juli
Kalau kemarin saat saya dan teman - teman blogger mengikuti acara seminar ini, pihak BPOM belum mau mengklarisifikasi fasilitas dan tenaga kesehatan mana saja yang terkait dengan peredaran vaksin palsu. Namun per hari ini, Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek bersama Kabareskrim Polri Ari Dono Sukmanto menyampaikan daftar 14 rumah sakit dan bidan yang menerima vaksin palsu kepada anggota Komisi IX DPR RI, Kamis, 12 Juli 2016. Keempat belas rumah sakit dan bidan itu paling banyak berlokasi di Kota Bekasi, Cikarang Kabupaten Bekasi, dan Jakarta. Penyedia vaksin palsu untuk keempat belas rumah sakit itu berasal dari Juanda, distributor dari CV Azka Media, perusahaan yang berdomisili di Bekasi. Adapun distributor CV Azka Media berinisial J kini telah ditangkap oleh polisi. Selengkapya baca di sini



















1 comment

  1. Vaksin palsu memang mencemaskan masyarakat apalagi kalau sudah berada di lingkungan kita. Kayaknya perlu waspada bagi ibu2 dan yang memiliki anak usia balita.

    ReplyDelete

Tanda sayang

© Cerita Keluarga Fauzi
Maira Gall