expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>>

30 November 2016

Mengenal Lebih Jauh Content Marketing Strategy di DigiPreneur Day






Di era digital saat ini, bisnis online memiliki pangsa pasar yang cukup menjanjikan. Dengan keterbatasan waktu untuk berbelanja,  jauhnya jarak tempuh untuk mendapatkan barang yang diinginkan, serta ketersediaan barang menjadi alasan bagi orang untuk memilih belanja secara online. 



Minggu 27 November 2016 lalu, untuk kedua kalinya saya menjejakkan kaki ke rumahnya para UKM di SMESCO, Jakarta. Tema yang diangkat kali ini berhubungan dengan para pelaku dunia digital. Smesco DigiPreneur Day diselenggarakan oleh Smesco bekerja sama dengan MB Communication – Indoblognet. Smesco Digipreneur Day merupakan event yang mempertemukan kalangan pebisnis untuk memperkenalkan digitalpreneur sebagai salah satu cara  mempromosikan UKM mereka melalui Smesco. Hingga saat ini terdapat  74.000 item produk yang dipasarkan secara retail melalui lembaga layanan pemasaran  Kementerian  Koperasi dan UKM. Selain itu, produk – produk yang ada bisa kita temui di smescotrade.com. 



Tema yang dibahas kali ini mengulas bagaimana membuat content digital yang menarik, bagaimana memasarkan produk secara online dan bagaimana membuat foto produk yang menarik perhatian pembeli. “Exploring The Content Marketing Strategy”, dengan narasumber Ibu Lisma D. Gumelar, pemilik Rumah Baju Ambu, Bpk. Derry Darmawan, Manager Bursa Sajadah Online, Bapak Edwin dari BangWin Consultant, Bpk. Bagus Rachman, Dir. Pengembangan dan Pemasaran LLP KUKM Smesco Rumahku dan  Sefa Firdaus,  Fotografer Profesional.



Rumah Baju Ambu

Ibu Lisma D Gumelar,  istri dari Deddy Gumelar atau yang akrab disapa Miing, tadinya adalah karyawan sebuah bank. Melihat pressure yang dihadapi sang istri, ditambah jam kerja yang tidak sesuai dengan pendapatan yang diterima, Ibu Lisma diminta sang suami untuk resign dari pekerjaannya dan konsentrasi mengurus anak. Setiap kali mengantar anak ke sekolah, para orang tua murid selalu menanyakan busana yang dikenakan ibu Lisma, timbul niat untuk membuka usaha di bidang fashion. Berawal dari kecintaannya mendesain  pakaian, Ibu Lisma mendirikan Rumah Baju Ambu pada tahun 2006.


Fashion yang dihasilkan Rumah Baju Ambu tidak khusus ditujukan untuk kaum muslim, tetapi bisa juga dipakai oleh siapapun yang tidak menggunakan hijab. Ibu Lisma memasarkan produknya langsung melalui rumah produksinya di Bandung, dan juga secara mobile.  Selain itu beliau juga memasarkan melalui pameran – pameran baik di dalam dan di luar negeri. Tidak ketinggalan, Ibu Lisma pun aktif di komunitas ikatan perancang busana muslim dan mendapat kesempatan untuk mengembangkan usahanya. 


Walaupun Rumah Baju Ambu tidak memiliki Outlet tersendiri, langganan ibu Lisma tersebar di Indonesia. Kebanyakan dari mereka mempunyai butik untuk dijual kembali. Awal – awal memasarkan produknya, Ibu Lisma juga memasarkan produknya melalui web. Namun beliau kecewa ketika suatu hari menemukan produknya dijiplak dan dijual di bawah harga jual. Padahal produk tersebut dibuat dengan detail kesulitan yang cukup tinggi.  Sejak itu beliau tidak lagi mengupload foto produknya secara online, terlebih karena pakaian yang dibuatnya tidak diproduksi secara massal.  Untuk saat ini, Ibu Lisma tetap memasarkan produknya melalui aplikasi chat seperti BBM dan WhatsApp. Namun tidak tertutup kemungkinan selanjutnya akan memasarkan kembali produknya melalui website.


Dengan bisnisnya ini ibu Lisma turut membantu membuka lapangan pekerja bagi lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Beliau memberdayakan ibu – ibu Rumah tangga untuk membantu usahanya. Saat ini terdapat 29 karyawan yang berada di Rumah Baju Ambu.




Bursa Sajadah

Narasumber berikutnya adalah Bpk. Derry Darmawan, Manager Bursa Sajadah online dari Bursa Sajadah. Bursa Sajadah adalah pusat perlengkapan haji, umroh dan toko oleh – oleh yang memiliki 8 cabang di 7 daerah di Indonesia. Bursa Sajadah berdiri sejak tahun 1998 dan hanya menjual produk – produknya secara offline. Di tahun 2015, Bursa Sajadah juga mulai memasarkan produk – produknya secara serius melalui online dengan membentuk tim khusus. Meski juga menjalankan bisnis secara online, Bursa Sajadah mengajak para pembelinya untuk datang mengunjungi toko. Mereka ingin pengunjung melihat katalog online namun untuk bertransaksi, pengunjung diharapkan datang langsung ke toko. Menurut Bapak Derry, masyarakat Indonesia lebih senang jika transaksi jualbeli dilakukan secara dua arah,  dimana butuh tanya jawab untuk memastikan produk. Demikian pula halnya dengan pembeli Bursa Sajadah.  Hampir 75% pembeli Bursa Sajadah bertransaksi melalui chat. 

Pak Derry  tidak ketinggalan memaparkan tips dan trik dalam menjalankan bisnis online ala Bursa Sajadah. Menurut Pak Derry, dalam memasarkan produk kita perlu konsistensi. Terutama dalam hal foto untuk produk. Pilihlah background yang sama dan senada, cantumkan deskripsi produk dengan jelas untuk memudahkan pembeli. Jangan lupa untuk menuliskan harga produk, lokasi toko, dan berikan cara pemesanan Sedangkan strategi lainnya bisa menggunakan facebook ads dan google adwords.





Digital Consulat Bersama Bang Edwin


Sesi berikutnya giliran Bapak Edwin SA,  Principal and Head of Consulting Bangwin Consulting yang juga memberikan sharing mengenai content marketing. Dimana content marketing sendiri merupakan cabang marketing yang berkembang setelah adanya marketing – marketing lainnya. Content marketing ini juga merupakan sebuah jawaban kebosanan orang – orang melihat iklan di online. Content yang menarik adalah hal yang terpenting agar produk bisa bersaing dengan produk lain.


Menurut Pak Edwin, toko online yang kita kelola sebaiknya juga dapat menawarkan solusi dan manfaat kepada para pengunjungnya. Bisa dengan cara memberikan tips dan trik menggunakan hijab, memilih bahan yang bagus, dan lainnya. Content juga dapat menjadi salah satu senjata sebuah toko online untuk memasarkan produk.




Lembaga Layanan Pemasaran KUKM Smesco Rumahku

Selanjutnya giliran Bapak Bagus Rahman, Dir Pengembangan dan Pemasaran  LLP UKM Smesco, menjelaskan bagaimana Smesco membantu para UKM. Saat ini Smesco memiliki 6 lantai yang digunakan sebagai ruang display. Lantai 3, 11, 12, dan 15 merupakan bagian dari pvailliun Propinsi. Lantai 1 dan 2 disebut Galeri Indonesia WOW! yang memiliki Co Working space yang dapat digunakan oleh siapun (UKM, Koperasi, Asossiasi dan lainnya). Hingga saat ini,  UKM online di Indonesia menurut bapak Bagus masih sangat sedikit. Menurut survey APJI, penjualan online terbanyak saat ini ada dibagian fashion.


Smesco pun mulai beralih ke online dengan hadirnya www.smescotrade.com yang selanjutnykan diharapkan bisa menjadi market place terbesar di Indonesia, bisa menjadi Alibaba nya Indonesia di  tahun 2021. Smescotrade mempunyai keunggulan karena mempunyai toko online dan offline. 

Di Smesco terdapat 8 kategori produk antara lain, furniture, kerajinan tangan, makanan dan minuman, tas dan sepatu, pakaian dan batik, spa dan herbal, perhiasan dan aksesoris, serta tenun dan songket. Ke depannya Smesco akan bekerja sama dengan komunitas organik, untuk menerima produk berbahan organik yang berasal dari Indonesia.







Photo Product Coaching

Di sesi terakhir ini, dibawakan oleh perempuan cantik yang juga seorang fotografer profesional, Sefa Firdaus. Mbak Sefa, begitu kerap ia disapa, menjelaskan bagaimana caranya menghasilkan sebuah foto produk yang bagus dan menarik untuk dilihat. Dalam penjualan online, foto memegang peranan penting dan berbicara banyak untuk menarik perhatian calon pembeli. Untuk itu foto yang dihasilkan tidak boleh foto yang biasa- biasa saja. Apa yang kita ingin perlihatkan atau ditonjolkan dari produk yang ingin kita jual.


Untuk menghasilkan foto produk yang bagus, perlu diperhatikan background yang ada (tidak mlulu harus putih, terkadang situasi real juga bisa menjadi background), penggunaan kamera (Kamera hp, mirrorless, DSLR) yang penting kita mengerti pemakaiannya. Selanjutnya lighting juga merupakan aspek yang cukup menentukan. Apakah menggunakan cahaya artificial ataupun cahaya matahari langsung, dapat dipastikan produk harus mendapat cahaya yang cukup. Perhatikan juga detail penunjang.




contoh produk yang dijadikan obyek foto




Setelah memotret, langkah selanjutnya adalah mengedit foto. Sah – sah saja kok jika sebuah foto diedit, agar foto semakin tampak cantik. Namun perlu diingat, editlah sewajarnya, jangan sampai mengedit foto warnanya jauh berbeda dari produk aslinya. 

















4 comments

  1. Duhh baca curhat bu Lisma yang contoh bajunya di "coy" rasanya sebel yah. Mana jualnya rendah banget mak :(

    Oia, nica share buat content marketingnya, nambah insight

    ReplyDelete
  2. Makasih ya mak :) jadi nambah ladang bacaan :D hehe

    ReplyDelete
  3. Duh sedih ya kalo ada yang menjiplak produk tanpa izin :(
    Hal paten ini masih saja jadi tantangan sekaligus permasalahan besar di Indonesia..

    ReplyDelete
  4. Nambah ilmu lagi dah, tulisannya juga sesuai dengan dunia yang saya geluti saat ini

    ReplyDelete

Tanda sayang

© Cerita Keluarga Fauzi
Maira Gall