expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>>

10 May 2017

#BeraniBicara Bersama SariWangi



Saya dibesarkan tanpa kedua orang tua kandung. Saat diusia sekolah, saya tinggal bersama nenek dan adik ibu. Banyak hal yang ingin saya ceritakan kepada nenek, tapi saya gak berani, takut membebani pikirannya. Saya kecil adalah anak yang serba ingin tahu, gak akan menyerah sebelum titik darah penghabisan. 



Namun ketika di Sekolah ada masalah, hanya Oom, adik Ibu yang saya percaya bisa menyelesaikan masalah saya. Dan entah mengapa beliau selalu peka, dan tahu kalau saya sedang mengalami kesulitan. Satu sore, saya melihat Om sedang menyeduh teh untuk menemaninya membaca sebuah kho phing hoo kesukaannya. Melihat saya berdiri tak jauh dari dapur, beliau memanggil saya untuk duduk di dekatnya. Oiya, saya dan Om hanya berselisih 10 tahun. Itu mungkin yang menjadikan kami cukup akrab, layaknya kakak adik.

“kamu kenapa, kok mukanya kusut begitu. Duduk sini yuk, kita ngeteh bareng. Sudah selesai baca Lima Sekawannya?seru gak?” Om saya membuka percakapan kami sore itu. Beliau bertanya tentang buku yang sedang saya baca, tentang serial Ksatria Baja Hitam yang tak sempat ditontonnya, dan tentang teman – teman saya di Sekolah. Hingga.... “gak tahu kenapa, tapi Dewi tiba – tiba ngedorong dan ngatain aku” ujar saya, menceritakan prilaku salah seorang teman di Sekolah. “Terus kamu bales?” tanya oom saya. Ya, siang itu ketika pulang sekolah, sebut saja Dewi, salah seorang teman SD saya, tidak menerima hasil pemilihan anggota tim cerdas cermat dan menyerang saya. Ia sempat mendorong dan memukul saya. Untunglah saya dapat menangkis dan membalas pukulannya. Dewipun mengancam akan mengadukan hal ini pada kakak. Jujur, awalnya saya sempat takut. Namun, Om saya menenangkan, dan memberi pengarahan apa yang harus saya lakukan jika ancaman Dewi terbukti esok hari. Om saya pun menjabarkan kemungkinan – kemungkinan yang terjadi esok hari. Piiuuuhhh.....untung saja saya #BeraniBicara dengan oom mengenai permasalahan ini. Kalau tidak, sudah pasti saya tidak berani masuk sekolah esok pagi.




Teman – teman pernah tidak mengalami kesulitan ketika ingin mengungkapkan sesuatu kepada keluarga?

Hasil survei SariWangi, sebuah produsen teh terkenal di Indonesia, mununjukkan bahwa tingkat keterbukaan keluarga Indonesia cenderung amat rendah. Beberapa responden malah menyatakan kalau mereka mencari topik yang mudah dan aman saja untuk dibicarakan. Dari hasil survei tersebut menyebutkan 8 dari 10 orang Indonesia gemar sekali ngobrol, tetapi topik yang dibahas pembicaraan yang ringan saja. 



Siang itu, Sariwangi dan Mommiesdaily mengundang para ibu untuk hadir di Kila Kila Resto yang berlokasi di SCBD, Jakarta. Hadir sebagai narasumber, psikolog kondang, mbak Ratih Ibrahim, Mona Ratuliu, brand ambassador SariWangi dan Bapak Johan Lie, Senior Brand Manager SariWangi.
MC Sisca Bekker membuka acara sore itu

Dalam sesinya, Mbak Ratih Ibrahim mengatakan, “Seringnya frekuensi bercerita tidak menjamin isi cerita, tidak selalu yang diceritakan merupakan ungkapan isi hati yang sebenarnya. 2 dari 3 responden menyatakan alasan kurangnya keterbukaan adalah menghindari konflik. Padahal pembicaraan yang mendalam di keluarga termasuk hal – hal yang sulit diungkapkan, dapat membangun relasi yang hangat dan intim, membuat keluarga lebih bahagia, bahkan mencegah depresi. Untuk itu dibutuhkan suasana yang nyaman dan santai sambil minum teh, yang berfungsi sebagai mediator dalam membangun suasana hangat dan nyaman agar individu lebih terbuka”.



Sebagai bentuk komitmen, SariWangi meluncurkan kampanye #BeraniBicara yang mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih berani mengungkapkan isi hatinya kepada keluarga. Diharapkan dengan adanya kampanye ini, keluarga Indonesia akan jauh lebih  harmonis melalui komunikasi yang efektif.



Hal ini senada dengan pernyataan Mona Ratuliu, Brand Ambassador SariWangi.  Menurutnya, fakta rendahnya keterbukaan dalam keluarga mendorong ia untuk selalu menjaga komunikasi dalam keluarga.  "Sebagai Ibu, saya sadar  memiliki peranan yang penting untuk terus menjaga kehangatan keluarga. Saya pun seringkali menemukan tantangan tersendiri untuk mengungkapkan isi hati atau membicarakan hal personal baik ke suami maupun anak – anak, terutama seputar pola asuh anak dan membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan. Momen minum teh biasanya saya jadikan sebagai waktu untuk berkumpul juga berbagi cerita termasuk membicarakan topik-topik yang sulit sekalipun. Dengan adanya kampanye #BeraniBicara dari SariWangi, saya lebih termotivasi untuk tidak hanya berani bicara isi hati tetapi juga mencari solusi akan tantangan – tantangan  yang dihadapi dalam keluarga.”


Lewat kampanye #BeraniBicara, SariWangi meluncurkan video kisah keluarga Mona di Digital yang berisi cerita – cerita  bagaimana Keluarga Mona Ratuliu #BeraniBicara untuk mencari solusi dalam permasalahan yang kerap kali dihadapi oleh Keluarga Indonesia, dengan ditemani secangkir teh.  Teman – teman sudah ada yang melihat videonya belum?



Dalam kesempatan yang sama, Bapak Johan Lie, Senior Brand Manager SariWangi juga menjelaskan, “Selama 40 tahun, SariWangi telah menjadi bagian dari budaya berbagi dalam keluarga Indonesia. Bercerita atau sharing dengan orang lain memang sudah menjadi kebiasaan di keluarga Indonesia, tetapi ternyata hasil riset kami menunjukkan setenagh responden hanya mau mengungkapkan topik yang mudah dan aman saja untuk dibicarakan sehingga keterbukaan keluarga Indonesia masih menjadi sebuah tantangan.”



Saya ingin, anak – anak saya, Fadly dan Fara pun seperti anak – anak dalam keluarga Mona, yang #BeraniBicara menyampaikan semua cerita dan permasalahan yang mereka temui. Karena di dalam keluarga, orang tua khususnya Ibu juga memiliki peran penting dalam  keluarga sebagai fasilitator untuk memulai percakapan. Ibu memiliki peran sebagai emotional supporter dalam memberikan dukungan dan kehangatan di keluarga. Peran Ibu juga untuk menciptakan suasana yang santai dan rileks, dengan bantuan segelas teh SariWangi yang mengandung teh berkualitas terbaik bagi keluarga Indonesia. Dibuat dari  Teh asli yang mengandung flavonoid dan theanin di dalamnya memberikan perasaan rileks, meningkatkan fokus, dan mengurangi stress.


Melalui kampanye #BeraniBicara, SariWangi percaya secangkir teh dapat hadir sebagai fasilitator bagi keluarga Indonesia dalam mengungkapkan isi hati dengan bertatap muka langsung, dapat membuat suasana menjadi lebih hangat dan tenang. 



Tidak ketinggalan, SariWangi juga mengajak masyarakat Indonesia untuk berbagi pengalaman atau cerita mereka di media sosial dengan menggunakan hastak #BeraniBicara.
“Semoga dengan kampanye #BeraniBicara, kami dapat membantu dan menginspirasi lebih banyak keluarga Indonesia untuk berani bicara dan mengungkapkan isi hati, untuk  membangun keharmonisan dalam keluarga Indonesia.”


Nah, bagaimana dengan kamu teman? Sudah lebih #BeraniBicara sekarang?
























No comments

Post a Comment

Tanda sayang

© Cerita Keluarga Fauzi
Maira Gall