expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>>

25 January 2017

San Remo, Pasta Lezat Numero Uno




Di rumah, salah satu menu favorit adalah olahan pasta. Biasanya saya membuat sajian pasta untuk sarapan, terkadang juga untuk bekal sekolah. Setiap kali tahu saya membuat pasta, Fadly bakalan buru – buru mandi, lalu bergegas ambil piring untuk sarapan. Tapi pernahkah teman – teman tahu bagaimana memilih pasta yang berkualitas?Saya pun demikian. Yang penting ramah di kantong dan anak-anak suka, saya gak terlalu pusing. Ternyata apa yang saya lakukan tidak sepenuhnya benar. Kita mesti memperhatikan bahan-bahan pembuat pasta, karena pasta yang dibuat dari bahan berkualitas tentunya sangat baik bagi tubuh, khususnya bagi ana-anak.

23 January 2017

Kolaborasi Brother dan Stabilo Menghadirkan Outer Kece


Salah satu perkataan almarhumah nenek yang saya ingat hingga saat ini adalah permintaan beliau agar saya belajar menjahit.  Beliau mengingatkan bahwa sebagai seorang perempuan,  selain memasaka, menjahit juga sebagai salah satu life skill untuk bertahan hidup. Suatu ketika pasangan hidup kita tiada atau tak mampu mencari nafkah, dengan kemampuan yang kita miliki, kita bisa juga menjadi tulang punggung keluarga. Perkataan beliau ini sesuai dengan pengalaman semasa hidup. Toh saat ini, banyak juga perempuan yang mencari nafkah walaupun tak mampu menjahit *seperti saya*.



Saat ini sih menjahit bukan monopoli kaum perempuan saja. Banyak juga kok penjahit berjenis kelamin laki – laki. Seperti kang Ade Truna contohnya. Saat saya bertemu di acara Workshop Menjahit dan Doodle, di Marlo Kitchen by Chef Norman, Bandung. Workshop yang diadakan oleh Brother Indonesia dan Stabilo, menghadirkan mba Astri Damayanti dan mba Tanti Amelia yang mengajarkan teman – teman blogger yang hadir ngedoodle diatas outer yang dibuat.



Sabtu 14 Januari 2017, bertempat di Marlon Kitchen By chef Norman, dihadiri 20 orang blogger dari Bandung dan sekitarnya, mereka nampak antusias ingin belajar bersama mba Astri dan Mba Tanti. Acara dibuka oleh mba Astri, founder Kriya Indonesia. Mba Astri kemudian mengenalkan mba Maya, perwakilan dari Brother Indonesia yang juga turut hadir dalam acara tersebut.


 Mesin Jahit Brother

Mba Maya menjelaskan produk mesin jahit Brother yang saat ini sudah menjadi mesih jahit otomatis.  Mesin jahit terbaru keluaran brother ini bisa mengatur jenis jahitan, berbagai jenis bordir, bahkan tidak membutuhkan tenaga untuk menekan pedal. Cukup menekan sebuah tombol, mesin jahit brother mampu mengatur jahitan sesuai keinginan kita. Ibarat kata, sambil merem juga bisa *sombong*





Ibarat sebuah mobil, menggunakan mesin Jahit Brother, cukup tinggal pedal gas saja, maka mesin jahit pun bekerja. Selain itu, kelengkapan peralatan menjahit ternyata sudah tersedia di mesin ini. Seperti gunting, alat memasukkan benang (gak perlu melet – melet lidah lagi kan, masukin benang ke jarum), hingga lampu yang ada di badan mesin. Lampu tersebut sangat berguna ketika menjahit dalam suasana yang temaram. Atau untuk saya yang rabun jauh, lampu ini benar – benar sangat membantu. Tidak perlu juga riweh mencari gunting ke sana sini, di mesin jahit Brother sudah tersedia cutter super mini yang tajam untuk menggunting sisa benang.



Mesin jahit Brother juga dapat mencetak foto dan menjahit foto, lalu mengkonversikannya file tersebut ke bordir. Bahakn bisa juga untuk membuat name drop. Keren yaa...


Karena nyaris semua peserta adalah pemula dalam urusan jahit menjahit, maka pelajaran menjahit kali ini, para peserta diminta membuat outer/bolero (luaran), dengan pola dan model yang sederhana dan sesimpel mungkin. Setiap peserta mendapatkan  kain untuk praktek dan pouch berupa benang jahit sebanyak 1 lusin. Sedangkan untuk pola, membuat lubang untuk leher, sudah disediakan panitia. Para peserta tinggal mengikuti arahan mba Astri, menggunting sesuai pola. Setelah selesai dijahit, nah sekarang giliran outer digambar.



Peralatan Menggambar & Mewarnai Stabilo
 
Workshop kali ini selain belajar membuat outer, para peserta juga diajari membuat doodle dikain bersama mba Tanti dan Stabilo.  Pak Ray perwakilan dari Stabilo yang hadir pada acara workshop menjelaskan bahwa spidol dan peralatan mewarnai dari Stabilo itu aman untuk manusia, terbebas dari zat berbahaya. Stabilo tidak hanya mengedepankan produk, melainkan juga memikirkan akan dampak kepada keamanan pemakainya.


Siang itu Stabilo hadir  dalam beragam tipe, sebagai media gambar. Mulai dari spidol yang berukuran kecil seperti pensil, sedang hingga besar, dengan berbagai ujung pena. 


Mba Tanti mengajak peserta ngeriung duduk di lantai Marlo Kitchen By Chef Noorman. Dengan beberapa buah spidol stabilo, mba Tanti mulai membuta gambar bunga – bunga di outer, diikuti oleh sebagian peserta. Mba Tanti membebaskan para peserta untuk menggambar apa saja. Karena menurut mba Tanti, ngedoodle itu sebagian dari perwujudan emosi dan ekspresi kita. Jadi di sesi mba Tanti ini, jangan ditanya rusuh dan heboh, gak kalah sama kelas menjahit disebelahnya. 





Karena keterbatasan tempat, peserta dibagi menjadi 2 bagian. Sebagian menjahit terlenih dahulua, sebagian lainnya menggambar doodle baru menjahit. Namun acara siang itu penuh dengan gelak tawa, dan obrolan ngalor ngidul. Suasana penuh keceriaan. Di cafe Marlo Kitchen by Chef Noorman, tersedia kuliner Indonesia, selain kuliner manca negara. Juga berbagai olahan kopi dan aneka minuman lainnya yang menggugah selera.


Sang pemilik, Abu Marlo, menceritakan bahwa beliau juga memiliki sebuah project sosial bersama anak -anak kurang mampu yang berlokasi di sebuah rumah singgah di Bandung. Dan Abu juga meminta, semoga Brother dan Stabilo mau turut serta membantu di rumah singgah tersebut. Memberi keterampilan bagi anak – anak di sana. 



Eis,..semua sudah kenal sama Abu Marlo kan?yes...beliau adalah salah satu magician ternama Indonesia. Sayang kemarin gak sekalian unjuk aksi, kan seru itu...jahit – doodle – sulap. Kapan lagi coba ...


Sampai ketemu di event berikutnya yaa....








































21 January 2017

Berdonasi Melalui Alfamart untuk Rumah Singgah Donasiku, YKAKI






Kasir Alfamart : “Kembaliannya tiga ratus rupiah mau didonasikan bu?”
Saya  : “Engga mba, gak usah”
*terus mikir, donasi apa? Ke mana? Bohong kali ah....


Hal diatas terjadi ribuan kali pada saya. Yap, sejak April 2009, di depan rumah saya berdiri sebuah Alfamart. Tanpa perlu pergi jauh, cukup menyeberang jalan, semua kebutuhan bulanan rumah tangga bisa saya beli di sana. Minyak goreng, pasta gigi, shampoo, beras, detergen dan lainnya, adalah beberapa item wajib yang saya beli setiap bulan. Belum lagi cemilan anak – anak, yang nyaris tiap sore pasti absen ke sana. Dan setiap kali belanja, kasir selalu menawarkan apakah kembaliannya ingin didonasikan?


Awalnya saya menolak untuk ikut serta berdonasi di Alfamart. Terkadang mbak/mas penjaga kasirnya pun tidak tahu menahu, ke mana donasi itu disalurkan. Dan jujur saja, sayapun tidak percaya dan bertanya – tanya ke mana perginya donasi tersebut jika tidak ada laporannya yang syah.

Akhirnya pertanyaan saya terjawab tuntas. Kamis, 19 Januari 2017, saya dan teman – teman blogger diundang Alfamat untuk mengunjungi sebuah Yayasan yang berlokasi di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Timur. Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia, sebuah Yayasan yang menyediakan rumah singgah bagi anak – anak penderita kanker yang tengah berobat di Rumah Sakit dan membutuhkan tempat bernaung. 


Hal ini menurut Bapak Nur Rachman, Corporate Communication GM SAT,  merupakan kesekian kalinya Alfamart  membantu menghimpun dana dari masyarakat untuk membantu anak penderita kanker di berbagai daerah di tanah air.


Di tahun 2017 ini, selama periode  1 sampai 31 Januari 2017, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (SAT) kembali mengajak konsumennya untuk ikut berpartisipasi dalam aksi kemanusiaan yang dilaksanakan bersama YKAKI (Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia).  Konsumen dapat menyisihkan sebagian uang kembaliannya pada saat berbelanja  di Alfamart. Kemudian dana yang terhimpun akan disalurkan sepenuhnya pada YKAKI guna mendukung 4 rumah singgah anak kanker di wilayah Makassar, Pekanbaru, Semarang dan Malang.  Keempat rumah singgah tersebut , telah disediakan dari hasil donasi konsumen. Tahun ini Alfamart kembali menggalang dana untuk kebutuhan rumah singgah yang ada, serta membangun rumah singgah di wilayah lain. 

“Tidak semua rumah sakit di daerah menyediakan fasilitas pengobatan kanker pada anak, sehingga banyak diantara mereka harus menempuh jarak yang jauh untuk menjalani proses pengobatan. Biaya transportasi dan akomodasi yang harus dikeluarkan  tentunya sangat memberatkan bagi keluarga yang tidak mampu. Ini yang coba kami bantu dan fasilitasi”, ujar Nur Rachman. Beliau lebih lanjut mengatakan bahwa rumah singgah yang dibangun untuk membantu meringkan beban biaya anak – anak penderita kanker serta keluarga pendamping, baik yang tengah menjalani rawat jalan maupun rawat inap. Masing – masing rumah singgah dihuni oleh 24 – 34 orang yang terdiri dari pasien dan keluarganya.


Mendengar penjelasan mas Fahmi dari Alfamart, membuat saya tertohok. Uang kembalian 100 – 200 perak yang nampaknya tak bernilai, ternyata bisa membantu mengurangi beban hidup seorang anak penderita kanker. Padahal yang kita lakukan mudah, cukup mendonasikan uang pada saat berbelanja, lalu jangan lupa minta struknya. Semua donasi yang ada akan dilaporkan secara tertulis ke Kementerian Sosial. Dan laporannya dapat kita lihat di websitenya Alfamart.


Hingga sejauh ini, Alfamart telah menyediakan kebutuhan pokok, rumah tinggal, alat disabilitas, mobil operasional bagi sekolah, pemeriksaan dan pembagian kacamata gratis, alat tuis dan kebutuhan sekolah, serta sepatu sekolah. Dana tersebut diperoleh dari donasi masyarakat yang berbelanja di Alfamart. Sungguh suatu perbuatan mulia bukan?


YKAKI ( Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia)

Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia, papan itulah yang menyambut saya di sebuah rumah bercat putih dengan banyak jendela dan langit – langit yang tinggi. Sebelum masuk ke dalam, saya diminta untuk membuka sepatu, menggantinya dengan sendal dan mencuci tangan terlebih dahulu. Saya yang baru saja sampai dari luar, tentu saja masuk membawa sejumlah kuman penyakit, yang rentan bagi anak – anak penderita kanker.



Sebuah rumah yang cukup luas, dapat menampung 20 – 30 pasien berserta pendampingnya ini berada  di lingkungan yang sejuk  nan asri. Ada rasa haru terlintas, melihat anak – anak ini harus merasakan perjuangan melawan penyakitnya.



Berkenalanlah saya dengan seorang ibu berhati mulia, yang terketuk mendirikan rumah singgah atas pengalaman pribadinya ketika mendampingi anaknya yang sakit dan berobat di Luar Negeri. Ibu Ira Soelistyo, pendiri sekaligus ketua YKAKI mendirikan rumah singgah karena anaknya, Aditya wijaksono, terkena kanker darah atau leukimia.


“Saya punya pengalaman pribadi merawat anak saya yang sakit leukimia sejak tahun 1984. Beruntung saya bisa membawanya berobat ke Belanda. Selama di sana, saya sempat tinggal di kamar mandi (kering) rumah sakit, sempat juga tinggal di Biara, sebelum akhirnya tinggal di rumah singgah McDonald yang persis berada di samping rumah sakit. Dari sana saya terinspirasi untuk membuka rumah singgah sekembalinya ke tanah air. Saya sadar benar, bahwa ini akan sangat menolong bagi pasien yang tidak mampu”, ujar Ibu Ira.



November 2006, Ibu Ira Soelistyo membentuk Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia bersama sahabatnya, Icha Ardi Santoso. Berdasarkan pengalaman merawat anaknya ketika sakit, Ibu Ira tahu bahwa selain pengobatan, anak – anak juga butuh tempat tinggal yang layak beserta pendampingnya.



“Tahun 2006 rumah singgah kami hanya sebuah kontrakan kecil yang hanya mampu menampung 5 pasien kanker beserta 1 orang pendampingnya. Setelah itu kami berupaya untuk jemput bola ke RSCM, namun banyak dari orang tua pasien yang curiga karena yayasan kami menyediakan rumah singgah gratis, sembako hingga sekolah. Pasien pertama kami dari NTT dan Lombok. Setelah itu, menyebarlah informasi dari mulut ke mulut,” kenang Ibu Ira.



Ibu Ira juga bercerita betapa awalnya banyak penolakan dan kendala yang mesti ia dan tim hadapi. Seperti tidak ada rumah yang mau disewa begitu tahu rumah tersebut akan dijadikan rumah singgah bagi penderita kanker. Tetangga takut akan ada keranda yang lewat setiap hari. Selain itu warga sekitar juga takut akan tertular penyakit kanker yang diidap para pasien. Setelah melewati pembicaraan yang panjang dengan ketua RT setempat, para warga akhirnya diberi penyuluhan mengenai apa dan bagaimana penyakit kanker itu.



Dan kini, YKAKI sudah memiliki 3 rumah yang akan menampung anak – anak penderita kanker. Satu rumah telah selesai direnovasi, dan akan diresmikan pada tanggal 28 Januari nanti yang memiliki 3 lantai dengan lift. Bangunan yang saya datangi hari itu cukup luas, terdiri dari dua lantai, menampung 28 anak, dimana tiap anak didampingi satu orang pendampingnya. 

Didampingi ibu Aniza, Koordinator YKAKI, saya dan beberapa teman diajak berkeliling  melihat keadaan rumah dengan empat kamar tidur. Kamar tidur pertama berada di lantai satu dengan dua tempat tidur, khusus bagi anak yang sedang kambuh penyakitnya. Di lantai dua terdapat 9 tempat tidur dan 12 tempat tidur anak beserta pendamping. Lalu ada beberapa kamar mandi,  ruang atas untuk menjemur pakaian, ruang rapat, gudang, dapur, mushola, dan ruang lainnya yang bersih dan nyaman. 









YKAKI mempunyai misi, setiap anak penderita kanker berhak mendapat pengobatan, perawatan dan kesempatan untuk bersekolah. Dengan sebelas orang guru, Sekolahku juga disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Ada ujian dan bagi rapot juga, sama halnya dengan sekolah umum.

YKAKI sendiri saat ini telah berada di Bandung, Bali, Surabaya, Yogyakarta, Manado. Dan saat sedang dibangun 4 rumah singgah di Makassar, Pekan Baru, Semarang dan Malang. Menyusul Aceh dan Samarinda. Lokasi rumah singgah dipilih berdasarkan ketersediaan serta kedekatan jarak dengan rumah sakit yang memiliki dokter spesialist kanker pada anak di wilayah tersebut. Rumah singgah dibangun dengan suasana nyaman serta ramah bagi anak – anak, sehingga dapat tercipta lingkungan yang sehat, menyenangkan, dan baik untuk mendukung kesembuhan anak – anak penderita kanker.






Rumah singgah ini dihuni oleh pasien anak penderita kanker berusia mulai 1 hari hingga usia 18 tahun. Jika ingin menjadi penghuni di sini, cukup berikan riwayat hidup, riwayat penyakit, foto copy rapot bagi yang sudah bersekolah dan sudah diagnosa menderita kanker. Setiap keluarga yang tinggal disini, dikenakan biaya administrasi Rp5.000,-/bulan jika mampu. Setiap pasien tidak memiliki jangka waktu untuk tinggal di sini. Selama mereka masih menderita kanker, mereka boleh tinggal di rumah singgah YKAKI.

Menutup obrolan saya dan teman – teman siang itu, ibu Ira mengatakan “Rumah singgah ini menjadi bukti, bahwa sekecil apapun yang kita berikan bisa bermanfaat besar bagi yang membutuhkan. Seperti halnya donasi konsumen yang nilainya kecil, tetapi jika dikumpulkan bisa membantu dan memberikan manfaat besar bagi anak – anak penderita kanker di tanah air”. Mendengar penuturan ibu Ira, semakin meyakinkan saya bahwa dengan uang receh yang mungkin tidak bernilai, tetapi dapat membantu sesama yang membutuhkan. Jadi berdonasi dengan recehan, bisa!.










© Cerita Keluarga Fauzi
Maira Gall