expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>>

24 September 2024

Perhimpunan Nutrisi Indonesia (INA) Didukung Nutricia Sarihusada Menyelenggarakan Malnutrition Awareness Week 2024 untuk Terciptanya Generasi Sehat dan Produktif di Masa Depan



Siapa yang hampir setiap hari bangun antara jam 02.45 – 03.00 WIB? *Ngacung dulu, ah! Iya, dini hari saya harus menyiapkan bekal DuoF.  Kedua anak saya, Fadly dan Fara memang sekolah seharian dari jam 6.30 hingga 15.30, jadi dipastikan saat makan siang mereka saat masih di sekolah. Untuk menjaga asupan nutrisi mereka terpenuhi di tengah kegiatan yang seabrek, bekal dengan menu rumahan wajib jadi tentengan. 


Saya sempat bertanya, apakah mereka berdua, khususnya Fadly, apakah tidak malu anak cowok bawa bekal setiap hari? Fadly justru meminta saya melakukan hal tersebut dengan alasan hemat waktu dan hemat uang jajan. “Dan yang pasti sehat ya bu, kan ibu yang buat…” ujarnya menyakinkan saya dan bikin hati jadi meleleh.  Alhasil rutinitas yang saya lakukan sejak abang TK hingga sekarang jadi anak SMK kelas 11 masih dilakukan. Fadly selalu setia membawa bekal buatan ibunya.


Bekalnya DuoF


Membawakan DuoF bekal adalah salah satu upaya saya untuk memberikan keduanya nutrisi sesuai kebutuhan mereka. Sebagai ibu, tugas utama kita adalah memastikan agar anak-anak mendapatkan asupan gizi dan nutrisi yang sesuai dengan usia mereka. Seperti yang tengah rame saat ini, malnutrisi kembali menjadi masalah serius di Indonesia, terutama bagi anak-anak dan ibu hamil. 


Kok saya bisa tau?  Iya, data yang didapatkan dari hasil survey Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa angka nasional prevalensi stunting di tahun 2023 sebesar 21,5 persen, turun 0,1 persen dari tahun 2022 lalu. Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang tertinggi angka stuntingnya di Asia Tenggara. Data ini saya dengar ketika mengikuti acara media dan blogger gathering beberapa waktu lalu. Kegiatan ini juga bagian dari Pekan Sadar Malnutrisi (Malnutrition Awareness Week/MAW)


Dr. Lucy, Presiden Indonesian Nutrition Association (INA)

Jadi, saat ini Pemerintah dan stakeholder yang ada berupaya untuk turut andil dalam memerangi malnutrisi di Indonesia, salah satunya adalah Perhimpunan Nutrisi Indonesia (Indonesian Nutrition Association/INA), dengan melakukan berbagai kegiatan seperti menjadi salah satu duta kegiatan Pekan Sadar Malnutrisi (Malnutrition Awareness Week/MAW) yang berlangsung pada tanggal 16 – 20 September 2024, yang diselenggarakan oleh American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN).

Kegiatan ini sudah ada sejak 2017 lalu, dan tahun ini mengangkat tema “Wujudkan Indonesia Sehat dengan Cegah Malnutrisi Sedari Dini” untuk memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak dan pencegahan malnutrisi di Indonesia melalui asupan gizi seimbang sedari dini, menuju Indonesia Emas di 2045 yang didukung oleh Nutricia Sarihusada.


Narasumber dan moderator

Di acara media workshop Malnutrition Awareness Week yang berlangsung di Paloma Resto, Menteng, Jakarta Pusat, ada beberapa narasumber yang hadir, yaitu :

  • Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K), Presiden Indonesian Nutrition Association (INA)

  • Prof Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB,  Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

  • Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, Medical & Scientific Affair Director Nutricia Sarihusada


Dr. Luci menjelaskan mengenai siapa itu ASPEN yaitu merupakan organisasi profesional yang berbasis di Amerika Serikat beranggotakan dokter, ahli gizi, perawat, apoteker dan ilmuwan yang berperan dalam memberikan nutrisi klinis pada pasien. Sementara Indonesian Nutrition Association (INA) di Indonesia berdiri sejak 2011 berfokus pada pengembangan ilmu nutrisi di tingkat nasional maupun Internasional, dan Malnutrition Awareness Week adalah kegiatan kampanye tahunan keduanya sejak 2020. Kampanye ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya berdiskusi mengenai status gizi mereka dengan tenaga Kesehatan, terutama ketika dirawat di rumah sakit. 


Lebih lanjut Dr. Luci memaparkan selain stunting, masalah malnutrisi lain yang mesti diwaspadai dan jadi perhatian banyak pihak adalah wasting; berat badan sangat rendah tidak sepadan dengan tinggi badan anak di usia tertentu. Itulah mengapa penyuluhan mengenai pola makan sehat dan pentingnya pemeriksaan gizi secara rutin sebagai strategi dalam mengatasi Malnutrisi di Indonesia. Dr. Luci juga mengatakan bahwa malnutrisi ini banyak yang tidak terdeteksi sejak dini, sehingga banyak pasien yang harus dirawat lebih lama. Ini tentu saja selain berdampak pada masyarakat, malnutrisi juga mengakibatkan biaya rumah sakit mengalami peningkatan untuk rawat inap ulang di rumah sakit.


Malnutrisi ini gak hanya dialami oleh anak-anak dan ibu hamil saja loh, kita yang dewasa dan lansia juga bisa mengalami malnutrisi. Almarhumah nenek di beberapa tahun belakangan semasa hidupnya pernah didiagnosa malnutrisi oleh dokter. Saat itu nafsu makan nenek yang berkurang kita anggap sebagai sesuatu yang wajar, mengingat gigi yang sudah mulai jarang membuat beliau malas mengunyah makanan. Sayangnya kami sekeluarga tidak aware dengan hal tersebut, hingga mendengar diagnosa dokter. 


Dr. Luci juga menyarankan untuk jangan abai, perlu melakukan pemeriksaan ke dokter/ahli gizi. Apalagi jika ada beberapa kondisi seperti ini, mulai dari berat badan yang turun dengan tidak terencana, tidak memiliki selera makan, hanya makan dalam jumlah porsi yang sedikit, sering merasa lelah dan lemah, mengalami pembengkakan di beberapa bagian  tubuh atau akumulasi cairan? Nah, gejala seperti ini perlu diwaspadai, ya. 


Prof Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, juga memaparkan banyak data dan fakta yang bikin saya makin melek terkait dengan  malnutrisi dan kebutuhan nutrisi. Salah satunya, nih, Prof. Ari juga meluruskan pandangan masyarakat yang keliru. Bahwa malnutrisi itu nggak cuma ditandai dengan tubuh yang kurus. Soalnya, nih, seseorang yang badannya besar atau gendut juga bisa dikatakan malnutrisi.


Prof Ari, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI


Ini merujuk pada definisi dari WHO, malnutrisi merupakan kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi maupun nutrisi seseorang. Sehingga apabila terjadi penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan sebelumnya dalam 3 bulan terakhir, atau apabila saat pengukuran berat badan kurang 90% berat badan ideal berdasarkan tinggi badan, dan atau jika indeks massa tubuh (IMT) kurang dari 18,5 maka dipastikan seseorang tersebut mengalami malnutrisi. 


Prof Ari juga bilang kalau semua penyakit awalnya dari lambung, apakah makanan atau nutrisi yang masuk ke dalam lambung itu cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian kita? Apa yang masuk ke dalam lambung dipastikan akan mempengaruhi tumbuh kembang anak khususnya. 


Dr. Ray menyoroti mengapa kita perlu peduli dengan malnutrisi dan dampaknya pada ekonomi terlihat secara nyata, butuh biaya perawatan kesehatan yang tidak sedikit jumlahnya. Sehingga masalah malnutrisi ini tidak hanya menjadi masalah pemerintah semata, dibutuhkan kolaborasi yang kuat dari berbagai pihak  antar pemerintah, sektor swasta, organisasi non profit dan masyarakat untuk bersama – sama menciptakan lingkungan yang mendukung pencegahan malnutrisi. Dalam hal ini Dr. Ray menyatakan bahwa Nutricia Sarihusada siap berkomitmen untuk terus berkontribusi  melalui berbagai produk nutrisi, riset dan inisiatif sosial guna mencegah malnutrisi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

Dr. Ray, Medical & Science Affair Director Nutricia Sarihusada

Semoga saja dengan adanya Pekan Sadar Malnutrisi 2024,  dapat meningkatkan edukasi dan peran serta masyarakat untuk pencegahan malnutrisi di sekitarnya, dan dapat tercipta generasi yang lebih sehat serta produktif di masa depan. 


09 September 2024

Ina Rachman hadir di Wedding Batak Exhibition 2024

Wedding Batak Exhibition 2024




Weekend lalu seorang teman mengajak saya untuk menemaninya menghadiri Wedding Batak Exhibition 2024 yang berlangsung pada 7-8 September 2024 bertempat di SMESCO Convention Hall, Jakarta. Acara ini merupakan event pertama yang menghubungkan antara vendor – vendor pernikahan adat Batak dengan calon pengantin beserta keluarganya.  Selain itu Wedding Batak Exhibition juga turut memperkenalkan budaya Batak kepada masyarakat luas.


Kalau ditanya mengenai budaya Batak, apa yang kalian ketahui? Pernah gak teman² ikut serta dalam upacara pernikahan adat Batak? Seru ya ….membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang gak sedikit. Terlebih dalam masyarakat Batak ada 5 macam sub suku Batak yaitu Batak Karo, Batak Toba, Batak Pakpak, Batak Simalungun dan Batak Mandailing yang masing² memiliki keunikan budaya tersenduri.  Jadi pas banget deh kehadiran Wedding Batak Exhibition sebagai ajang promosi kekayaan budaya  karena Wonderful Indonesia.


Lokasi Wedding Batak Exhibition yang mudah didatangi menggunakan transportasi umum seperti LRT, KRL dan Transjakarta justru membantu masyarakat untuk Enjoy Jakarta dengan biaya yang terjangkau. 


Talkshow Ina Rachman di Wedding Batak Exhibition 2024

Ina Rachman dan Martha Simanjuntak 


Tidak hanya booth² vendor pernikahan saja, Wedding Batak Exhibition 2024 juga menyuguhkan beraneka anak muda Batak yang berbakat dibidang musik, tari dan  fashion, konser musik, dan kompetisi make-up artist (MUA). Tak luput pula kehadiran Talkshow bersama Ina Rachman, Founder Maestro Law Office, sebuah firma hukum perusahaan yang memiliki klien multinasional dan khusus menangani kasus² penjualan langsung.


Ina Rachman berpengalaman selama lebih 20 tahun dalam industri penjualan langsung membuatnya diamanahi tanggung jawab sebagai Sekretaris Jenderal APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia) yang berperan penting dalam mempengaruhi kebijakan regulasi  yang mendukung pertumbuhan industri penjualan langsung di Indonesia. 


Selain berprofesi sebagai pengacara, Ina juga dikenal sebagai tenaga pengajar tidak tetap bagi lembaga² negara seperti Bareskrim Polri,Departemen Perlindungan Konsumen dan Ketertiban Usaha (PTKN), serta PPNS (Pengawas Pegawai Negeri Sipil). Ina Rachman juga terlibat aktif dalam memperjuangkan hak perempuan dan anak².



Dalam talkshow yang bertema Harta, Tahta,dan Wanita, Ina Rachman ditemani sahabatnya Martha Simanjuntak, yang juga turut serta sebagai Project Director Wedding Batak Exhibition 2024. Keduanya membagikan pandangan dan  pengalaman mereka terkait hukum waris dan adat istiadat dalam Batak. Peserta yang hadir tampak antusias saat sesi tanya jawab dibuka,beberapa bahkan tak segan untuk curhat mengenai permasalahan mereka sebagai anggota keluarga Batak. 


Budaya Batak yang mengusung patrilineal meyakini bahwa hak waris berupa rumah dan tanah keluarga sepenuhnya jatuh kepada anak laki² dan anak laki² keturunannya sebagai penerus marga atau nama keluarga. Sementara anak perempuan hanya menerima berupa hadiah tanda kasih sayang yang biasanya diberikan dalam bentuk perhiasaan saat anak perempuan menikah. 


Namun saat ini penerapan adat Batak sudah tidak kaku seperti dulu, terutama dikalangan masyarakat Batak yang beragama islam (muslim), penerapan hak waris lebih banyak  menggunakan hukum waris islam. Tidak hanya itu, saat ini masyarakat Batak juga sudah tidak mengekang keberadaan perempuan untuk menuntut ilmu dan berkarier. Contohnya saja Martha Simanjuntak, SE.MM, Project Director Wedding Batak Exhibition dan juga selaku Founder IWITA.

Tarian 5 sub suku Batak



Semoga saja dengan adanya event Wedding Batak Exhibition mampu menjaga keberlangsungan adat istiadat Batak, menjadi gerakan budaya untuk mempertahankan identits bangsa melalui budaya Batak dan dapat mengenal lebih jauh mengenai pernikahan Batak. Horas!

© Cerita Keluarga Fauzi
Maira Gall