expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>>

01 November 2024

Mengenal Penggiat Jajanan Sehat dari Gresik, Dharma Sucipto




Siapa di sini yang nggak suka jajan? Pasti gak ada yang ngaku, kan... Mau dari yang manis sampai gurih sekalipun, jajanan selalu punya tempat spesial di hati kita. Tapi saat ini banyak jajanan yang jika sering dikonsumsi malah berakibat tak baik bagi tubuh. Mulai dari zat pengawet, pewarna, dan pemanis buatan semua ada dijajanan yang beredar di pasaran. Lalu bagaimana caranya biar jajan nggak cuma nikmat di lidah, tapi juga sehat buat badan?


Hal ini juga jadi PR untuk saya yang memang “dianugerahi” beberapa macam penyakit bawaan sejak kecil. Saya gak ingin kedua anak saya, Fadly dan Fara merasakan hal yang sama, sering sakit jika jajan di luar rumah. Zaman saya kecil sebenarnya jarang juga jajan di luar, tapi sekalinya jajan malah pilek dan batuk, dan lama kelamaan jadi sesak napas. Bukannya kapok, setelah sembuh saya kembali lagi jajan di luar rumah. Batuk lagi , pilek lagi, gitu aja terus.


Sekarang saat punya anak, saya bertekad agar kedua anak saya bisa menikmati masa kecilnya tanpa sakit-sakitan namun tetap bisa jajan. Solusinya ya harus siap memberikan jajanan sehat pada mereka berdua. Jajan sehat itu ada kok, dan nggak kalah enaknya dari jajanan biasa. Kuncinya adalah memilih bahan-bahan yang bernutrisi dan cara pengolahan yang tepat.


Kita bisa mencoba membuat puding buah yang manisnya alami dari buah segar, membuat nasi goreng dengan tambahan sayur dan protein hewani seperti ayam atau telur, macaroni schotel dengan isi sayur dan protein, atau membuat jajanan pasar sendiri. Kalau nggak mau ribet, kita bisa beli jajanan yang terbuat dari bahan-bahan alami, seperti buah-buahan, kacang-kacangan, ubi, singkong, jagung atau yoghurt.


Berkenalan dengan Dharma Sucipto, Pemuda Inspiratif dari Gresik dengan Jajanan Sehatnya.

Sumber : Antara Foto



Usianya memang tergolong muda, tapi Dharma Sucipto, alumnus SMA 1 Driyorejo, Gresik, Jawa Timur, tidak berpangku tangan melihat banyaknya menu jajanan yang tidak sehat, mengandung pengawet, pewarna dan pemanis buatan bagi anak usia sekolah di sekitarnya. Dharma berinisiatif untuk kemudian berkontribusi untuk memberikan pemahaman mengenai jajan sehat kepada lingkungan sekitarnya.


Bersama teman-temannya Dharma berupaya melakukan promosi jajanan sehat dan mencoba berkreasi yang kemudian berhasil menghasilkan 20 menu makanan dan minuman sehat. Dharma mengawali dari sekolahnya, namun lambat laun sosialisasi mengenai jajanan sehat ini sampai juga di sekolah-sekolah sekitar.


Dharma Sucipto bersama teman-temannya tergabung dalam divisi pertanian organik unit ekstrakurikuler Go Green Smandry (GGS) SMA 1 Driyorejo. Dharma merupakan salah satu contoh pemuda dalam program SATU (Semangat Astra Terpadu), ia bersama dengan dua temannya pada tahun 2009 mulai menggagas jajanan sehat yang dibuatnya sendiri.


Dharma kemudian mengolah lahan sekolah seluas 10x8m² yang ditanami umbi- umbian dan kacang-kacangan. Hasil dari lahan tersebut ia gunakan sebagai bahan utama jajanan tradisional. Dharma yang hobi masak dan berkebun ini akhirnya berhasil menginisiasi gerakan Small Farming Food Society.


Dari lahan terbatas milik sekolah akhirnya terciptalah jajanan sehat seperti susu jagung, nagasari, kunyit asem, pentol ketela, dodol labu, roti selai rosela dan lainnya. Keuntungan yang diperoleh pun tak main-main, Dharma mampu mengantongi keuntungan hingga 10 juta per bulan. Dharma juga turut mengajak dan mengedukasi kantin -kantin di sekolah agar menyediakan jajanan sehat bagi para pelanggan kecilnya.


Tak berhenti sampai di situ, saat kuliah Dharma pun membuat bank karbon bersama teman-temannya di jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Mereka pun menanam tanaman obat, trembesi dan sengon laut di bantara kali dekat kampus.

Dengan kegigihan dan kerja kerasnya dalam gerakan jajanan sehat, Dharma memperoleh penghargaan Astra Satu Indonesia awards kategori lingkungan  di tahun 2012. 


Dari kisah Dharma Sucipto saya jadi semakin yakin untuk selalu terus berusaha menyediakan jajan sehat untuk kedua anak saya, karena jajan sehat itu bukan berarti harus hambar dan nggak enak. Kita bisa kok berkreasi dan menemukan aneka rasa yang lezat dan menyehatkan. Yang penting, tetap perhatikan komposisi bahan dan cara pengolahannya ya!

Jajanan sehat ala keluarga fauzi

Yuk, mulai sekarang biasakan diri untuk memilih jajan sehat. Nggak cuma badan yang sehat, hati pun jadi tenang karena tahu kita udah makan makanan yang baik untuk tubuh. 😊

24 September 2024

Perhimpunan Nutrisi Indonesia (INA) Didukung Nutricia Sarihusada Menyelenggarakan Malnutrition Awareness Week 2024 untuk Terciptanya Generasi Sehat dan Produktif di Masa Depan



Siapa yang hampir setiap hari bangun antara jam 02.45 – 03.00 WIB? *Ngacung dulu, ah! Iya, dini hari saya harus menyiapkan bekal DuoF.  Kedua anak saya, Fadly dan Fara memang sekolah seharian dari jam 6.30 hingga 15.30, jadi dipastikan saat makan siang mereka saat masih di sekolah. Untuk menjaga asupan nutrisi mereka terpenuhi di tengah kegiatan yang seabrek, bekal dengan menu rumahan wajib jadi tentengan. 


Saya sempat bertanya, apakah mereka berdua, khususnya Fadly, apakah tidak malu anak cowok bawa bekal setiap hari? Fadly justru meminta saya melakukan hal tersebut dengan alasan hemat waktu dan hemat uang jajan. “Dan yang pasti sehat ya bu, kan ibu yang buat…” ujarnya menyakinkan saya dan bikin hati jadi meleleh.  Alhasil rutinitas yang saya lakukan sejak abang TK hingga sekarang jadi anak SMK kelas 11 masih dilakukan. Fadly selalu setia membawa bekal buatan ibunya.


Bekalnya DuoF


Membawakan DuoF bekal adalah salah satu upaya saya untuk memberikan keduanya nutrisi sesuai kebutuhan mereka. Sebagai ibu, tugas utama kita adalah memastikan agar anak-anak mendapatkan asupan gizi dan nutrisi yang sesuai dengan usia mereka. Seperti yang tengah rame saat ini, malnutrisi kembali menjadi masalah serius di Indonesia, terutama bagi anak-anak dan ibu hamil. 


Kok saya bisa tau?  Iya, data yang didapatkan dari hasil survey Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa angka nasional prevalensi stunting di tahun 2023 sebesar 21,5 persen, turun 0,1 persen dari tahun 2022 lalu. Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang tertinggi angka stuntingnya di Asia Tenggara. Data ini saya dengar ketika mengikuti acara media dan blogger gathering beberapa waktu lalu. Kegiatan ini juga bagian dari Pekan Sadar Malnutrisi (Malnutrition Awareness Week/MAW)


Dr. Lucy, Presiden Indonesian Nutrition Association (INA)

Jadi, saat ini Pemerintah dan stakeholder yang ada berupaya untuk turut andil dalam memerangi malnutrisi di Indonesia, salah satunya adalah Perhimpunan Nutrisi Indonesia (Indonesian Nutrition Association/INA), dengan melakukan berbagai kegiatan seperti menjadi salah satu duta kegiatan Pekan Sadar Malnutrisi (Malnutrition Awareness Week/MAW) yang berlangsung pada tanggal 16 – 20 September 2024, yang diselenggarakan oleh American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN).

Kegiatan ini sudah ada sejak 2017 lalu, dan tahun ini mengangkat tema “Wujudkan Indonesia Sehat dengan Cegah Malnutrisi Sedari Dini” untuk memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak dan pencegahan malnutrisi di Indonesia melalui asupan gizi seimbang sedari dini, menuju Indonesia Emas di 2045 yang didukung oleh Nutricia Sarihusada.


Narasumber dan moderator

Di acara media workshop Malnutrition Awareness Week yang berlangsung di Paloma Resto, Menteng, Jakarta Pusat, ada beberapa narasumber yang hadir, yaitu :

  • Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K), Presiden Indonesian Nutrition Association (INA)

  • Prof Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB,  Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

  • Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, Medical & Scientific Affair Director Nutricia Sarihusada


Dr. Luci menjelaskan mengenai siapa itu ASPEN yaitu merupakan organisasi profesional yang berbasis di Amerika Serikat beranggotakan dokter, ahli gizi, perawat, apoteker dan ilmuwan yang berperan dalam memberikan nutrisi klinis pada pasien. Sementara Indonesian Nutrition Association (INA) di Indonesia berdiri sejak 2011 berfokus pada pengembangan ilmu nutrisi di tingkat nasional maupun Internasional, dan Malnutrition Awareness Week adalah kegiatan kampanye tahunan keduanya sejak 2020. Kampanye ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya berdiskusi mengenai status gizi mereka dengan tenaga Kesehatan, terutama ketika dirawat di rumah sakit. 


Lebih lanjut Dr. Luci memaparkan selain stunting, masalah malnutrisi lain yang mesti diwaspadai dan jadi perhatian banyak pihak adalah wasting; berat badan sangat rendah tidak sepadan dengan tinggi badan anak di usia tertentu. Itulah mengapa penyuluhan mengenai pola makan sehat dan pentingnya pemeriksaan gizi secara rutin sebagai strategi dalam mengatasi Malnutrisi di Indonesia. Dr. Luci juga mengatakan bahwa malnutrisi ini banyak yang tidak terdeteksi sejak dini, sehingga banyak pasien yang harus dirawat lebih lama. Ini tentu saja selain berdampak pada masyarakat, malnutrisi juga mengakibatkan biaya rumah sakit mengalami peningkatan untuk rawat inap ulang di rumah sakit.


Malnutrisi ini gak hanya dialami oleh anak-anak dan ibu hamil saja loh, kita yang dewasa dan lansia juga bisa mengalami malnutrisi. Almarhumah nenek di beberapa tahun belakangan semasa hidupnya pernah didiagnosa malnutrisi oleh dokter. Saat itu nafsu makan nenek yang berkurang kita anggap sebagai sesuatu yang wajar, mengingat gigi yang sudah mulai jarang membuat beliau malas mengunyah makanan. Sayangnya kami sekeluarga tidak aware dengan hal tersebut, hingga mendengar diagnosa dokter. 


Dr. Luci juga menyarankan untuk jangan abai, perlu melakukan pemeriksaan ke dokter/ahli gizi. Apalagi jika ada beberapa kondisi seperti ini, mulai dari berat badan yang turun dengan tidak terencana, tidak memiliki selera makan, hanya makan dalam jumlah porsi yang sedikit, sering merasa lelah dan lemah, mengalami pembengkakan di beberapa bagian  tubuh atau akumulasi cairan? Nah, gejala seperti ini perlu diwaspadai, ya. 


Prof Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, juga memaparkan banyak data dan fakta yang bikin saya makin melek terkait dengan  malnutrisi dan kebutuhan nutrisi. Salah satunya, nih, Prof. Ari juga meluruskan pandangan masyarakat yang keliru. Bahwa malnutrisi itu nggak cuma ditandai dengan tubuh yang kurus. Soalnya, nih, seseorang yang badannya besar atau gendut juga bisa dikatakan malnutrisi.


Prof Ari, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI


Ini merujuk pada definisi dari WHO, malnutrisi merupakan kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi maupun nutrisi seseorang. Sehingga apabila terjadi penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan sebelumnya dalam 3 bulan terakhir, atau apabila saat pengukuran berat badan kurang 90% berat badan ideal berdasarkan tinggi badan, dan atau jika indeks massa tubuh (IMT) kurang dari 18,5 maka dipastikan seseorang tersebut mengalami malnutrisi. 


Prof Ari juga bilang kalau semua penyakit awalnya dari lambung, apakah makanan atau nutrisi yang masuk ke dalam lambung itu cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian kita? Apa yang masuk ke dalam lambung dipastikan akan mempengaruhi tumbuh kembang anak khususnya. 


Dr. Ray menyoroti mengapa kita perlu peduli dengan malnutrisi dan dampaknya pada ekonomi terlihat secara nyata, butuh biaya perawatan kesehatan yang tidak sedikit jumlahnya. Sehingga masalah malnutrisi ini tidak hanya menjadi masalah pemerintah semata, dibutuhkan kolaborasi yang kuat dari berbagai pihak  antar pemerintah, sektor swasta, organisasi non profit dan masyarakat untuk bersama – sama menciptakan lingkungan yang mendukung pencegahan malnutrisi. Dalam hal ini Dr. Ray menyatakan bahwa Nutricia Sarihusada siap berkomitmen untuk terus berkontribusi  melalui berbagai produk nutrisi, riset dan inisiatif sosial guna mencegah malnutrisi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

Dr. Ray, Medical & Science Affair Director Nutricia Sarihusada

Semoga saja dengan adanya Pekan Sadar Malnutrisi 2024,  dapat meningkatkan edukasi dan peran serta masyarakat untuk pencegahan malnutrisi di sekitarnya, dan dapat tercipta generasi yang lebih sehat serta produktif di masa depan. 


© Cerita Keluarga Fauzi
Maira Gall