Siapa yang hampir setiap hari bangun antara jam 02.45 – 03.00 WIB? *Ngacung dulu, ah! Iya, dini hari saya harus menyiapkan bekal DuoF. Kedua anak saya, Fadly dan Fara memang sekolah seharian dari jam 6.30 hingga 15.30, jadi dipastikan saat makan siang mereka saat masih di sekolah. Untuk menjaga asupan nutrisi mereka terpenuhi di tengah kegiatan yang seabrek, bekal dengan menu rumahan wajib jadi tentengan.
Saya sempat bertanya, apakah mereka berdua, khususnya Fadly, apakah tidak malu anak cowok bawa bekal setiap hari? Fadly justru meminta saya melakukan hal tersebut dengan alasan hemat waktu dan hemat uang jajan. “Dan yang pasti sehat ya bu, kan ibu yang buat…” ujarnya menyakinkan saya dan bikin hati jadi meleleh. Alhasil rutinitas yang saya lakukan sejak abang TK hingga sekarang jadi anak SMK kelas 11 masih dilakukan. Fadly selalu setia membawa bekal buatan ibunya.
Bekalnya DuoF |
Membawakan DuoF bekal adalah salah satu upaya saya untuk memberikan keduanya nutrisi sesuai kebutuhan mereka. Sebagai ibu, tugas utama kita adalah memastikan agar anak-anak mendapatkan asupan gizi dan nutrisi yang sesuai dengan usia mereka. Seperti yang tengah rame saat ini, malnutrisi kembali menjadi masalah serius di Indonesia, terutama bagi anak-anak dan ibu hamil.
Kok saya bisa tau? Iya, data yang didapatkan dari hasil survey Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa angka nasional prevalensi stunting di tahun 2023 sebesar 21,5 persen, turun 0,1 persen dari tahun 2022 lalu. Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang tertinggi angka stuntingnya di Asia Tenggara. Data ini saya dengar ketika mengikuti acara media dan blogger gathering beberapa waktu lalu. Kegiatan ini juga bagian dari Pekan Sadar Malnutrisi (Malnutrition Awareness Week/MAW)
Dr. Lucy, Presiden Indonesian Nutrition Association (INA) |
Jadi, saat ini Pemerintah dan stakeholder yang ada berupaya untuk turut andil dalam memerangi malnutrisi di Indonesia, salah satunya adalah Perhimpunan Nutrisi Indonesia (Indonesian Nutrition Association/INA), dengan melakukan berbagai kegiatan seperti menjadi salah satu duta kegiatan Pekan Sadar Malnutrisi (Malnutrition Awareness Week/MAW) yang berlangsung pada tanggal 16 – 20 September 2024, yang diselenggarakan oleh American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN).
Kegiatan ini sudah ada sejak 2017 lalu, dan tahun ini mengangkat tema “Wujudkan Indonesia Sehat dengan Cegah Malnutrisi Sedari Dini” untuk memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak dan pencegahan malnutrisi di Indonesia melalui asupan gizi seimbang sedari dini, menuju Indonesia Emas di 2045 yang didukung oleh Nutricia Sarihusada.
Narasumber dan moderator |
Di acara media workshop Malnutrition Awareness Week yang berlangsung di Paloma Resto, Menteng, Jakarta Pusat, ada beberapa narasumber yang hadir, yaitu :
Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K), Presiden Indonesian Nutrition Association (INA)
Prof Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, Medical & Scientific Affair Director Nutricia Sarihusada
Dr. Luci menjelaskan mengenai siapa itu ASPEN yaitu merupakan organisasi profesional yang berbasis di Amerika Serikat beranggotakan dokter, ahli gizi, perawat, apoteker dan ilmuwan yang berperan dalam memberikan nutrisi klinis pada pasien. Sementara Indonesian Nutrition Association (INA) di Indonesia berdiri sejak 2011 berfokus pada pengembangan ilmu nutrisi di tingkat nasional maupun Internasional, dan Malnutrition Awareness Week adalah kegiatan kampanye tahunan keduanya sejak 2020. Kampanye ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya berdiskusi mengenai status gizi mereka dengan tenaga Kesehatan, terutama ketika dirawat di rumah sakit.
Lebih lanjut Dr. Luci memaparkan selain stunting, masalah malnutrisi lain yang mesti diwaspadai dan jadi perhatian banyak pihak adalah wasting; berat badan sangat rendah tidak sepadan dengan tinggi badan anak di usia tertentu. Itulah mengapa penyuluhan mengenai pola makan sehat dan pentingnya pemeriksaan gizi secara rutin sebagai strategi dalam mengatasi Malnutrisi di Indonesia. Dr. Luci juga mengatakan bahwa malnutrisi ini banyak yang tidak terdeteksi sejak dini, sehingga banyak pasien yang harus dirawat lebih lama. Ini tentu saja selain berdampak pada masyarakat, malnutrisi juga mengakibatkan biaya rumah sakit mengalami peningkatan untuk rawat inap ulang di rumah sakit.
Malnutrisi ini gak hanya dialami oleh anak-anak dan ibu hamil saja loh, kita yang dewasa dan lansia juga bisa mengalami malnutrisi. Almarhumah nenek di beberapa tahun belakangan semasa hidupnya pernah didiagnosa malnutrisi oleh dokter. Saat itu nafsu makan nenek yang berkurang kita anggap sebagai sesuatu yang wajar, mengingat gigi yang sudah mulai jarang membuat beliau malas mengunyah makanan. Sayangnya kami sekeluarga tidak aware dengan hal tersebut, hingga mendengar diagnosa dokter.
Dr. Luci juga menyarankan untuk jangan abai, perlu melakukan pemeriksaan ke dokter/ahli gizi. Apalagi jika ada beberapa kondisi seperti ini, mulai dari berat badan yang turun dengan tidak terencana, tidak memiliki selera makan, hanya makan dalam jumlah porsi yang sedikit, sering merasa lelah dan lemah, mengalami pembengkakan di beberapa bagian tubuh atau akumulasi cairan? Nah, gejala seperti ini perlu diwaspadai, ya.
Prof Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, juga memaparkan banyak data dan fakta yang bikin saya makin melek terkait dengan malnutrisi dan kebutuhan nutrisi. Salah satunya, nih, Prof. Ari juga meluruskan pandangan masyarakat yang keliru. Bahwa malnutrisi itu nggak cuma ditandai dengan tubuh yang kurus. Soalnya, nih, seseorang yang badannya besar atau gendut juga bisa dikatakan malnutrisi.
Prof Ari, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI |
Ini merujuk pada definisi dari WHO, malnutrisi merupakan kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi maupun nutrisi seseorang. Sehingga apabila terjadi penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan sebelumnya dalam 3 bulan terakhir, atau apabila saat pengukuran berat badan kurang 90% berat badan ideal berdasarkan tinggi badan, dan atau jika indeks massa tubuh (IMT) kurang dari 18,5 maka dipastikan seseorang tersebut mengalami malnutrisi.
Prof Ari juga bilang kalau semua penyakit awalnya dari lambung, apakah makanan atau nutrisi yang masuk ke dalam lambung itu cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian kita? Apa yang masuk ke dalam lambung dipastikan akan mempengaruhi tumbuh kembang anak khususnya.
Dr. Ray menyoroti mengapa kita perlu peduli dengan malnutrisi dan dampaknya pada ekonomi terlihat secara nyata, butuh biaya perawatan kesehatan yang tidak sedikit jumlahnya. Sehingga masalah malnutrisi ini tidak hanya menjadi masalah pemerintah semata, dibutuhkan kolaborasi yang kuat dari berbagai pihak antar pemerintah, sektor swasta, organisasi non profit dan masyarakat untuk bersama – sama menciptakan lingkungan yang mendukung pencegahan malnutrisi. Dalam hal ini Dr. Ray menyatakan bahwa Nutricia Sarihusada siap berkomitmen untuk terus berkontribusi melalui berbagai produk nutrisi, riset dan inisiatif sosial guna mencegah malnutrisi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Dr. Ray, Medical & Science Affair Director Nutricia Sarihusada |
Semoga saja dengan adanya Pekan Sadar Malnutrisi 2024, dapat meningkatkan edukasi dan peran serta masyarakat untuk pencegahan malnutrisi di sekitarnya, dan dapat tercipta generasi yang lebih sehat serta produktif di masa depan.