expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>>

19 January 2015

Rumah Vaksinasi - Biofarma Edukasi Tour : Salah Satu Cara Belajar Tentang Vaksinasi




Vaksin itu kan Produk Yahudi!
Saya ga imunisasi anak-anak karena vaksinnya terbuat dari enzim babi, bagian tubuh manusia yang diberi racun
Vaksin itu tidak ada manfaatnya bagi tubuh, melumpuhkan generasi. Asi yang memberikan imunitas.


Pernah baca artikel, dengar ceramah atau diskusi dengan tema-tema di atas?Atau ada teman blogger yang tidak mengimunisasikan anaknya? Apa alasannya? 

Tahu tidak kalau vaksin yang ada dan dipergunakan di Indonesia adalah vaksin yang diproduksi di Indonesia, dibuat oleh 100% orang Indonesia dan 99% muslim. Pernah dengar Biofarma? Atau Rumah Vaksin? Yang satu adalah perusahaan vaksin sedangkan satunya lagi adalah rumah vaksinasi yang menyediakan vaksin dengan harga terjangkau.

Bicara soal imunisasi, sebenarnya imunisasi itu apa sih? Dalam blognya, dr. Piprim menuliskan bahwa  Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif. Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan pasif disebut imunisasi pasif, dengan cara memberikan antibodi atau faktor kekebalan kepada seseorang yang membutuhkan. Contohnya adalah pemberian imunoglobulin spesifik untuk penyakit tertentu, misalnya imunoglobulin antitetanus untuk penyakit tetanus. Contoh lain adalah kekebalan pasif alamiah antibodi yang diperoleh janin dari ibu. Kekebalan jenis ini tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Kekebalan aktif dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen secara alamiah atau melalui imunisasi. Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan aktif disebut imunisasi aktif dengan memberikan zat bioaktif yang disebut vaksin, dan tindakan itu disebut vaksinasi. Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi berlangsung lebih lama dari kekebalan pasif karena adanya memori imunologis, walaupun tidak sebaik kekebalan aktif yang terjadi karena infeksi alamiah. Untuk memperoleh kekebalan aktif dan memori imunologis yang efektif maka vaksinasi harus mengikuti cara pemakaian dan jadwal yang telah ditentukan melalui bukti uji klinis yang telah dilakukan. Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat (populasi), atau bahkan menghilangkannya dari dunia *sumber dari sini* 

Pemahaman saya yang awam, imunisasi bertujuan untuk pencegahan  dari  penyakit - penyakit yang berbahaya sehingga berdampak kecacatan atau bahkan kematian.  Lalu dari mana datangnya anggapan untuk menolak imunisasi dengan alasan tidak halal? Apakah sudah ada bukti konkrit nya? Dalam arti mereka yang mengklaim kalau vaksin-vaksin tersebut haram adalah orang – orang yang sudah lihat langsung pembuatannya, mengerti cara pembuatannya, atau mereka – mereka yang terlibat dalam pembuatan vaksin tersebut.   Paling tidak mereka memang belajar mengenai vaksin. Sudah menjadi rahasia umum kalau program vaksinasi/imunisasi di Tanah Air sering kali diterpa kampanye hitam dari kelompok antivaksin. Kelompok ini menyebarkan isu –isu atau berita –berita bohong dan palsu yang tidak berdasar pada temuan atau data –data ilmiah.  Yang saya tahu, mereka yang mengklaim vaksin – vaksin haram bukan orang yang kompeten di bidangnya. Ada ahli hukum yang mempelajari  ilmu herbal, lalu ada juga montir pesawat, dan lainnya. Dan info yang beredarpun menjadi tidak benar, tidak ada bukti klinis yang mendukung.  Lalu masyarakat awan yang menerima pun menelan info yang ada mentah-mentah. Apalagi kita tahu, konsep halal haram di Indonesia ini sangat sensitive, senggol bacok deh pokoknya, padahal ulama Internasional tidak ada yang melarang imunisasi.

Bapak dan Ibu dokter memberikan sharing di bus 1

Ketika Rumah Vaksinasi mengundang saya minggu 11 Januari 2015 lalu untuk mengunjungi BioFarma, salah satu perusahaan vaksin di Indonesia dan di Asia Tenggara,  saya sangat senang sekali.  Nah ini kesempatan langka yang sayang dilewatkankan.  Saatnya masyarakat awam diberi kesempatan untuk mengetahui  mengenai tempat pembuatan vaksin.  Bersama dengan beberapa dokter anak, dokter umum, bidan, tenaga kesehatan lainnya,  dan masyarakat umum seperti saya, kami mengunjungi  BioFarma di Pasteur Bandung.  Undangan yang saya terima menyebutkan meeting point di Mesjid At Tin pukul 5.30 pagi. Setelah registrasi, saya dan fadlun (blogger yang saya ajak menemani) ditempatkan di bus 1 bersama dr. Piprim dan dsa lainnya. Waah seru nih saya dapat kesempatan langka bisa bertatap muka langsung dengan beliau. Selama dalam perjalanan Jakarta Bandung, dr. Piprim, dr. Mukhlis, dr. Santi, dr. Yanti, dan dr. Yulher bergantian sharing mengenai sepak terjang mereka dalam mengkampanyekan imunisasi.  Bapak dan Ibu dokter ini juga meminta kepada semua pihak khususnya pemerintah dlam hal ini Kementrian Kesehatan, ulama, tenaga medis  dan masyarakat pada umumnya untuk sama – sama  mengkampanyekan imunisasi. Sudah terbukti sejauh ini, dengan adanya PIN banyak anak Indonesia yang terbebas  dari Polio, Disentri, Campak dan sebagainya.  Penjelasan yang logis, dengan kalimat yang sederhana dan mudah dimengerti membuat perjalanan Jakarta Bandung tidak terasa lama, bahkan rasanya waktu sharing di bus kurang lama hahahahaha.


Alamat Rumah Vaksinasi

Sesampainya di Biofarma, saya disuguhi pemandangan yang asri dan sejuk. Ya, Biofarma dengan luas 9 ha, memiliki lebih kurang  1300  karyawan adalah perusahaan pelopor vaksin di Indonesia. Biofarma sudah mengekspor ke  lebih dari  123 Negara di dunia, dimana 47 diantaranya adalah Negara Islam.  Biofarma mengakomodir  100% kebutuhan vaksin di Indonesia, sudah diakui WHO dan telah menyediakan hampir 50% vaksin polio di dunia. Berarti bukan perusahaan abal –abal donk ya, bukan perusahaan Yahudi  donk ya wong  salah satu lokasi pabrik dan kantornya ada di Pasteur, Bandung dan karyawannya 100% orang Indonesia. Inshaa Allah juga produk – produk vaksinnya  juga tidak mengandung babi, racun, atau hal – hal yang merugikan umat Islam wong karyawannya 99% adalah muslim.  Jadi hal apa lagi yang kita ragukan?

Ada 3 vaksin yang dikabarkan mengandung enzim babi, namun ketiga vaksin tersebut telah mendapat sertifikat halal. Ketiga vaksin tersebut adalah Meningitis, Rotavirus, dan PV13. Bahkan NU telah mengeluarkan fatwa bahwa vaksin meningitis tidak mengandung enzim babi, boleh disuntikkan pada calon TKI, jemaah Haji dan Umrah karena Saudi Arabia termasuk daerah risiko tinggi untuk meningitis, sehingga sesuai dengan surat dari kerajaan Saudi Arabia bahwa setiap jemaah haji, tenaga kerja dan umroh harus mendapat imunisasi meningitis untuk mendapatkan visa (Sumber ; Surat edaran Direktur jenderal Protokol dan konsuler, Departemen Luar Negeri. Nota D iplomatik dari Ke Dubes Saudi Arabia Jakarta no: 588/PK/VI/06/61)




Sambutan dari Rumah Vaksinasi - Biofarma





Sempat ga konsen ngetweet karena terkesima penjelasan dr.Piprim



Setelah sambutan dan pemaparan dari Biofarma, lalu dilanjutkan dengan penjelasan pentingnya imunisasi oleh dr.Piprim. Disini dr. Piprim membahas imunisasi dari sudut pandang medis dan agama. Menurut saya, penjelasannya beliau logis – masuk akal, mudah dicerna dan sudah pasti jelas dunk sumbernya. “Cari hubungan sebab akibat dahulu, jangan hanya menyalahkan vaksin. Kalaupun memang KIPI, selidiki dulu apa dan bagaimana penyebabnya, ga bisa langsung menyimpulkan itu karena vaksin” ujar beliau. Semua Imunisasi  adalah wajib, merupakan program pemerintah, namun pemerintah sendiri terkendala dalam persediaannya. Untuk itu lah beliau mendirikan Rumah Vaksinasi agar semua program imunisasi dapat dijangkau oleh segenap lapisan masyarakat. Sehingga tidak ada lagi alasan karena harga yang mahal, anak - anak kita tidak diimunisasi.Setelah pembahasan dari dr. Piprim, kita semua dijamu makan siang dan sholat di mesjid yang ada dalam lingkungan Biofarma. Lalu dilanjutkan tour keliling Biofarma mulai dari museum, lalu masuk ke dalam ruangan pabrik, lapangan sepak bola dan berakhir di depan pohon sawo dimana dibawahnya terdapat abu dari salah satu peneliti Jepang yang meminta abunya ditaruh di depan gedung Polio, Dr. Konosuke Fukai. Puas sudah tour edukasi hari ini, ya belajar, ya silaturahmi semua didapat.





Berkeliling PT Biofarma
Beberapa hal yang saya catat khusus berkaitan tour edukasi Rumah Vaksinasi – Biofarma ini;
  • Butuh kerja sama kemenkes dengan pemuka agama dalam hal ini ulama untuk membantu menyebarluaskan info halal tidak nya imunisasi.
  • Tenaga medis juga harus diberi pemahaman yang mendalam mengenai vaksinasi
  • Dosis dan cara pemakaian yang tidak tepat justru membahayakan.
  • Masih banyak tenaga medis yang tidak  tahu cara penggunaan vaksin yang tepat
  • Cari hubungan sebab dan akibat, jangan hanya menyalahkan vaksin saja
  • Penggunaan obat herbal tidak dilarang SELAMA sudah ada penelitian ilmiahnya
  • Semua imunisasi wajib, program pemerintah imunisasi terkendala persediaan vaksin.
  • Bayi yang lahir prematur boleh diimunisasi,namun BB bayi minimal 2kg. Bayi prematur dianjurkan untuk diberikan Vit K sebelum imunisasi Hep B.
  • Pemberian imunisasi ga usah terlalu saklek, jika belum imunisasi bisa disusul secepatnya selama jarak pemberian antara 1 vaksin dengan vaksin lainnya minimal 4 minggu.
  • Rubella, MMR, Varisela, Hep B dan Tetanus adalah imunisasi wajib bagi ibu hamil
Terima kasih untuk Rumah Vaksinasi, Biofarma, atas undangan, perkenalan dan jamuannya yang menyenangkan. Semoga kita dapat bertemu kembali. 

Jangan lupa untuk sesegara mungkin mengimunisasi anak - anak kita agar terhindar dari penyakit - penyakit berbahaya. Masa sih kita mau bersusah  payah memberikan Asix, MPASI rumahan, menyiapkan dana pendidikan dan mencari sekolah terbaik untuk buah hati, tetapi untuk imunisasi yang penting bagi kesehatan anak tidak kita lakukan. Untuk informasi ketersediaan vaksin,harga, layanan dan jadwal imunisasi sila follow/like FB Rumah Vaksinasi dan FB Biofarma.
Dan Semoga dikemudian hari dengan adanya Rumah Vaksinasi makin banyak anak Indonesia yang terlindungi dari penyakit berbahaya dan mematikan.

18 January 2015

Community Visit - AyahASI goes to Cisarua, Kab. Bandung





Bulan kemarin, bapake kebagian tugas mewakili AyahASI yang bekerjasama dengan Save the Children Indonesia (@SaveChildren_ID) untuk mengunjungi daerah yang menurut data dari  SCI merupakan salah satu daerah yang angka kematian bayi nya tertinggi di Indonesia.  Daerah tersebut bernama  Desa Cisarua, Kec, Kertasari. Kab. Bandung. Kalau dari kota Bandung nya sendiri, tepatnya dari BuahBatu, kurang lebih masih 5-6 jam perjalanan lagi menuju ke daerah tersebut. Bukan… bukan karena jarak. Melainkan medan jalan yang agak sulit ditempuh pakai kendaraan sekelas mobil keluarga sekalipun. Bahkan setibanya di sana, signal aja susah sekali didapat. Harus keluar rumah dan berjalan kurang lebih 300 meter menuju ke lapangan bola dimana keberadaan signal bisa terdeteksi. Tapi diluar kekurangan signal dan akses menuju TKP, banyak kelebihan yang ada di desa ini. Penduduk nya ramah luar biasa, makanan mudah didapat, masih bebas polusi , baik itu polusi udara maupun polusi suara.  Juga pastinya, pemandangan indah terhampar dari sudut manapun yang kita mau.


Baiklah, mari kita mulai FR nya …


Jum’at, 5 Desember 2014

Berangkat dari kantor jam 16.30 menuju meeting point 1. Kebetulan jauh hari sebelumnya udah sempet cerita2 tentang rencana ini ke atasan. Pas hari H, dikasih ijin untuk pulang lebih awal, mengingat hari itu gw gak bawa kendaraan dan perjalanan menuju meeting point 1 yaitu Citos dari Meruya merupakan hal yang mustahil ditempuh dalam 2 jam perjalanan. Benar aja, untung bisa pulang lebih awal dan sampai di Citos jam 18.30. Nunggu sebentar, ga lama Aip datang. Koordinasi sebentar via Whatsapp Grup, kemudian datang jemputan untuk antar gw sama Aip menuju meeting point 2 yaitu Kantor Save the Children Indonesia yang terletak di Ragunan. Sesampainya di sana, kami disambut oleh Henda, sang kuncen yang membuat kami para AyahASI terlibat dalam kegiatan ini. 

Sambil menunggu Carlo yang masih dalam perjalanan, bertiga kami mencari makanan di sekitaran kantor Save the Children. Ga lama kemudian, Carlo datang. Dan setelah makan, barulah kami kembali menuju kantor Save the Children untuk melanjutkan perjalanan ke Bandung. 

Sekitar jam 8 malam, perjalanan dimulai. Memang PR berat untuk warga Jakarta yang menempuh perjalanan di hari Jumat yang disertai hujan. Butuh kurang lebih 1 jam untuk bisa menembus kemacetan dan meninggalkan perbatasan Jakarta hari itu. 

Barulah sekitar jam 23.30, sampailah kami di Bandung. Langsung menuju Amaris Hotel Cihampelas, hotel tempat kami menginap malam itu. Mungkin udah menjadi kebiasaan gw, Carlo sama Aip yang mana sesampainya di rumah, hal yang dicari pertama adalah secangkir kopi. Di hotel pun demikian. Tahu bahwa hotel tersebut tidak menyediakan kopi di dalam kamar, mampir lah sebentar ke Alfamart untuk membeli kopi sebelum akhirnya Check In menuju kamar masing-masing.  

Mandi sebentar, seduh kopi, lanjut menuju kamar Aip untuk koordinasi tentang apa yang akan dibahas esok hari. Seiring dengan menumpuknya belek di mata, maka akhirnya meeting dihentikan jam 2 pagi. Balik ke kamar masing-masing, tidur….


Sabtu, 6 Desember 2014

Alarm berbunyi tepat jam 6.30. Langsung mandi, ga lupa skype ke Sally untuk melepas kerinduan sama istri dan anak-anak (tsaaaaah). Jam 7.30, dapat pesan whatsapp dari temen @AyahASI_Bdg, Kang Idz yang udah nunggu di lobby. Kemudian sama-sama Carlo menuju tempat sarapan. Ga lama, di bawah juga disambut sama team Selaras , ada Teh Henny dan Kang Sofwan.  Oh iya, SELARAS ini kepanjangan dari Sederhana Berdampak Luar Biasa yang merupakan salah satu program dari Save the Children. Lalu selang beberapa menit, Veby dari @AyahASI_Bdg juga tiba. Disusul dengan Henda, kemudian Aip. Di resto hotel itu kita sempat di briefing sebentar untuk sekedar mengetahui rules yang sudah ditetapkan team Save the Children. 

Sehabis sarapan, berangkatlah kami semua menuju Dusun Cisarua, Kertasari. Kab. Bandung. Perjalanan ke sana saat itu ditempuh dalam waktu kurang lebih 6 jam. Agak lebih lama 2x lipat dari waktu yang biasanya hanya ditempuh selama 3 jam, mengingat kita melintasi Bandung di saat weekend. Juga cuaca yang sempat turun hujan ketika mulai memasuki kawasan perkebunan PT. PN VIII, dan track yang kami lalui masih berbatu dan berlumpur. Sangat sulit dilalui di waktu hujan. Ditambah mobil yang mengantar kami ke sana, bukan mobil yang mempunyai ground clearance (jarak dari tanah ke bodi bawah mobil) yang cukup tinggi. Agak sedikit ngilu (bahkan sampai nahan nafas) ketika beberapa kali, mobil bersentuhan di kolong waktu melewati lubang atau bebatuan yang sedikit tinggi.


medan jalan yang ajeb ajeb


Sesampai nya di sana, langsung disambut Pak Kades selaku tuan rumah juga yang meminjamkan rumahnya untuk tempat #AyahASIsharingsession juga tempat bermalam. Sempat terdengar kabar bahwa Bapak-bapak di sana sampai pulang duluan akibat terlalu lama menunggu kedatangan kami. Duh, jadi gak enak >.<

Tapi kurang dari sejam kemudian, sesaat setelah kami dijamu dengan makanan khas pedesaan yang rasanya LUAR BIASA ENAK, penduduk Dusun Cisarua, khususnya Bapak-bapak datang kembali ke lokasi acara. Terlihat semangat dan antusiasme yang tinggi dari mereka untuk menghadiri acara ini. Akhirnya sekitar pukul 16.00 acara Sharing Session bersama Save the Children dan penduduk Dusun Cisarua, Kertasari. Kab. Bandung pun akhirnya dimulai.



Diawali perkenalan dari masing-masing kami yang hadir, sampai akhirnya ke penduduk desa setempat. Seperti biasa, di sini AyahASI hanya berbagi pengalaman seputar menyusui saja. Dan kami pun juga belajar dari pengalaman Bapak-bapak yang ada di sana, ternyata banyak kendala yang terdapat di sana sehingga angka kematian bayi yang terjadi lumayan tinggi. Salah satu Bapak di sana yang bernama Kang Budi menuturkan, akibat penggunaan kontrasepsi (suntik), produksi ASI sang istri jadi seret, maka dari itu pada akhirnya gagal memberikan ASI eksklusif kepada anaknya. Padahal , kalau saja tenaga kesehatan di sana memberikan pilihan alternative penggunaan kontrasepsi kepada Kang Budi, kemungkinan ASI eksklusif bisa berhasil, bahkan bisa dilanjutkan sampai 2 tahun. Dengan didampingi MPASI tentunya. Kang Budi ini termasuk masyarakat yang menurut gw sudah termasuk melek informasi di antara warga lainnya. Pada saat istrinya hamil sampai waktunya melahirkan (bahkan sampai saat ini), beliau memeriksakan kandungan istrinya ke dokter. Sementara beberapa warga lainnya masih percaya dengan yang mereka sebut paraji atau dukun beranak. 

bangaip sedang menjelaskan pentingnya dukungan suami dalam kesuksesan pemberian ASI eksklusif


Lain lagi cerita yang dialami oleh Kang Yayan, salah satu penduduk di sana yang mempunyai 4 orang anak. Yang mana anak terakhirnya sudah berumur 2 tahun.  Beliau bercerita, pada saat anaknya berumur 2 bulan, sudah dibawa ke tempat penitipan anak (daycare) yang disediakan oleh pihak perusahaan. Dalam hal ini PT. PN VIII. Hanya saja, fasilitas yang diberikan perusahaan ke tempat penitipan tersebut masih dirasa kurang. Kurang di sini dalam artian, tenaga penjaga yang hanya 2 orang, padahal jumlah anak yang dititipkan di daycare tersebut bisa lebih dari 10 orang anak. Lalu ada lagi, tentang kurangnya pengetahuan si penjaga dalam manfaat ASI, sehingga hanya meminta  disediakan susu formula ke perusahaan. Dan perusahaan pun hanya memberikan dalam jumlah terbatas.

Sayangnya, pertemuan ini harus terhenti di saat pembicaraan sudah mulai seru, dikarenakan waktu sudah hamper maghrib. Akhirnya, Kang Sofwan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk datang lagi setelah Isya untuk melanjutkan Sharing Session ini. Memang hal ini lah yang dibutuhkan oleh masyarakat sana dan mungkin daerah lain yang masih sulit dijangkau oleh informasi yang ter-up to date. Kami pun masih mendengar di sana masih menggunakan pedoman 4 sehat 5 sempurna. Padahal pedoman tersebut sudah tidak berlaku lagi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1992 dan Indonesia pun akhirnya beralih ke Pedoman Gizi Seimbang pada tahun 1995.

Untuk acara malamnya sendiri, terkesan lebih cair dibanding sore hari. Di sini kita banyak bertukar pengalaman seputar masalah parenting.  Ada juga cerita tentang pernikahan usia dini yang terjadi di desa ini. Baru lulus SD, sudah menikah. Baru ngalamin menstruasi, langsung dinikahkan. Gokils. Mungkin ini juga salah satu penyebab terjadinya angka kematian bayi menjadi tinggi di desa tersebut.

Akhirnya setelah banyak bertukar pengalaman, lanjut dengan makan malam , dan diakhiri dengan foto bersama, selesai juga acara Sharing Session yang diadakan oleh teman-teman Save the Children. Walaupun acara sudah berakhir, kami masih melanjutkan ngonrol-ngobrol dengan beberapa warga. Senang rasanya mendapat teman baru dari sana. Kehangatan sambutan mereka membuat kami betah berlama-lama di sana. Tapi sayang, besok harus kembali ke Bandung dan lanjut ke Jakarta. Dan akhirnya gwpun tertidur lelap dengan iringan pecahan bara kayu teh yang terkena panas api.


Minggu, 7 Desember 2014

Sekitar setengah 6 pagi, seperti biasa, dengan belek yang masih menumpuk di pelupuk mata, gw terbangun. Mengintip dari ujung sleeping bag, tampak Idzma dan Carlo yang lagi asik ngobrol entah apa. Sumpah, pules banget tidur gw malem itu. Walaupun tidur pake sleeping bag, tapi rasanya lebih pules di sini dibandingin kasur empuk hotel yang gw inepin kemarenannya. Ngerasain udara gunung yang hanya berjarak sejengkal kalo ngeliat dengan mata ditutup sebelah. Nyoba goyang-goyangin jempol kaki buat ngukur suhu udara berdasarkan ilmu sok tahu gw, kira-kira 15°C. Suejuk tenan. Iya gw norak, jarang-jarang ngerasain udara sedingin ini. Sekalinya ngerasain, kalo ngga di AC kantor atau di freezer rumah. Itupun cuma beberapa detik. Soalnya kalo kelamaan, pasti langsung flu berat.

Bangun, langsung ambil atribut mandi. Niatnya cuma cuci muka. Tapi setelah dihasut sama Idzma yang bilang lebih seger mandi daripada cuci muka, akhirnya gw memutuskan buat mandi. Dan gw ternyata tertipu. Airnya udah kayak aer kulkas. Tapi ada benernya juga. Seger ger ger.

Kelar mandi, tetep disuguhin makan donk. Tapi ga nyangka juga bakal disuguhin nasi di pagi buta kayak gini. Dengan berat hati, akhir nya gw abisin juga tuh sarapan sepiring ….. setengah. Setelah sarapan, beresin barang2 buat lanjut menuju Bandung. Sedih juga sih, walaupun baru kenal beberapa jam. Rasanya udah seperti saudara deket. Dan gw janji ke pemilik rumah, bakalan ke situ lagi kalo punya mobil yang mumpuni buat ngelewatin track di sana. Tepat pukul 07.30 pagi, kita pulang menuju Bandung. Hiks.



Di perjalanan pulang, kebetulan cuaca sangat bersahabat. Sempet ngeliat puncak gunung apa gitu di sana. Rute yang kita lewatin pun berbeda sama yang kemaren. Kali ini pulangnya lewat Pengalengan. Pernah denger kan? Daerah penghasil susu terbesar di Jawa Barat. Susu sapi. Bukan Susu gantung!! Tracknya lebih enak kali ini. Jalanannya udah sedikit bermartabat dibandingin yang kita lewatin kemarin. Dan kebetulan juga saat itu hari minggu, jadi banyak abege dan ibu-ibu muda yang pake celana ketat demi memamerkan pantat semok nya di daerah tersebut. Untung nya kami hanya lewat. Kalau mampir, mungkin gw bisa mimisan …

Perjalanan langsung diarahkan menuju Cafe Roemah Enak-Enak di Jalan Cihapit, Bandung. Setelah menempuh waktu 6 jam perjalanan, akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Pas kita sampai, ternyata Mang Rois udah nunggu di sana.Ga lama kemudian, Kang Igun juga tiba. Tadinya mau dibikin acara Sharing Session juga di sini sama followers AyahASI yang di Bandung, tapi mungkin karena weekend yang mana informasi yang didapat dari Mang Rois, bahwasanya penduduk Bandung pada males keluar di weekend karena jalanan yang dipenuhin sama ORANG JAKARTA, makanya ga ada yang dateng. Tapi tenang, show must go on. Akhirnya, di sini kita review lagi apa-apa aja yang udah kita lakukan kemarin sama team Save the Children. Mengurai masalah demi masalah yang terjadi di sana. Sehingga dapat disimpulkan penyebab dari angka kematian bayi yang tinggi, antara lain:
  1. Akses jalan ke puskesmas yang jauh dan sulit
  2. Ketergantungan dan kepercayaan masyarakat yang turun temurun kepada paraji
  3. Anggapan bahwa biaya persalinan mahal
  4. Kurang control pada masa kehamilan
Pencegahannya sebetulnya mudah saja. Hanya mungkin, praktek nya yang sulit. Mungkin dengan pemerataan infrastruktur, harapan kami untuk mengurangi angka kematian bayi bisa terwujud. Bahkan kalau bisa bukan hanya mengurangi, tapi juga membuat angka kematian bayi menjadi 0. Dan itu bukan Cuma di Dusun Cisarua, Kertasari, Kab. Bandung aja. Tapi juga seluruh daerah lain di pelosok Indonesia.



Semoga ….


03 January 2015

#SpaDate di Tea SPA



Seumur-umur gw belum pernah ngerasain yang namanya SPA dimana dalam benak gw, udah dipijet lulur dan lainnya abis itu bakalan berendem pake air yang  hangat dan wangiiii  kaya dipilem2 romantis gituJ *kesyan amat yak gw* Dan ketika ada kesempatan untuk dapetin voucher SPA, tanpa berpikir dua kali langsung gw samber tuh . Beruntung setelah gw ikutan review satu buah produk pembersih  kewanitaan di forum ini, gw dinyatakan menang dan dapat kesempatan untuk icip-icip SPA bersama pasangan  senilai 1 juta rupiah di TeaSPA dari CombiPhar. Alhamdulillah,….rejeki anak sholeh.

Setelah telp dan bikin appointment dengan Tea SPA, akhirnya tiba saatnya icip icip SPA bareng pak suami. Ini pertama kalinya buat  gw baik SPA sendiri maupun berdua sama pak suami, tapi ga tau yee kalo pak suami hihihhi  *lempar granat*. Pas telp sih dikasi tau kalo menggunakan voucher hanya bisa di hari kerja alias Senin – Jumat saja, dan voucher ga berlaku di weekend ataupun hari libur. Lamanya perawatan kurang lebih sekitar 3 – 4 jam dengan  paket perawatan Body Scrub – Hot Stone Massage – Face Treatment – Eye Treatment – Hair Mask & Back Therapy – Tea Drink. Kita pakai voucher di 26 Desember lalu.

Lokasi Tea SPA di jalan Gunawarman 9 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, di pinggir jalan jadi gampang kok carinya. Tea SPA berada di lantai 2, sedangkan lantai 1 nya resto/café yang sayangnya kita ga sempat  nyobain. Begitu masuk dan registrasi, kita diminta menunggu sementara mereka menyiapkan tempat.  Setelah berganti sandal, kita dipersilahkan masuk ke ruangan yang baunya wangi dengan suasana temaram yang menenangkan. Setelah berganti pakaian dengan kimono, perawatan pertama yaitu foot therapy, dimana kaki dibersihkan dalam tempat cuci lalu dipijat sana sini. Setelah itu baru lah Hot Stone Massage, pijat menggunakan batu panas yang kegunaannya untuk menghilangkan pegal linu masuk angin atau pada saat badan ga enak. Karena kita berdua datang pada saat libur Natal dan banyak therapis yang cuti,  jadi Hot Stone Massage hanya bisa dilakukan oleh salah satu therapis saja.  Jadi gw mengalah, biar pak suami yang dapat Hot Stone Massage secara doi yang banting tulang  kerja Ciracas – Meruya PP dan sering ngeluh sakit badan, gw cukup Tradisional Massage aja deh….

tempat untuk menunggu, cantik ya
Tradisional Massagenya enak, yang emang dasar gw aja yang demen  dipijet mana pake minyak essential oil yang baunya enak bikin merem melek. Hanya sayangnya dibeberapa badan bagian tertentu, pijetannya berasa sakit mungkin badan gw yang emang kaku – maklum saja biasa ngeinem. Kelar massage lanjut face Treatment ; wajah dipijat setelahnya diberi masker, Eye treatment dan body scrub. Gw sempat tanya ke pak suami gimana Hot Stone Massagenya enak ga? Dia jawab enak dan panasss hahahaha. Awalnya batu digesekkan ke permukaan kulit sembari dipijat. Setelah itu batu2 tersebut ditaruh dan didiamkan di beberapa titik tubuh.  Karena badan yang hangat, terus keenakan habis dipijat, pak suami tak lupa ngorok dunk hahahaha pules bener tidurnya pak !          

Selesai  body scrub yang bikin daki kabur, kita mandi dikamar mandi yang sudah disiapkan. Hihihihi tadinya kita berdua udah kesenangan bakalan berendam karena di dalam kamar perawatan ada bath tub. Ketauan deh di rumah ga punya bath tub, ga pernah berendam berduaan,…bawaannya udah semangat aja mau nyobain. Namanya juga udik bin norak hahahaha jadi harap maklum yaaa. Tapi ya sudahlah belum rejeki,mandi di kamar mandi juga gpp deh J setelahnya lanjut hair mask & back therapy diakhiri dengan minum green tea pilihan pak suami dan ginger tea untuk gw. Total perawatan kurang lebih 3,5 jam plus ditambah 30 menit nungguin pak suami setor tunai ke wese, kami pun pulang.  
Ruang Perawatan , gambar dari web


Ciyeee yang abis perawatan paripurna

Selama ini gw dan suami beberapa kali pernah sok-sok an perawatan bareng mulai dari totok wajah – potong rambut – facial – refleksi dan pijat bareng.  Nah sekarang akhirnya kita kesampaian juga nih SPA bareng, alhamdulillah bisa #Spadate #Ourtime berkualitas ditengah – tengah  kesibukan dia dan kerempongan gw dengan urusan domestik keluarga plus ditambah renovasi rumah yang belum kelar.  Review gw untuk tempat ini ; suasananya bikin betah  – therapis nya sopan dan ramah – produk yang digunakan juga enak dan wangi baunya  bikin ketagihan – dan sepengamatan gw harganya juga cukup bersahabat didompet.  Untuk harga berkisar dari 25 ribu ampai  235 ribu meliputi Tea Massage – Body Treatment – Waxing – Face Treatment  - Reflexy  - Hair Treatment dan Nail Treatment yang  kesemuanya menggunakan produk berbahan tea.  Tea SPA buka setiap hari  dari pukul 9 pagi hingga 10 malam.   Mau info lebih akurat sila dicek ke www.teaspa.co.id  yaaa. Kalau ditanya mau ga ke sana lagi? Gw jawab Maaaauuuuuu, ….tapi kudu ngumpulin kardus bekas dulu buat bayarnya ;)


Daftar Harga


© Cerita Keluarga Fauzi
Maira Gall