Pagi itu saya bergegas menuju gerai makanan siap saji yang terletak di pintu tol Cibubur. Waktu menunjukkan pukul 7.30 pagi, beberapa teman blogger ternyata sudah hadir lebih dulu. Kami sama – sama menanti bus yang akan menjemput kami.
Pagi itu, saya dan teman – teman blogger diundang PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk, untuk mengunjungi kompleks pabrik Indocement yang berlokasi di Citeureup. Kompleks pabrik Citeureup memiliki 10 pabrik yang beroperasi, kebayang ya luasnya. Selain di Citeureup, Indocement juga memiliki kompleks pabrik lain yang berada di Palimanan, Cirebon ( 2) pabrik dan Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan (1 pabrik) dan 7 terminal fasilitas distribusi Semen.
Jarak tempuh dari Cibubur – Citeureup tidak lama, kira – kira 20 menit saja. Begitu tiba di lokasi, kami disambut Bapak Pigo Pramusakti, Corporate dan Public Relations Manager Indocement. Selanjutnya giliran Bapak Aditya Purnawarman, CSR Citeureup Departement Indocement, menyampaikan program CSR Indocement.
Bpk. Pigo, menyambut teman-teman blogger yang hadir |
Menurut Bapak Aditya, CSR Indocement terbagi atas 2 : Community Development (pendidikan, kesehatan, ekonomi, budaya agama dan olah raga & keamanan) dan Suistanable Development Program. Namun dalam implentasinya, program CSR Indocement tidak melulu bagi – bagi uang. Tetapi Indocement membuat program pemberdayaan masyarakat yang pastinya lebih bermanfaat.
Dalam program Suistanable Development Program, terdapat 12 desa binaan yang berada di sekitar Kompleks pabrik Citeureup, salah satu contohnya seperti Gerakan Tani Mandiri. Maka tujuan kami hari itu adalah bertemu dengan mereka. Setelah coffee break dan safety briefing, kami pun diajak berkeliling mengunjungi Kompleks pabrik Citeureup.
Tujuan pertama kami, Gerakan Tani Mandiri yang berlokasi di daerah perbukitan. Selama perjalanan, bus yang kami tumpangi dipandu oleh Bapak Jafar. Bapak Jafar menjelaskan lokasi yang kami lewati, tampak sport hall, lokasi pabrik tertua Indocement, masjid as Salam, komplek pabrik yang hijau, poliklinik, dan jalan umum yang dibangun perusahaan.
Sebelumnya pak Pigo juga menjelaskan bahwa dulu ketika Indocement membuka pabrik di Kompleks pabrik Citeureup ini, sekelilingnya merupakan tanah kosong, tidak tampak tanda – tanda penduduk. Seiring berjalannya waktu, masyarakat mendekat ke arah Kompleks pabrik, dan mendirikan hunian di sekitarnya. Kini, lokasi penambangan kurang lebih 5km dari perkampungan penduduk.
Ada 2 area penambangan, salah satunya untuk komposisi pembuatan semen, di mana Indocement merupakan produsen semen putih di Indonesia. Lokasi pabrik terbuka dengan pemukiman penduduk.
Di masa awal, polusi dirasakan oleh masyarakat, jadi gak heran kalau mereka complain pada perusahaan. Kemudian Indocement menggunakan teknologi terbaru dan mengikuti peraturan pemerintah yang ada, yang mengatur mengenai polusi suara, debu, dan lainnya.
Lambat laun masyarakat sekitar mulai bisa menerima. Namun demikian, tetap saja ada keluhan yang disampaikan masyarakat pada perusahaan. Di sini peran penting CSR sebagai jembatan antara masyarakat dan management.
Suasana di dalam bus dan di dalam kompleks pabrik Citeureup |
Kompleks pabrik Indocement di Citeureup seluas 200 ha. Ban 8, gabah, limbah, endapan minyak digunakan sebagai bahan bakar alternatif saat dibakar. Namun tidak ada emisi, debu, dan suara yang dihasilkan, aman ya. Di sini, sampah diolah dan dijadikan bahan bakar alternatif, tidak ada yang terbuang sia – sia.
Di Community Development, Indocement tiap tahunnya berbagi sapi kurban, bantuan beasiswa, dan program-program pemberdayaan masyarakat lainnya. Selain itu, karena dekat dengan pemukiman penduduk, Indocement juga membuat jalan raya.
Gerakan Tani Mandiri
Dalam perjalanan menuju ke atas bukit, tampak terlihat capung dan kupu – kupu. Kedua binatang ini menunjukkan bahwa lingkungan yang ada sehat, tidak tercemar polutan.
Sekelompok kupu - kupu yang berada di Quarry D |
Gerakan Tani Mandiri, berada di Quarry D, Desa Leuwikaret, yag merupakan program reklamasi tambang di Quarry D. Program ini sudah berjalan selama 2 tahun, dimulai pada tahun 2015 lalu. Gerakan Tani Mandiri ini merupakan kelompok tani yang dibentuk Indocement untuk mengurangi pengangguran di Desa Leuwikaret dan mengurangi penambangan ilegal oleh warga.
Indocement juga menyediakan lahan, menyediakan bibit tanaman, menyediakan pupuk, peralatan pertanian, memberikan pelatihan pertanian, dan membantu penjualan produk pertanian. Hingga saat ini, dari total 18,6ha, baru 5ha yang baru dapat dikerjakan, dengan total 27 petani.
Menuju lokasi di perbukitan, kami turun dari bus, dan berjalan kaki. Sesampainya di sana, kami diterima oleh Bapak Ndang, Bapak Ahmad dan Bapak Dadang. Kami pun diajak melihat perkebunan mereka. Ada kacang buncis, pete, pisang, pepaya, cabai, mentimun, kacang tanah, jagung, jahe merah dan tanaman holtikultur lainnya yang ditanam tumpang sari dan berganti jenis komoditi tanaman holtikultur.
Saat di lapangan, beberapa teman bertanya, berapa omzet yang diperoleh? Omset perbulan petani antara 500 – 1,5juta/bulan/orang tergantung jenis tanaman, luas tanaman, dan musim yang berjalan. Semua omset yang diperoleh, diberikan kepada petani.
Mata Air Cikukulu
Selanjutnya kami menuju Mata Air Cikukulu yang juga terletak di Quarry D, yang terletak di desa Lulut. Luas area koservasi mata air Cikukulu mencapai 5 ha, sudah memenuhi standar kualitas air bersih yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari – hari.
Indocement melakukan pipanisasi untuk warga Desa Leuwikaret dan Desa Lulut, namun ada zona larangan tambang serta wajib melakukan penghijauan di sekitar mata air.
Ketinggian rata – rata muka air mencapai 31, 25cm,di mana di musim kemarau bisa mencapai 15cm dan musim penghujan mampu mencapai 40cm. Mata air Cikukulu dimanfaatkan oleh 500KK. Uji kualitas air dilakukan setiap enam bulan, dan dipantau setiap dua minggu sejak 2007. Selama di sana, udara cerah menggoda kami untuk turun mencicipi air Cikukulu, apa daya kami harus segera pindah ke lokasi berikutnya.
Kebun Tegal Panjang
Airnya bersih dan dapat digunakan untuk kebutuhan sehari - hari |
Kebun Tegal Panjang
Selapas dari mata air, kami menuju lokasi tujuan terakhir, Kebun Tegal Panjang yang juga berada di Quarry D. Dengan luas 12 ha, kebun ini dikelola oleh 10 orang petani, 2 orang tenaga pengawas dan 8 orang petani kebun yang berasal dari desa mitra Indocement.
Ketika mereklamasi kawasan Quarry D, ada 4.000 pohon yang ditebang dan sudah ditanam kembali 14.000 ha. Kebun Tegal Padang ini menghasilkan budidaya pohon cinta, yang biasanya digunakan saat acara resepsi pernikahan. Pohon cinta ini dibeli oleh pengusaha bunga di Rawa Belong.
Mas Hilman, mendampingi kami berkunjung ke Kebun Tegal Panjang |
Di sini, Indocement juga memanfaatkan Kebun Tegal Panjang sebagai laboraturium pertanian/perkebunan. Pak Adit juga sempat bilang kalau Indocement memberi kesempatan kepada para peneliti, untuk meneliti apapun di sana.
Omset yang diperoleh Kebun Tegal Panjang sebesar Rp800.000 - Rp2.000.000/bulan, tergantung hasil panen dari tanaman cinta dan tanaman holtikultur lainnya. Kesemuanya dikembalikan lagi kepada para petani.
Ada banyak pepohonan yang ditanam di kawasan Quarry D, antara lain : Pohon Cinta, pohon Andong, Pohon Jati Jumbo, Jahe merah, Kemiri Sunan, Jarak Pagar, Maja, Mahoni, Sengon, dan Pepaya California. Luas lahan yang sudah direklamasi di Quarry D mencapai 67 ha yang terbagi di 65 post reklamasi. Blok area yag pertamakali direklamasi adalah Quarry D blok IC yang luasnya mencapai 2,2 hektar di 2004.
Memasuki kebun ini, ada hamparan pohon Jati, tanaman rambat Markisa dan pohon Maja yang menarik perhatian saya. Buah Maja yang rasanya pahit *ingat Majapahit* bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk menyalakan api. Beruntung kami ditemani Aki Toni dan mas Hilman yang banyak memberi informasi mengenai program CSR Indocement ini.
Dan kunjungan kami berakhir kembali di aula untuk makan siang. Terima kasih Indocement untuk kunjungan siang ini, saya jadi tahu, ternyata area penambangan dapat direklamasi dan bermanfaat digunakan untuk kepentingan masyarakat sekitar.