Setiap rumah pasti tangga
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, benar kan?Seperti keluarga kecil kami,
dengan 2 orang anak yang memasuki usia sekolah, kebutuhan harian kamipun mulai
meningkat. Hmm...ini baru 2 orang anak ya, bagaimana kalau memiliki 4 orang
anak? *lalu emaknya pusing mikirin uang bulanan*
Sejak menyusui Fara, sayapun
akhirnya memilih resign. Saya yang sudah bekerja sejak tahun 2002 akhirnya
memilih resign dengan alasan saya ingin menyusui Fara secara ekslusif. Bukan
apa-apa, saya merasa bersalah ketika Fadly lahir, ia tidak bisa menyusu pada
saya. Jadilah Fadly berkenalan dengan sufor yang waktu itu cukup menguras
kantong.
Namun dibalik keputusan saya
resign, ada seseorang yang begitu siap menerima keputusan saya bahkan
mendukungnya hingga kini. Ya, suami saya, ayah dari anak – anak saya justru mendukung
100% keputusan saya resign.
Begini ya,... selama 4 tahun kami
membina keluarga, sedikit banyak ada andil saya dalam mengisi pundi – pundi keuangan
keluarga. Yah mungkin jumlahnya tidak seberapa, namun paling tidak penghasilan
saya dapat mengcover kebutuhan harian dan transport. Dengan saya resign
otomatis beban finansial tidak bisa dibagi bersama lagi melainkan tertumpu pada
satu orang, pak suami.
Pak suami bekerja di sebuah
perusahaa yang menjual peralatan masak dan kebutuhan rumah tangga impor dari Korea.
Tetapi lama kelamaan, kebutuhan kami tidak bisa hanya mengadalkan dari
kantornya saja. Pak suamipun memutar otak untuk mencari pekerjaan tambahan.
Awalnya sih pak suami ikut temannya untuk membuka jasa jual beli segala rupa,
tetapi hasil yang diterima tidak rutin, hari ini ada customer, besok belum tentu
ada transaksi.
Hingga suatu ketika alat
transportasi online mulai booming, pak suamipun nekat ikut serta mendaftar. Pak suami diterima menjadi salah satu driver
ojek online yang ada. Di beberapa pekan pertama ketika menjalani profesi
sampingan ini, kami sekeluarga sangat senang dengan penerimaan yang ada. Dalam
satu hari saja pak suami bisa mendapat penghasilan Rp500.000,- - Rp600.000,-
nett. Cihuykan?
Tetapi hal ini mengakibatkan
waktu kebersamaan kami jauh berkurang. Pak suami berangkat kerja jam 06.00 pagi
dan kembali ke rumah pukul 00.00 wib, bahkan tak jarang pukul 01.00wib. Anak –
anak tidak memiliki banyak waktu dengan bapaknya. Hingga suatu hari Fadly
protes dan menyatakan keberatannya karena minimnya waktu yang ia habiskan
bersama bapak.
Materi memang harus dicari, namun
masa kecil anak – anak tak akan terulang lagi. Kalimat ini membuat pak suami
kembali memikirkan tujuan dan tanggung jawab. Dengan berat hati, ia pun
memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan kantorannya dan menjadikan pekerjaan
sampingan, menjadi pekerjaan utama, sumber penghasilan keluarga kami.
Demi menambah pundi – pundi keuangan,
pak suamipun ikut serta mendaftar menjadi agen KUDO, sebuah Kios Untuk Dagang Online. Kudo memberikan kemudahan bagi kami
sekeluarga. Tinggal daftar, buka aplikasi, dan isi saldo, kami pun bisa mulai
berjualan. Tanpa perlu memiliki toko, bisa dilakukan di mana saja, tersedia
jutaan produk, memiliki bonus yang menarik dan cukup dengan modal minimal
Rp10.000,- kita sudah bisa berjualan menjadi salah satu agen Kudo.
Hingga saat ini yang keuntungan
yang diperoleh pak suami dari Kudo mulai terlihat hasilnya. Sedikit demi
sedikit lama – lama menjadi bukit, kan?. Berkat Kudo, pak suamipun kembali
memiliki quality time bersama anak – anak, namun tetap berpenghasilan. Tetap menjadi
Pahlawan Keluarga kami. Terima kasih Kudo Indonesia, terima kasih suamiku
sayang, karena kalian adalah Pahlawan
bagi kami.