21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional sejak 2006 lalu. Dipilih nya tanggal tersebut untuk mengenang peristiwa di Leuwigajah, Cimahi, pada 21 Februari 2005. Ketika itu tumpukan sampah merenggut 100 nyawa, akibat curah hujan yang tinggi dan ledakan gas metana yang mengakibatkan dua kampung (Cilimus dan Pojok) menghilang tertimbun tumpukan sampah.
Sekira sampah merupakan hal kecil bahkan terkesan tak penting dan kotor. Namun ternyata sampah dapat menjadi mesin pembunuh makhluk hidup yang ada.
Teringat perjalanan saya ke Lombok di bulan Januari lalu. Saya sempat berkenalan dengan wisatawan asal Milan, Italia. Ia bilang, Indonesia memiliki pantai dan terumbu karang yang indah, tak ada yang menandingi. Namun, keberadaan sampah plastik di sekitarnya, menjadi penganggu. Ia menyayangkan kalau Pemerintah tak peduli dengan hal tersebut, akan menganggu kelangsungan hidup ekosistem laut.
Menurut data yang dilansir dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun, dan sebanyak 24% sampah masih tidak terkelola (Sustainable Waste Indonesia). Itu berarti sekitar 15 juta ton sampah mengotori ekosistem dan lingkungan karrna tidak ditangani.
Workshop Trash To Treasure
Dan di Hari Peduli Sampah Nasional 21 Februari 2019 lalu, saya berkesempatan menghadiri workshop bertemakan Trash To Teasure, di kantor Bukalapak, Kemang Timur, Jakarta.
Hadir sebagai narasumber hari itu, mantan penyanyi cilik, Tasya Karmila. Sebagai Duta Lingkungan Hidup. "Saya mendukung Bukalapak dalam merangkul masyaraa5t untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitarnya dengan langkah kecil, mulai mengurangi penggunaan barang sekali pakai, memilah sampah untuk dikelola kembali dan mencari cara kreatif agar sampah tetap memiliki nilai guna sampah dan barang tidak terpakai.
Tasya mengingatkan bahwa sebaiknya kita memilah sampah mana yang bisa didaur ulang dan yang tidak. Sampah sendiri terdiri dari 3 jenis ;
- Sampah Organik
- Sampah UnOrganik yang bisa direcycle
- Sampah UnOrganik yang tidak bisa direcycle
Eva Andarini, Corporate Communication Manager Bukalapak mengatakan bahwa Bukalapak menaruh perhatian pada lingkungan. Aeperti banyaknya penggunaan sisa bubble wrap atau plastik pembungkus yang tidak dimanfaatkan secara baik. Ia berharap dengan asanya workshop ini dapat mengedukasi masyarakat untuk lebih peduli lingkungan dengancara - cara kreatif sehingga dapat membantu mengurangi volume sampah di Indonesia
Workshop Trash To Treasure ini merupakan kerja sama Weekend Workshop (WEWO), Bukalapak dan Kertabumi Foundation.
Oke, saatnya sekarang Kertabumi Foundation mengajak seluruh undangan yang hadir untuk membuat pouch dari kertas kresek bekas.
Ternyata bahan dan proses pembuatannya tidaklah sulit. Cukup sediakan :
- Kantong kresek bekas, gunting ujungnya, lalu setrika hingga agak kaku. Selama proses disetrika, pastikan panas setrika cukup.
- Setelahnya gunting sesuai pola.
- Lalu jahit kantong kresek sesuai pola yang ada.
Mudah kan, kantong pastik kresek yang tadinya hanya memenuhi rumah dan jadi sampah, siap gunakan sebagai pouch, dompet maupun tas. Produk tersebut pun kembali memiliki nilai ekonomi yang menghasilkan bagi pembuatnya.
Saya jadi tertantang juga membuatnya di rumah. Walaupun sudah diet plastik, terkadang saya masih membutuhkan plastik dalam jumlah sedikit. Nah sisa plastik lainnya, bisa donk didaur ulang seperti diatas. Kalau teman - teman bagaimana? Punya ide apa untuk mendaur ulang sampah yang ada? Share ya...