Sabtu 14 November 2015 lalu saya
mengikuti talkshow “A Fair Shot, Vaksin
Pneumonia untuk Kesehatan Anak “ yang diadakan oleh Mommies Daily dan DoctorsWithout Borders. Buat saya, pneumonia ini tidak terlalu familiar dibandingkan
dengan TBC atau bahkan diare. Namun ternyata, pneumonia merupakan penyakit yang
diam – diam mematikan. Tahu tidak, ternyata setiap tahun, diperkirakan 1 juta
anak di dunia meninggal karena pneumonia. Bahkan di Indonesia, penyakit pneumonia atau radang paru ini sebagai penyakit mematikan no 2 setelah diare.
Acara dipandu oleh MC kece sekaligus Managing Editor MD |
Menurut Mediskus.com pneumonia adalah istilah medis yang menggambarkan sebuah penyakit pada
paru-paru yang dapat terjadi ringan hingga serius dan mengancam nyawa.
Pneumonia paling serius jika terjadi pada bayi dan anak-anak, orang tua diatas
usia 65 tahun, dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang mendasarinya atau
sistem kekebalan tubuh yang lemah. Infeksi atau peradangan terjadi pada salah
satu atau kedua paru-paru, lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada kantung
udara (alveolus, jamak: alveoli). Kantung udara akan terisi
cairan atau nanah, sehingga menyebabkan sesak nafas, batuk berdahak, demam,
menggigil, dan kesulitan bernapas. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri
Streptococcus Pneumoniae.
Gejala- gejala pneumonia cenderung
nyaris mirip dengan flu, antara lain demam, berkeringat dan menggigil. Batuk berdahak tebal dan
kentel (lengket), nyeri dada saat bernapas dalam atau ketika batuk, sesak nafas,
kelelahan, nyeri otot, mual, muntah, diare dan sakit kepala. Faktor resiko
pneumonia sendiri adalah karena ditularkan oleh penderita batuk, imunisasi yang
tidak lengkap dan kondisi kurang gizi.
Pneumonia dapat dicegah yaitu dengan vaksinasi terhadap
bakteri penyebab pneumonia dan vaksin influenza. Hal ini penting bagi mereka
yang berisiko tinggi seperti orang dengan diabetes, asma, dan masalah kesehatan.
Dalam acara ini, hadir dr. Dirga Sakti Rambe, Vaksinolog pertama di Indonesia.
dr. Dirga Sakti Rambe, nara sumber |
Pada kesempatan itu, dr. Dirga
mengatakan bahwa Asi dan Vaksin mempunyai manfaat dan tujuan masing – masing.
Antibodi pada ASI memiliki jangka waktu dan tidak spesifik. Sedangkan vaksin
bertujuan untuk melengkapi, bersifat spesifik (satu vaksin untuk satu kuman)
dan bekerja melindungi sepanjang hidup. Vaksin bekerja untuk menstimulasi
antibodi dan mengenal memori. Namun cara kerja vaksin berbeda dengan obat. Obat
untuk mengobati sedangkan vaksin untuk melindungi.
Semakin banyak vaksin ditemukan,
semakin berkurang pula bahkan dapat memusnahkan penyakit – penyakit yang
berbahaya dan mematikan bagi anak. Namun sayangnya, akibat gerakan anti vaksin
, beberapa daerah di Indonesia cakupan penyakitnya mulai merajalela. Vaksinasi
memang tidak terlihat langsung hasilnya.
Indonesia termasuk di negara
urutan ke 10 yang terkena pneumonia di dunia. Usia rawan dan renta untuk
terjangkit pneumonia adalah anak – anak yang berusia di bawah 2 tahun, dan
setiap tahunnya menjadi penyakit mematikan No 1 bagi anak berusia di bawah 5
tahun.
Sayangnya saat ini harga vaksin
sangatlah mahal, demikian juga dengan vaksin pneumonia. Masih banyak orang tua
yang beranggapan bahwa vaksin adalah sesuatu yang mahal dan menjadi kendala
tersendiri bagi masyarakat untuk memberikan vaksin pada buah hatinya. Bayangkan
saja, harga vaksin pneumonia sekitar 750 ribu – 1 juta, lumayan ya.. Sementara untuk dapat
mencegah dan efektif melindungi anak kita dari pneumonia dibutuhkan 3x dosis.
Yang membuat saya miris ketika mendengar pemaparan dr. Tutut Sri Purwanti,
perwakilan dari Doktor Without Borders bahwa ternyata Indonesia tidak mendapat
bantuan penuh pendanaan untuk vaksinasi pneumonia melalui GAVI Vaccine Alliance.
Padahal 78% negara berpendapatan rendah justru dapat melakukan vaksinasi.
dr. Tutut Sri Purwanti, nara sumber dari Doctors Without Borders |
Hingga saat ini baru ada dua
perusahaan yang memproduksi vaksin pneumonia yaitu Pfizer dan GlaxoSmithKline (GSK).
Karena hanya 2 perusaahaan yang memproduksinya membuat vaksin ini terbilang
cukup langka, dengan penentuan harga yang kurang transparan.
Maka untuk meningkatkan kesadaran
publik tentang penyakit pneumonia anak dan mahalnya harga vaksin sebagai
kendala utama, Doctors without Borders, menggaungkan sebuah kampanye “A FairShot” yang bertujuan mengajak publik
untuk peduli dan ikut berpartisipasi dalam kampanye online untuk meminta
perusahaan farmasi menurunkan harga vaksin. Caranya bagaimana? Gampang kok…
- Kunjungi seasia.afairshot.org
- Klik “take action now”
- Dan share foto kamu dengan latar belakang merah di akun social mediamu.
Saya sudah ikutan, kalau kamu? |
Siapa itu Doctors Without
Borders?
sebuah Organisasi yang didirikan
pada tahun 1971 oleh sekelompok dokter dan jurnalis di Perancis. Saat ini
Doctors Without Borders sudah berada di 66 negara di dunia, namun sayangnya
belum ada di Indonesia. Medecins Sans Frontieres (MSF) atau dikenal juga dengan
Doctors Without Borders menolak pandangan bahwa orang miskin hanya berhak mendapat
layanan medis kelas tiga, dan Doctors Without Borders berusaha untuk menyediakan
layanan medis berkualitas bagi para pasien. Doctors Without Borders dibentuk pada
keyakinan bahwa semua orang harus memiliki akses ke perawatan kesehatan tanpa
memandang jenis kelamin, ras, agama, kepercayaan atau afiliasi politik, dan
bahwa kebutuhan medis masyarakat lebih besar daripada menghormati batas – batas
nasional.
Yuk mari kita sama – sama
peduli dan ikut serta dalam kampanye “A Fair Shot” agar vaksin pneumonia dapat
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat sehingga angka kematian yang
disebabkan oleh pneumonia pada anak berkurang!
nice infonya
ReplyDeletePengetahuan yang penting bagi orangtua. Terimakasih sharingnya Mba. semoga semakin banyak yang sadar akan pentingnya pencegahan penyakit pneumonia.
ReplyDeleteVaksin Pneumonia itu mahal juga ya ternyata? Baru tahu. Memang benar agar2 isu vaksin berbahaya dan sebagainya sempat menimbulkan sejumlah kekhawatiran di beberapa kalangan. Awalnya saya juga, tetapi seorang kenalan dokter meyakinkan saya klo isu tersebut tidak benar.
ReplyDeleteTernyata ada ya doctor without border. Makasih mbak ulasannya lengkap. Saya coba share di sosmed saya nanti. Saya dukung deh gerakan A FAIR SHOT ini :)
Salam kenal
Sayang bgt kmren gk jd dtg. Bangun kesiangan, jd grasak grusuk sm kerjaan mamak mamak pagi hari. Balada rumah jauh, kudu brgkt subuh :( tp untunglah bisa baca reportasenya...
ReplyDeleteIya mahalll beut vaksinnya Dan ga masuk imunisasi wajib pemerintah, jd kemaren aku skip aja deh.
ReplyDeleteMdh2an kedepannya jd lebih murah. Amin
kampanyenya bagus bangett.. semoga vaksin tersebut bisa disubsidi oleh pemerintah dan menjadi lebih murah
ReplyDeleteTahun lalu, putra teman saya yang seumuran dengan anak saya meninggal di usia 8 bulan akibat Pneumonia. Sedih sekali rasanya :'(
ReplyDeleteNgeri juga ya mbak penyakit pneumonia ini, saya sering dengar sih, tapi baru tau data2nya dan rincian tentang ini penyakit setelah baca artikel mbak ini.
ReplyDeleteMertuaku umur 70 an mbak dan kena pneumonia, badannya kurus. masuk keluar rumah sakit. Dan nggak mau minum obat, katanya kalau minum obat rasanya mencekik dan sesak. Sedih
ReplyDeleteJadi ngerti tentang pneumonia, seringkali cuma asal denger-denger aja.
ReplyDeleteMakasih reportasenya :)
Puaskan istri anda di atas ranjang dengan solusi terbaik dengan memakai produk herbal kami dengan bahan baku alami tanpa efek samping
ReplyDeleteTujuan acaranya untuk apa itu mas?
ReplyDelete