Ketika anak – anak di usia bayi-balita, saya yakin bahwa semakin usia mereka bertambah, semakin mudah saya mendidik dan mengawasi mereka. Mereka akan mengerti apa yang saya dan bapaknya inginkan. Tetapi kenyataannya di usia Fadly saat ini (8tahun), saya mulai kesulitan berkomunikasi dengannya. Banyak hal – hal yang sudah kami sepakati, pelan -pelan mulai dilanggar Fadly.
Saya ingin, sampai
kapanpun saya tetap bisa menjadi sahabat Fadly. Dan saya yakin ini
bukan pekerjaan yang mudah dan menjadi PR bagi saya dan pak suami.
Kami ingin di usia remajanya nanti, Fadly tetap menganggap kami
teman/sahabatnya, tetap bertukar cerita dengan kami. Sebisa mungkin
tak ada hal yang disembunyikan dari kami. Huhuhu semoga menjadi
nyata.
Demi menambah wawasan
saya dalam parenting, Sabtu 19 Maret 2016 bertempat di Gedung Dewan
Pres, Kebon Sirih, Jakarta, saya mengikuti Workshop Anakku Beranjak
ABG yang diadakan oleh Kampung Keluarga bersama Komunitas Cinta
Keluarga. Workshop kali ini dengan narasumber Ibu Rani Razak atau
yang familiar dipanggil Buni. Menurut beliau;
- Memiliki anak remaja jauh lebih sulit daripada mengurus anak balita.
- Remaja hanya butuh didengar.
- Orang tua cuma butuh kunci mulut agar tidak bereaksi berlebihan pada anak.
- Sebenarnya permasalahan anak dan orang tua sejak dulu hingga kini sama saja, yang berubah hanya eranya saja.
- Di jaman reformasi, remaja berpikiran kritis dan diplomatis. Ini tentu terkadang tak sesuai dengan kemamuan orang tua.
Sebenarnya ketika kita
remaja apa sih yang kita rasakan dan kita inginkan? Pengekangan dan
larangan sepihak dari orang tua?Kebebasan?pulang malam?ingin bisa
nyetir mobil?atau sederat hal – hal lainnya yang menurut kita gak
asik dan bikin kesel. Ya gak sih? Saat remaja dulu, saya paling sebel
kalau nenek saya sudah menasehati saya tentang jam malam dsbnya.
Apalagi kalau tahu saya main basket seharian, pulang ke rumah pasti
sudah siap dengerin omelan nenek yang rasanya gak berhenti –
berhenti, bak kaset yang diulang setiap hari. Duh gak banget ya saya
kala itu.
Banyak orang tua yang
berpikir, ketika anak sudah di usia remaja, tugasnya mendidik sudah
selesai. Orang tua lalu sibuk sendiri, ingin eksis misalnya. Dan
tanpa disadari kehilangan waktu bersama anak. Akibatnya anak mencari
tempat lain untuk curhat. Hiihiii serem banget ya ...
Seseorang dikatakan
remaja ketika dia berusia 12 hingga 18 tahun, di mana pada saat usia
15 tahun merupakan puncak kegalauan. Saat itu permasalahan yang
dihadapi antara lain; matrealisme, keluarga dan sekolah. Semakin ke
sini tantangan bagi anak – anak semakin berat. Remaja merupakan
korban dari sistem masyarakat modern kapitalis yang diciptakan oleh
masyarakat kapitalis materialis. Contohnya saja berita mengenai
remaja yang terlibat seks komersial demi memenuhi gaya hidup mereka.
Di sini, keluarga tidak berfungsi dengan baik sebagai benteng
pertahanan yang kuat bagi anak dalam menghadapi nilai – nilai
negatif yang datang dari luar. Lebih mengerikan lagi jika ternyata
alternatif keluarga/orang tua bagi anak – anak modern sudah
tergantikan oleh televisi, pembantu maupun teman sebayanya. Bagaimana
dengan sekolah?menurut Buni, sekolah juga bukan tempat untuk
menitipkan anak – anak. Beliau menganjurkan jika memang ingin
menyekolahkan anak ke boarding school atau pesantren sebaiknya ketika
anak sudah berusia lebih dari 15 tahun.
Lalu solusinya bagaimana?
Sebagai makhluk tuhan,
sudah menjadi kewajiban kita mengenalkan dan memperkuat anak – anak
kita dengan pendidikan agama. Jadi ingat dengan almarhum nenek yang
bilang, “ajarkan anakmu dengan agama sedini mungkin. Kelak
agamalah sebagai benteng apapun yang dia lakukan”. Selain itu
bangun Kedewasaan Anak, tanamkan pada remaja kita bahwa apapun yang
kamu lakukan memiliki tujuan. Lalu ajarkan kemandirian, beri
kesempatan mereka untuk belajar, dan mencoba rasa ingin tahu mereka.
Beri kebebasan, biarkan anak mencicipi rasa kecewa, siapkan jaring
pengaman emosi, ajarkan keterampilan hidup, berani mengambil resiko,
berani melewati batas dan bertanggung jawab terhadap konsekuensinya.
Perlu diingat juga,
sebagai orang tua kita wajib mengevalusi diri, berubah terlebih
dahulu, dengarkan perkataan anak dengan tenang, perhatian, tidak
memotong dan menghakimi. Berikan kebebasan kepada anak selama anak
tahu dan mengerti risikonya. Sebaiknya tidaklah mengekang kebebasan anak, demi cita-cita orang tua. Insya Allah semoga kedepannya nanti saya
bisa mendidik, mengawasi dan tetap menjadi sahabat bagi Fadly,
aamiin....
No comments
Post a Comment
Tanda sayang