Foto by kak @Pashatama |
Chirebon atau Cirebon, adalah salah satu kota yang berada di Propinsi Jawa Barat. Dijuluki Kota Udang, Kota Petis atau Kota Wali, kota ini berusia 628 tahun yang sungguh memikat mata dan perut. Rasanya tak cukup sehari berada di kota ini.
Ada banyak objek wisata yang bisa kita datangi jika berkunjung ke Cirebon. Sebut saja Gua Suryaragi, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Keraton Kesepuhan, Keraton Kanoman, dan lainnya. Tak ketinggalan juga aneka kuliner yang menggoda perut. Empal gentong, empal asem, nasi jamblang, nasi lengko, kerupuk melarat, tahu gejrot, mi koclok, mendoan, sate beber dan masih banyak lagi.
Perjalanan saya mengunjungi kota ini pertama kali ketika SD kelas 5. Tak banyak yang saya ingat, selain kota yang cantik dan ramah penduduknya. Namun di 2017 ini, saya kembali mengunjungi Cirebon sebanyak 2 kali. Di awal tahun bersama duoF, kami mendatangi Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan sempat sholat di sana. Lalu dilanjutkan mengunjungi Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman yang unik dan menarik. Tetapi di 12 Desember lalu saya mengunjungi Cirebon untuk sesuatu yang baru bagi saya.
Menuju Cirebon, kita bisa menggunakan kendaraan pribadi, bus maupun kereta api. Saya dan teman - teman blogger memilih menggunakan kereta api hari itu, ya kami diundang PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Indocement) untuk mengunjungi salah satu kompleks pabriknya yang berada di Palimanan, Cirebon. Meeting point kami pagi itu Stasiun Gambir, pukul 6 pagi.
Tepat pukul 7 pagi, kereta yang membawa kami menuju Cirebon pun melaju. Perjalanan memakan waktu kurang dari 3 jam untuk tiba di Stasiun Cirebon. Setelah itu sebuah bus sudah siap mengantar kami menuju ke tempat tujuan kami yang pertama hari itu....
Banyu Panas atau air panas, merupakan objek wisata yang diresmikan pada Oktober 2010. Dikelola oleh koperasi Manunggal Perkasa, objek wisata ini berada di Gempol, Palimanan, dan masih termasuk dalam area Kompleks Pabrik Palimanan, dimana Indocement berkontribusi dalam pembangunannya.
Tempat wisata Banyu Panas, buka setiap hari dengan harga tiket masuk sebesar 10ribu rupiah. Di area ini kita dapat menjumpai playground, saung, musholla dan kolam sumber mata air panas. Jika ingin menikmati pijatan air hangat di tubuh, kita bisa masuk ke dalam kolam permandian dan kolam berendam air panas. Harga tiket masuknya tetap sama, 10ribu rupiah. Dengan membayar tiket masuk, kita dalam menikmati sensasi berendam di kolam air panas dengan suhu antara 38° - 40°c. Saat di dalam lokasi, beberapa kali terdengar pengumuman agar para pengunjung waspada. Jika kepala merasa pusing, segera sudahi berendam di kolam air panas. Lama berendam yang disarankan 10 menit sekali.
Objek wisata Banyu Panas pada tahun 2016 lalu mendapatkan keuntungan bersih mencapai 309 juta rupiah, dengan jumlah wisatawan yang datang hingga 9.500 orang. Buka dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore, sangat cocok digunakan sebagai wisata terapi. Kalau kamu punya penyakit kulit, alergi, atau rematik, berendam di sini sangat dianjurkan. Jika weekend, pengunjung yang datang bisa mencapai 5.000 orang.
Dengan luas lahan hampir 15 ha, keuntungan dari objek wisata Banyu Panas, dikelola bersama oleh Pemda, perangkat desa dan pihak koperasi, hingga mampu menyumbang pendapatan daerah sebesar 89 juta. Agar sumber mata air panas tidak mampet dan tetap mengalir, setiap 1,5 bulan sekali mata air yang ada rutin dibor. Sayang sekali ketika ke sana saya tidak berkesempatan mencobanya. Tetapi beberapa teman yang mencoba sempat berbisik..."enak iih, bikin ketagihan". Lain waktu tentu saya ingin kembali dan mencobanya.
Setelah selesai mengunjungi objek wisata Banyu Panas, rombongan kami segera menuju salah satu aula dalam kompleks pabrik Indocement. Di sana sudah tersedia empal gentong, empal asem, dan sate, yang siap berpindah ke perut kami. Bersama pak Misnen dan pak Lancar dari Pabrik Indocement Palimanan, rombongan kami beristirahat untuk ishoma.
Pusat Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (P4M)
Tujuan kami yang kedua siang itu adalah P4M, sebuah tempat penelitian dan entrepreneur agribisnis, sekaligus tempat belajar dan berlatih bagi masyarakat sekitar dalam meningkatkan pengetahuan di bidang peternakan, pertanian, dan perikanan, sesuai dengan potensi desa yang ada. Beroperasi sejak 2009, P4M bersinergi untuk pemberdayaan masyarakat dan lingkungan sekitar. Dalam kunjungan tersebut, bapak Misnen mengatakan untuk bidang peternakan, masyarakat dipinjamin indukan domba,sapi atau kambing selama 4 bulan, lalu diajari cara selama satu minggu bersama dinas peternakan setempat. Setelahnya anakan lahir, anak domba/sapi/kambing tersebut dapat dibawa pulang dan selanjutnya dirawat oleh masyarakat.
P4M memiliki fasilitas yang lengkap. Mulai dari green house yang berisi berbagai aneka tanaman yang dikembangkan secara hidroponik, kolam ikan lele dan gurame, lahan budidaya tanaman, kebun bibit, laboratorium, peternakan domba, kambing dan sapi, lahan percobaan tanaman pangan dan tanaman sayur hingga kumbung jamur.
Di lahan budidaya tanaman, saya menjumpai kemiri sunan, salah satu tanaman yang dapat diolah sebagai energi alternatif (alternative fluel). Dengan masa tumbuh dan panen hingga tujuh tahun, semua lahan budidaya yang ada ditanami oleh kemiri sunan, berselang seling dengan pohon jarak. Saya teringat ketika berkunjung ke Kompleks Pabrik Citeureup, saya pun menemui kemiri sunan yang ditanam bersama pohon jati di sana. Rupanya Indocement berkeinginan untuk kemiri sunanisasi setiap lahan reklamasi yang ada.
Kemiri sunan |
Pohon jarak |
baca : Mengunjungi Lokasi Program CSR dan Lahan Konservasi Lingkungan Indocement
Tanaman yang ditanam beraneka ragam. Ada tomat, terung, cabe, jeruk limo, mangga, hingga aneka tanaman obat seperti kaca beling, kumis kucing, bawang dayak, tempuyung, jahe merah dan sambung nyawa. Di P4M, kami sempat disuguhi aneka cemilan berupa keripik buah dan minuman yang terbuat dari roseola, yang dikelola dan dipasarkan ke daerah sekitar.
Tak ketinggalan saya dan rombongan melihat kumbung tempat budidaya jamur merang. Pak Langgar yang menemani kami menjelaskan proses budidaya jamur yang ternyata banyak diminati pengepul hingga ke Jakarta.
Kampung Batik Tulis Ciwaringin
Dan sampailah kami pada tujuan akhir kunjungan hari itu, Kampung Batik Ciwaringin. Sejak 2005 hingga 2015 lalu, Indocement berkontribusi dalam bantuan permodalan bagi Kampung Batik Ciwaringin. Terdapat kurang lebih 64 pembatik yang memproduksi batik secara rumahan. Batik yang dihasilkan penduduk Ciwaringin merupakan batik tulis dengan pewarna alami.
Bahan - bahan pewarna alami dapat ditemui di sekitar tempat tinggal masyarakat sekitar, seperti daun mangga(menghasilkan warna kuning kehijauan) indigo fera/nila/tarum (menghasilkan warna biru) secaang, akar mengkudu, kayu tegerang, rambutan, manggis, pohon mahoni( warna coklat), pohon ketapang, hingga pohol jengkol. Itulah mengapa warna - warna yang dihasilkan pun cenderung lembut, tidak terlalu mencolok, dan ternyata lebih diminati konsumen dari luar. Penggunaan pewarna alami di Kampung Batik Ciwaringin mulai marak digunakan sejak ECONID melakukan sosialisasi program pewarna alamiah dan penerapan produksi bersih (Clean Batik Initiative/CBI) pada 2011 lalu.
Proses pewarnaan batik dengan pewarna alami memakan waktu hingga 15 hari. Pada proses pencelupan, harus dilakukan berkali - kali. Karena pewarna alami tidak seterang pewarna sintetis. Begitupula pada saat proses penjemuran, sangat tergantung dengan cuaca dan matahari.
Batik Ciwaringin memiliki khas sebagai berikut;
- Menggunakan pewarna alami
- Pembuatan batik full batikntulis, sehingga membutuhkan kesabaran dan waktu yang lama
- Motif batik lugas dan sederhana (ciri khas batik Sedapur dan Pecutan)
- Karakteristik batik pedalaman
- Produksi khas Ciwaringin
Deretan batik tulis nan cantik |
Di tahun 2017 ini, Kampung Batik Tulis Pewarna Alami memperoleh penghargaan Platinum Tingkat Nasional dari Kementerian Bappenas dalam program Indonesia Sustainable Development Goal Awards (ISDA 2017) CSR Best Practice for MDGs to SDG's Kategori Tanpa Kemiskinan/Pilar 1 Pembangunan Sosial. Keren ya...
Kunjungan ke Kampung Batik Tulis Ciwaringin tadi mengakhiri perjalanan saya dan rombongan hari itu di Cirebon. Terima kasih Indocement, saya sudah berkesempatan melihat 2 kompleks Pabrik Indocement yang mengembangkan program CSRnya. Semoga saya juga kesampaian mengunjungi pabrik Indocement di Kalimantan dan melihat program CSR di sana. Salam!
Pasti rasanya beda kalau pakai batik yang asli dengan pembuatan alami. :D
ReplyDeleteWishlistku: batik indigo. Pengen punya satuuuuu aja. Nabung ah. Hahahha
ReplyDeleteTau nggak apa yang kurang dari perjalanan kemarin?
ReplyDeleteTahu Gejrot yang enak!
:)))
Aku lospokus sekali liat batiknya.
ReplyDeleteMasih terkenang-kenang cantiknya, apalagi yang indigo.
berwisata sekaligus belajar hal-hal baru. menarik nih perjalanannya ke cirebon.
ReplyDeleteSeru ya Mba Perjalanannya. Banyak tempat makan. Yah tapi puaaanaasnya itu pas pantura yak. Bau2 laut menggoda.
ReplyDeletekeren banget ya P4M itu Sall, mudah2an kapan2 gw bisa mampir2 ksana...
ReplyDeleteWah segar nih berendam di air panas. Aku juga suka ke Cirebon, tidak begitu jauh tapi banyak yang bisa dieksplor.
ReplyDelete1 hari aja udah bisa kemana-mana ya, MBak.
ReplyDeletekayanya kurang ya kalau satu hari. Pasti banyak yang belum dijelajah di Cirebon sana
ReplyDeleteCirebon memiliki banyak destinasi menarik, semoga program serupa diterapkan di tempat lainnya.
ReplyDeleteSaya pernah ke Cirebon, kotanya bersih dan banyak lokasi wisata
ReplyDeleteBatiknya bagus-bagus ya mbak, seru banget jalan-jalannya tapi rasanya kurang lama ya mbak biar bisa eksplor temapt-tempat seru lainnya.
ReplyDeletejadi kangen wisata kuliner ke Cirebon yaaaa ... :) Btw, itu batiknya ketjeh2 loh
ReplyDeleteProgram CSRnya keren ya. Jadi oengen maen ke Cirebon lagi deh
ReplyDeleteWahhh sehari ke Cirebon tapi bisa berkunjung ke beberapa tempat ya.
ReplyDeleteAhh Cirebon. Kota yang dekat dengan Jakarta punya segudang tempat seru untuk didatangi ya
ReplyDeleteHadeuh klo ke cirebon cuma dilewatin doank. pingin kapan-kapan bisa menginap
ReplyDeleteTernyata ga cuma menghasilka semen aja ya, berkembang luas ke aspek penghasilan bagi warga setempat. Memperdayakan usaha masyarakat agar dapat penghasilan.
ReplyDeleteWih Cirebon. Itu asal daerahku mbak. Baca ini jadi pengen pulang. 😬
ReplyDeletebelum kesampaian nih aku ke Cirebon. Pengen sama teman teman rumah semoga 2018 bisa terwujud
ReplyDeleteBatiknya baguuuuuuus! Aku belum kesampaian juga main ke Cirebon nih. Semoga tahun ini bisa tercapai deh jalan-jalan ke Cirebon.
ReplyDeleteTerakhir berendam di mata air hangat gini, duluuuu banget. Skrg udah males sama
ReplyDeletePenuhnya. Krn biasanya kan penuh ya klo weekend atau liburan.
Wuih keren ya ada tempat penelitian dan pemberdayaan masyarakat segala. Suka sama perusahaan yg peduli sama masyarakat sekitar :)
ReplyDelete