Hallo semua….
Teman – teman pernah gak merasa jenuh ketika pandemi yang mengharuskan kita berkegiatan dari rumah? Di awal – awal pandemi, beberapa teman saya lihat banyak menghabiskan waktunya dengan bercocok tanam, lainnya coba – coba aneka resep kue, dalgona, bahkan hingga ada yang menerima pesanan aneka makanan selama pandemi.
Kalau saya, saya memilih bercocok tanam, mencoba melakukan hobi untuk mengusir kejenuhan selama di rumah saja. Seupama nenek saya masih ada, beliau pasti bakalan ngakan kalau saya bilang sama mau bercocok tanam, menanam beberapa tanaman hias di rumah. Nenek saya selalalu bilang kalau tangan saya panas, gak cocok menanam tanaman. Bukannya berkembang, yang ada tanaman pada layu dan mati kalau saya yang urus.
Mungkin ada benarnya juga apa yang dibilang nenek saya. Awal – awal beberapa tanaman cabe saya layu dan mengering, padahal rajin saya siram. Lama – lama saya mulai tahu selanya, bagaimana merawat tanaman cabe dan sempat panen beberapa waktu.
Lalu saya pun mulai tertarik memelihara tanaman hias. Tanaman hias yang saya pilih adalah tanaman hias yang mudah dipelihara, tidak memerlukan perawatan ekstra dan air yang sering. Dasar pemalas, saya memilih tanaman yang kuat bertahan di kondisi apapun, seperti keladi dan kaktus.
Alasan saya lainnya mengapa memilih bercocok tanam, saya ingin berkontribusi bagi lingkungan dan mitigasi perubahan iklim. Selagi kita bisa berbuat bagi bagi sesama, mengapa tidak. Terlebih lagi menanam tanaman merupakan suatu usaha untuk mengurangi resiko terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca. Dikhawatirkan di tahun – tahun mendatang kita tidak akan memiliki cadangan air bersih di muka bumi, suhu udara yang panas, kekeringan dan gagal panen akan melanda sejumlah negara. Membayangkannya saja horror, kita akan mewariskan sejumlah masalah pada anak cucu kita nanti.
Terlebih jika kita cermati bahwa beberapa waktu belakangan ini banyak sekali berita mengenai banjir bandang yang terjadi di sejumlah daerah, penebangan liar, penggunaan lahan gambut yang tidak sesuai ketentuan yang ada, kebakaran hutan dan hal – hal yang terjadi pada alam dan merugikan kita.
Jadi mumpung di bulan Oktober, bulan lahirnya Sumpah Pemuda, sebagai #MudaMudiBumi yuk lakukan sesuatu #UntukmuBumiku . Saatnya #TimeforActionIndonesia dengan melakukan sesuatu untuk Indonesia, antara lain :
- Membuang sampah pada tempat, dan lakukan pengelolaan sampah limbah padat dan cair.
- Menjaga kebersihan aliran sungai dan lingkungan tempat tinggal.
- Budidaya pertanian dan perkebunan untuk penghijauan.
- Meminimalisasi penggunaan kertas agar tidak semakin banyak penebangan liar.
"Saya bersumpah untuk selalu membuang sampah pada tempatnya.
Saya bersumpah untuk selalu merawat dan memelihara tanaman – tanaman hias yang saya miliki
Saya bersumpah untuk mengajarkan, mengingatkan dan mencontohnya perilaku – perilaku baik menjaga lingkungan sekitar kepada anak cucu saya, agar Indonesia selalu bersih, sehat, segar dan jauh dari bencana alam".
Hal – hal yang berkaitan dengan perubahan iklim dan mitigasinya seharusnya dimasukkan ke dalam kurikulum pembelajaran sejak dini agar anak Indonesia belajar dan menjaga alam Indonesia agar tetap asri dan indah, dan dapat kita wariskan ke anak cucu kita nanti, setuju kan….
Dengan begitu, rasa cinta generasi muda terhadap lingkungan dan Bumi ini akan tumbuh sejak dini dan lahir inovasi untuk mengatasi krisis iklim. Metode ini membuat kita lebih mudah menyusun sebuah gerakan yang lebih sistematis di masa mendatang, untuk mendorong Indonesia dan juga dunia keluar dari krisis iklim.
Haha aku pun tadinya bertangan panas tapi akhirnya bercocok tanam jugaa
ReplyDelete