expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>>

21 May 2022

Cut The Tosh Ubah Narasi Jadi Aksi Tanpa Basa Basi






Beberapa hari lalu ketemu sedan merah lagi asik buka jendela dan buang botol mineral bekas pakai ke pinggir jalan. Rasanya pengen ngejar tuh mobil dan balikin sampah botol yang dia buang ke jalan, kesel. Kenapa ya persoalan sampah ini gak selesai-selesai, malahan makin hari makin bertambah.

 

Saya pernah ketemu wisatawan asal Italia yang mengeluh betapa banyaknya sampah yang berenang di perairan Indonesia. Sampah – sampah ini keberadaannya merusak ekosistem terumbu karang di lautan kita. Banyak banget ikan – ikan yang mati karena memakan sampah –sampah plastik yang ada. Melansir dari forbes.com, Indonesia menghasilkan sampah plastik di laut sebanyak 56,3 juta kilogram, bahkan Sungai Citarum dinobatkan sebagai sungai paling tercemar di dunia.

 

Mendapat predikat tersebut sih bukan bikin bangga ya, malah malu. Harusnya permasalahan sampah ini menjadi fokus utama bagi setiap orang. Bagaimanapun kita tinggal di Bumi, jadi sudah sewajarnya kita juga menjaga dan melestarikan bumi. Masa iya anak cucu kita nantinya diwariskan Bumi yang carut marut dan penuh dengan sampah, lalu mereka mau tinggal di mana?

 

Zaman now kalau mau banyak orang turut terlibat, hal yang ada harus jadi ramai alias viral. Nah masalah sampah – sampah ini, bisa gak dibuat viral biar netizen bertindak. Hahahaha yang viral biasanya malah urusan rumtang orang ya, urusan sampah mana bisa viral. Bersyukur banget hari gini masih ada orang baik yang mau peduli dengan keberlangsungan lingkungan hidup.  Mereka salah satunya adalah Bapak Sisyantoko atau akrab disapa Cak Toko, dan Ibu Monica Tanuhandaru. Cak Toko merupakan  Direktur Wahana Edukasi Harapan Alam Semesta (WEHASTA), sementara  Ibu Monica adalah founder Yayasan Bambu Lestari.

 

Kenalan dengan WEHASTA dan YAYASAN BAMBU LESTARI



 

WEHASTA merupakan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dibidang lingkungan, dengan visi untuk menjadikan masyarakat lebih peduli, sadar, dan berdaya upaya mandiri untuk melakukan kegiatan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Cak Toko sendiri memang  melakukan hal – hal sederhana seperti memilah sampah di rumah. Ia mengakui bahwa yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan harus dimulai dari diri sendiri dulu, setelah berhasil baru orang lain akan mengikuti.

 

Cak Toko mengatakan bahwa WEHASTA memiliki program Bank Sampah yang berpusat di Surabaya, lantas beliau bilang kalau kampung halamannya di Mojokerto masih memiliki Bank Sampah yang minim dan kurang terperhatikan. Akhirnya Cak Toko lebih fokus untuk mengembangkan Bank Sampah yang ada di Mojokerto.    

 

Cak Toko bilang salah satu kendalanya untuk mengajak masyarakat peduli akan lingkungan sekitar adalah mematahkan mitos yang ada selama ini mengenai popok bayi yang harus dibuang di sungai agar si bayi tetap adem, tetap sejuk. Padahal sampah popok bayi cukup berbahaya bila dibiarkan dan dibuang ke aliran sungai. Cak Toko bilang selain mengandung bahan plastik dan jel, popok bayi juga mengandung berbagai bakteri dari kotoran manusia dimana bakteri dalam popok bayi akan berkembang dan dapat membuat kondisi air berbahaya bagi masyarakat.

 

Yayasan Bambu Lestari yang dinaungi oleh Ibu Monica juga merupakan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat non-profit yang bergerak di bidang peningkatan kualitas bambu untuk kehidupan dan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan, dengan berbasis pada pemberdayaan masyarakat. Yayasan ini mengkampanyekan dan mewujudkan bambu sebagai solusi ekonomi dan ekologi bagi masyarakat pedesaan di Indonesia.

 

Bambu merupakan jenis tanaman yang mampu menyimpan air dengan baik. Satu rumpun bambu mampu menyimpan sekitar 3.000 hingga 5.000 liter air dalam musim hujan. Bambu juga dapat tumbuh di lahan kritis, di lereng, dan mampu menstabilkan lereng sehingga tidak mudah longsor.

Teman – teman inget donk, saat mempertaruhkan kedaulatan negara kita, bangsa Indonesia berjuang menggunakan bambu. Bahkan dibeberapa daerah, bambu dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari bangunan, perabotan rumah, kandang ternak, pagar, hingga diolah jadi makanan.

 

Tak ketinggalan bambu pun bisa dimanfaatkan menjadi berbagai barang yang bernilai jual, seperti kap lampu, keranjang, tudung saji, kursiberbagai hiasan dan lainnya. Gak heran ya kalau bamboo dianggap tanaman emas, bahkan menanam bambu sama saja dengan memiliki cadangan air.

 

Cut The Tosh, Ubah Narasi Jadi Aksi

Banyak gerakan atau kampanye lingkungan hidup yang dibuat oleh perusahaan atau komunitas dan berupaya mengimplementasikannya dalam beragam aksi. Namun seringkali aksi ini berubah jadi narasi, tidak berkelanjutan.

 

Hal ini yang kemudian melatarbelakangi gerakan Cut The Tosh, sebuah gerakan yang mengajak semua pihak untuk sama – sama melakukan aksi nyata ketimbang hanya duduk menciptakan narasi semata. 

 

Adalah Multi Bintang Indonesia (MBI) yang kemudian berperan sebagai penghubung atau hub bagi berbagai pihak yang aktif dalam melaksanakan aksi atau praktik berkelanjutan, sehingga aksi tersebut dapat dilakukan dalam skala yang lebih besar lagi, serta memberikan dampak langsung bagi banyak orang dan komunitas.

 

Ika Noviera, Direktur Corporate Affairs Multi Bintang
Indonesia mengatakan bahwa Cut the Tosh mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk mengubah narasi jadi aksi. Harapan kami, gerakan ini dapat mendorong upaya kolektif dari para pemangku kepentingan, untuk bersama-sama menciptakan kolaborasi yang bermakna untuk meningkatkan skala dan dampak dari praktik keberlanjutan (sustainability).

 

Apa saja sih kegiatan  Cut The Tosh?

  • Tipple Talk,  sebuah thought-provoking forum untuk membicarakan isu seputar lingkungan, sosial, dan responsible consumption.
  • Sustainability Competition/CTT Incubators, yaitu inkubator ide-ide keren dan inovasi terkait keberlanjutan dari mahasiswa-mahasiswa Indonesia.
  • CTT 3 Days Summit, dimana MBI mengundang berbagai penggerak dan pendobrak yang telah berkontribusi dalam ‘meracik Indonesia yang lebih baik’ dengan cara mereka untuk belajar bersama serta berbagi best practices dalam merancang kolaborasi yang lebih berdampak.

 

Multi Bintang Indonesia pun memiliki sejumlah inisiatif seputar lingkungan. Hal ini terlihat dari upaya mereka untuk mencapai “Path to Net Zero Impact”. Hingga saat ini, 28% dari total konsumsi energi di fasilitas produksi Multi Bintang Indonesia berasal dari sumber energi terbarukan, termasuk pemanfaatan biomassa. Di tahun 2025 mendatang, Multi Bintang Indonesia berambisi untuk mencapai 100% penggunaan energi terbarukan dengan menerapkan tenaga surya.

 

Selain itu Multi Bintang Indonesia menggunakan sekam padi yang diperoleh dari kerjasama dengan 700 petani, yang menghasilkan sekitar 30 ton sekam padi setiap bulannya untuk diproses di dalam fasilitas biomassa, yang nantinya akan menghasilkan energi yang digunakan untuk produksi. Multi Bintang Indonesia optimis di 2025 nanti dapat mencapai target 100% penggunaan energi terbarukan untuk semua produksinya.  

 

Multi Bintang Indonesia juga sangat memperhatikan masalah pengelolaan air, hal ini dikarenakan bahan dasar pembuatan bir 95% merupakan air. Program pengelolaan air ini mencakup berbagai inisiatif yang dilakukan dari hulu hingga ke hilir, mulai dari penghijauan hutan hingga pembangunan waste trap yang berfungsi sebagai penangkap sampah agar tidak mengalir di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) hingga ke laut.

Multi Bintang Indonesia juga memiliki inisiatif River2River sebagai langkah edukasi kepada masyarakat akan pentingnya konservasi air dan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, yang diharapkan dapatmemulihkan area hingga 428 ha pada tahun 2025.

 

Dalam acara peluncuran gerakan “Cut The Tosh” di Cohive D.Lab, Menteng, Jakarta Pusat, yang diselenggarakan pada hari Rabu, 18 Mei 2022 lalu, hadir juga Ibu Fainta Negoro, Sustainability and Partnership Lead MBI, menyampaikan Sustainability Report 2021, yang bernaung pada 3 pilar utama, yaitu Lingkungan, Sosial, dan Konsumsi. Dengan mengusung tema “Embracing Differences, Brewing Togetherness” tersebut MBI berharap perusahaan dan lembaga dari berbagai sektor berbeda dapat menciptakan kolaborasi yang bermakna dan menghasilkan manfaat bagi banyak orang dengan mengesampingkan kepentingan dan ambisi masing-masing dan memandang perbedaan sebagai perspektif baru yang saling memperkaya.

 

Untuk itu Multi Bintang Indonesia berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan komunitas lokal,  WEHASTA dan Yayasan Bambu Lestari. Multi Bintang Indonesia turut serta mendukung program Bank Sampah yang dilakukan oleh  WEHASTA, khususnya sampah-sampah yang terdapat di aliran sungai. Sementara dengan Yayasan Bambu Lestari, Multi Bintang Indonesia bekerja sama dalam melakukan pembibitan bambu di lahan seluas lebih dari 35 hektar.

 

Sekarang sudah bukan saatnya berkompetisi, melainkan berkolaborasi. Mari kita stop sekadar bicara, dan ubah jadi perbuatan. Let’s cut the talks, let’s Cut the Tosh!.

No comments

Post a Comment

Tanda sayang

© Cerita Keluarga Fauzi
Maira Gall