Bicara soal pertumbuhan dan perkembangan anak gak ada habisnya. Kelar bahas ASI – MPASI – pilah pilih sekolah, sekarang giliran bahas akademis anak. Sejauh mana sekolah membuat anak menjadi pintar, kreatif, dan inovatif. Beuh serius bener kali ini bahasannya :D
Jadi, beberapa waktu lalu saya
berkesempatan hadir dalam talkshow Creative Thinking for a Creative Child. Acaranya
sendiri diadakan oleh Sampoerna Academy di L’Avenue Building, Pasar Minggu, Jakarta
Selatan. Narasumbernya antara lain Bpk. Triawan Munaf, Kepala Badan
Ekonomi Kreatif Indonesia, Ibu Retno Dewanti Purba, S.Psi, seorang Psikolog
anak, dan ibu Yannik Herawati, Kepala Sekolah Sampoerna Academy. Nama yang
terakhir tidak asing untuk saya. Karena beberapa bulan lalu, saya mengikuti
sebuah acara dimana ibu Yanik juga tampil sebagai salah satu pembicaranya. Kepala Sekolah
yang asyik bin gaul menurut saya.
Di masa yang akan datang,
tantangan yang akan dihadapi anak – anak kita akan semakin besar. Hal ini membuat
orang tua perlu membekali anak – anak mereka dengan pendidikan yang berkualitas
sehingga diharapkan mereka kelak menjadi individu yang kreatif, yang mampu
beradaptasi pada perubahan jaman dan mampu menjawab tantangan. Hal inilah yang
diangkat dalam talkshow yang yang bertajuk "Creative Thinking for Creative Kids"
persembahan Sampoerna Academy dan Komunitas Joy Parenting.
Teman – teman sudah ada yang
pernah mendengar atau tahu mengenai Sampoerna Academy? Sampoerna Academy
merupakan sistem pendidikan terintegrasi pertama di Indonesia yang menerapkan
kurikulum Internasional berkualitas, berbahasa Inggris dan berfokus pada
pendidikan yang berbasis Science, Technology, Engineering, Art dan Math, atau
yang lebih dikenal dengan sekolah STEAM. Didirikan pada tahun 2009, awalnya Sampoerna
Academy ditujukan untuk membantu para siswa pra-sejahtera khususnya anak – anak
SMP yang ingin masuk ke SMA. Mereka
diajarkan menggunakan sistem edukasi berbasis STEAM ini.
Dengan metode pembelajaran ini
para siswa akan belajar bagaimana cara untuk memecahkan dan menganalisa masalah
menggunakan teknologi dan strategi pembelajaran kolaboratif, pendekatan edukasi
dan aktivitas di bidang Sains, Teknologi, Seni, dan Matematika untuk memacu
pemikiran kritis dan kemampuan dalam memecahkan masalah. Saat ini di Sampoerna
Academy dari TK hingga Universitas sudah
mengadaptasi sistem edukasi berbasis STEAM. Sehingga anak – anak sejak dini sudah
diajarkan untuk bekerja dan berkolaborasi. Dan terbukti, lulusan batch pertama Sampoerna
Academy sebanyak 10% dikirim ke Amerika Serikat untuk menuntut ilmu. 3 anak
diantaranya lulus dengan predikat Summa Cum Laude serta memperoleh bea siswa
untuk melanjutkan pendidikannya di sana.
Di Sampoerna Academy terdapat
Student – Parent Advisory Center (SPAC)
yang terbuka bagi siapa saja, khususnya bagi orang tua yang ingin
menyekolahkan anaknya ke Amerika Serikat. DI SPAC orang tua dapat berdiskusi
mengenai hal apapun yang berkaitan dengan system pendidikan Amerika. Sehingga
anak – anak yang akan melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat nantinya dapat
dengan mudah mengikuti kurikulum pendidikan Amerika.
“Saat ini, kreativitas generasi
muda sangatlah diperlukan agar kelak dapat bersaing dan memajukan industri
kreatif Indonesia. Indonesia membutuhkan generasi muda yang tidak hanya pintar,
namun inovatif dan mampu secara kreatif memecahkan masalah, mengambil keputusan
serta berpikir kritis” ujar Pak Triawan Munaf dalam acara tersebut. Artinya, orang tua harus semakin sadar bahwa
selain kepintaran, kreativitas anak merupakan fokus utama yang perlu
diperhatikan. Meskipun setiap orang tua tentunya menginginkan pencapaian
akademi yang baik untuk anak mereka, namun dengan kebutuhan calon generasi
penerus bangsa yang dapat bersaing di tingkat global, orang tua harus berusaha
mencari dan memberikan edukasi berkualitas tinggi yang mampu mendorong
kreativitas anak dan mendukung pencapaian mereka di kemudian hari.
Bicara Ekonomi kreatif, menurut pak Triawan Munaf, Ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan untuk menghasilkan uang dengan hati senang. Mengapa demikian? karena jika dilakukan dengan hati senang, maka kreativitas biasanya akan muncul saat melakukan sesuatu. Ekonomi Kreatif membawahi 16 sub sektor yang berkaitan dengan seni, antara lain Seni Pertunjukan, Film, Fotografi, Fashion, Musik, Kuliner, Arsitektur, Grafik, Video dan lainnya. Di Ekonomi Kreatif leih ditekankan pentingnya exposure seseorang terhadap bidang seni atau kreativitas. Setiap anak dipercaya memiliki bakat dan minat masing – masing, sehingga tugas orang tualah untuk mencari, menemukan dan mengasah bakat dan minat anaknya. Apabila anak merasa bosan, di sinilah orang tua mesti berperan agar anak dapat serius dan disiplin menjalaninya.
Namun demikian, Ibu Retno Dewanti
menjelaskan bahwa kreativitas tidak terbatas hanya kepada kemampuan di bidang
seni. Tetapi juga berhubungan dengan penguasaan/kecakapan di bidang sains, matematika,
serta kecerdasan sosial dan emosional. Retno menegaskan, “Kreativitas tidak hanya
mampu membutuhkan imajinasi dan aspirasi pada anak, namun juga proses disiplin
untuk memacu kemampuan, pengetahuan dan kontrol diri. Orang tua perlu mendukung
kemampuan anak untuk lebih kretaif dengan memastikan edukasi yang diberikan
berkualitas tinggi dan merangsang cara berpikir kreatif".
Bentuk edukasi yang memacu
kreativitas memang tidak serupa dengan sistem edukasi biasa. Sistem pengajaran
semacam ini menekan kemampuan untuk berpikir ‘beda’, dimana anak didorong untuk
memiliki kemampuan berinovasi, memecahkan masalah dengan tepat, kitis serta
dapat mengambil keputtusan dengan cepat dan tanggap. Hal ini dilakukan dengan
merangsang kreativitas melalui penggunaan analogi, metafora, dan pemikiran
visual. Anak – anak didukung untuk lebih bebas dalam mengekspresikan ide,
khususnya dalam pemecahan masalah. “Sistem edukasi ini lebih mengutamakan
proses daripada hasil yang dicapai, “tambah Retno.
Ibu Retno juga menambahkan bahwa
kreativitas tidak dapat dilakukan jika kita tidak memiliki keterbukaan dalam pikiran
untuk menerima hal – hal yang baru. Dalam hal ini jika kita selaku orang tua
terbuka, niscaya anak akan mendapat banyak kesempatan untuk mengapresiasi
keterbukaan.
Kepala Sekolah Sampoerna Academy,
Yannik Herawati mengatakan “ Sampoerna Academy menerapkan kurikulum yang
memungkinkan peserta didik dari Taman Kanak – kanak sampai Sekolah Tingkat
Menengah Atas mendapatkan sistem pengajaran yang mengedepankan creative
thinking dalam keseharian mereka“.
Awal menjalankan Sampoerna
Academy, bu Yannik berusaha untuk mencari tenaga pengajar yang memiliki visi
dan tujuan yang sama dengan dirinya, yaitu membangun kreativitas dan pemikiran
kritis seorang anak. Beliau ingin
membangun sebuah sekolah berkualitas dimana guru merupakan salah satu investasi
di dalamnya. Bu Yahnnik berkeinginan agar semua guru – gurunya dapat berpikir
out of the box dan berpikir bahwa setiap anak memiliki sinarnya masing –
masing. Karena Ibu Yannik yakin bahwa
setiap anak terlahir kreatif. Namun semua itu tergantung bagaimana perkembangan,
pendidikan berkualitas dan pengasuhan yang diberikan kepada anak tersebut.
Anak – anak di abad 21 ini
berbeda dengan generasi kita dibesarkan. Menjadi seorang guru saat ini harus
bisa menempatkan diri mereka dalam pemikiran anak – anak. Harus bisa mencari
tahu bagaimana untuk masuk ke pola pikir mereka.
Sebelum acara berakhir, Komunitas
Joy Parenting memperkenalkan diri. Joy Parenting adalah gerakan sosial yang
digagas oleh 97,9 Female Radio bertujuan untuk menginspirasi dan meningkatkan
kesadaran orag tua akan pola pengasuhan
yang menyenangkan. Pola asuh yang menanamkan kebahagiaan di dalam tumbuh
kembang anak. Karena anak yang bahagia menghasilkan masa depan yang
bahagia. Joy Parenting juga menekankan
bagaimana pentingnya mengembangkan pola hidup sehat, bagaimana mengembangkan
mimpi anak, bagaimana anak memiliki empati, rasa percaya diri, mandiri,
mendapatkan kasih sayang serta bagaimana anak berbudi pekerti yang baik. Hal
inilah yang selalu dishare oleh Joy Parenting melalui akun sosial medianya.
Diharapkan para orang tua dan calon orang tua bisa bersama sama belajar menjadi
Joy Parents yang menghasilkan Joyful Kids dengan Joyful Future untuk Masa Depan
Indonesia yang lebih baik.
Terus terang ini menjadi PR untuk
saya dan pak suami, melihat sisi kreativitas Fadly dan Fara. Namun setelah
mengikuti talkshow ini, saya berkeyakinan
bahwa kami dapat mengembangkan kreativitas mereka berdua. Fadly senang
menciptakan permainan/bangun sedangkan Fara suka menggambar dan bermain lego. Dan
seharian di acara itu Fara senang sekali bisa ikutan bermain “Lego STEAM Learning"
bersama Kana, temannya. Sepanjang perjalanan pulang dari acara, Fara gak habis –
habis bercerita bagaimana serunya bermain lego bersama Kana. Sayang mereka
berdua tak sempat mencicipi berbagai permainan “Playdate Arts &Craft”
karena waktu yang tak memungkinkan. Terima kasih untuk ilmu dan pengetahuannya
hari ini Sampoerna Academy, sampai jumpa lagi....
Iya aku pernah di undang waktu itu ke acara sampoerna di Bogor, dimanjakan pula di glamping huhu.
ReplyDeleteDan sama membahas tentang samprna academy, tentang pentingnya pendidikan dijaman sekarang yang lebih mnegdepankan kreatifitas ya.
Orang pinter mah udah banyak ya, tapi yang bertahan sekarang ini adalah orang yang mempunyai keahlian dan dg kreatifitasnya yang dimiliki.
Penting banget mengembangkan kreatifitas anak sejak dini..agar kelak bisa bersaing dilingkungan yg lebih luas lg.m
ReplyDeleteBu Yahnnik berkeinginan agar semua guru – gurunya dapat berpikir out of the box dan berpikir bahwa setiap anak memiliki sinarnya masing – masing. Karena Ibu Yannik yakin bahwa setiap anak terlahir kreatif. <--- keren banget nih. Yup, generasi sekarang sudah beda dengan dulu, persaingan global semakin ketat ke depannya.
ReplyDeletemelihat sisi kreatif anak biasanya udah keliatan sejak kecil sih mbak menurut saya, tapi ada beberapa anak yag dengan mudahnya bisa keliatan dan ada yang enggak gampang. pandai2 dan jeli2nya orang tuanya aja :D
ReplyDeletewah ada yg bs sampe Amerika..
ReplyDeletebener banget, berpikir kreatif harus diasah. Saatnya menghilangkan pola pikir banyak nanya = bodoh/lemot. dari bertanya kreatifitas semakin terasah
Setuju deh sama bu Retno, harua o0en minded pada hal baru yoo
ReplyDeletebeda generasi beda cara membesarkan anak. pe er banget buat kita para ortu u menggunakan metode yg tepat u anak2 kita
ReplyDeleteJoy parenting,
ReplyDeleteJadi ingat film Inside Out.
Dimana karakter ini adalah pengendali pusat bahagia pada diri.
Nyambung yaa..?
Peer bgt buat mahmud macam saya mba..gmn jd kreatif buat mnghasilkn anak yg kreatif. Krn pintar aja g cukup ya mba
ReplyDelete“Kreativitas tidak hanya mampu membutuhkan imajinasi dan aspirasi pada anak, namun juga proses disiplin untuk memacu kemampuan, pengetahuan dan kontrol diri........
ReplyDeleteImajinasi anak bisa trsalurkan dg baik. Pe.er besar banget buat orangtua ini. Applause bnget buat program pengajaran STEAM ini...
Betul Mbak, pada dasarnya setiap anak itu kreatif. Oleh karena itu, orang tua harus pandai dan jeli melihat bakat anak dan memberikan stimulasi agar bisa berkembang dengan baik.
ReplyDeleteJadi pengen tau lebih banyak tentang sampoerna academy. Bagus, mendukung kemajuan generasi bangsa, ya...
Salut deh sama pemikiran bu Yanik jika tiap anak memiliki keistimewaan sendiri dalam berkembang.btw itu pak Triawan Munaf ayahandanya Sherina munaf y😊😊😊
ReplyDeletesemakin ke sini, semakin jadi tantangan banget ya Mba untuk merawat anak-anak kita. Jadi kepengen cepetnikah punya anak #kode hahahha
ReplyDeleteKonsep parenting sekarang ini lebih memahami karakter anak yang berbeda-beda ya. Ga memaksakan semua anak harus bisa semua hal. Pengen deh ikut event joy parenting ini.
ReplyDeleteAku suka kalau anak kreatif dalam kehidupan sehari2 mba
ReplyDeletesaluut!
ReplyDeletekurikulumnya benar2 beda daripada sekolah lain.
btw apa ada info lanjutan jika ingin menuntut ilmu di sampoerna academy??
coba kunjungi langsung webnya mas
Deletewhooohhhh... *nyimak dan nyatet
ReplyDeletePR nya tu: Menjadi seorang guru saat ini harus bisa menempatkan diri mereka dalam pemikiran anak – anak. Harus bisa mencari tahu bagaimana untuk masuk ke pola pikir mereka.
Jadi orang tua jugaaaaaakkk aaakkkk...
trus panik sendiri
Iya banget nih. Kreatifitas optimal memang sangat diperlukan.
ReplyDelete