Katanya ini, gak tahu kata siapa
pastinya๐ cinta datang dari mata turun ke hati lalu turun ke perut. Itulah
sebabnya almarhumah nenek selalu mengingatkan saya untuk belajar masak agar
nantinya dapat menyenangkan suami dan anak – anak tercinta.
Well, selama ini anak – anak
selalu nampak tulus memuji masakan saya, entah itu ayam goreng, - ayam madu – Tumis Tahu Sosis atau bahkan terkadang telur
ceplok saja dibilang enak dengan gaya yang luar biasa alay. Hihihi mereka pun
gak segan-segan tambah nasi kalau lauknya enak๐๐.
Namun tidak demikian halnya
dengan pak suami. Walaupun jarang komplain mengenai masakan saya, iapun jarang
memuji masakan saya. Kalau ditanya selalu jawabannya “enak”. Kalaupun memang
tidak enak atau bukan seleranya, dia hanya memakan sedikit atau sekedarnya.
Basa basi begitu deh.
Sebagai istri sholehah *kibas
poni* sudah pasti saya ingin menyenangkan suami, eh selera suami. Beberapa menu
masakan ia pun coba saya pelajari. Seperti rendang buatan mama mertua. Wah
untuk hal yang satu ini, saya angkat bendera putih tanda menyerah deh. Saya gak
bakalan bisa mengimbangi kelezatan rendang mama mertua seujung kukupun. Sudah
plek ketiplek saya ikuti resepnya, tetap saja rasanya tidak seenak buatan mama
mertua. Hah...nyerah saja deh, biar mama mertua yang masak hahaha saya bagian
cuci piring saja *mantu durhaka
Selain rendang, ada satu jenis
menu makanan favorit pak suami yang saya gak sanggup untuk memasaknya. Memasak
sekaligus menghidangkan dan memakannya. Hahah yess bilang saya lebay, tapi
memang kenyataannya saya gak suka makan jengkol, bau jengkol bahkan bentuk
jengkol pas hamil. Hahaha segitu sebelnya saya sama si jengkol, padahal dia gak
sebel sama saya.
Lalu apa yang saya mesti lakukan
ketika suatu hari pak suami kasi kode ke saya kalau dia mau makan rendang
jengkol seperti satu masa bersama si mantan. Weksss ๐malesin banget yak bahas
mantan. Tapi demi gak balik ke romansa masa lalu, saya pun mencoba belajar
membuat rendang jengkol.
Ya bayangin saja deh, gak doyan
jengkol eh diminta masak rendang jengkol. Widih, PR banget buat saya. Tapi saya
gak kehabisan akal, cari info sana sini, dan ketemu deh sama Rendang Jengkol
Mak Buncit, referensi dari seorang teman.
Saya pun mencoba order, transfer
dan pesananpun sampai ke rumah. Gak pakai ribet dan lama. Nah giliran
menyajikannya ke pak suami yang rada deg-degan, suka gak ya. Sepengetahuan
saya, pengolahan jengkol pun memerlukan perlakuan khusus agar jengkol tidak
berbau menyengat dan empuk sehingga bumbu yang ada meresap.
Daan ketika pak suami mencobanya,
uhuuuy dia langsung memuji masakan saya. Eiitss...hihihi pak suami gak tahu
kalau saya pesan di Rendang Jengkol Mak Buncit. Pak suami bilang, jengkolnya
tak berbau, empuk, bumbu dan aroma rendangnya meresap. Sama sekali gak terasa
kalau itu jengkol. Perpaduan wangi kelapa ditambah aroma rempahnya sukses menutupi bau
jengkol yang biasanya menyengat. Ditambah lagi ukuran jengkol yang cukup besar,
lembut digigit seakan lumer dimulut. Dan membuat saya tertarik mencicipi ketika
melihat pak suami tanpa ragu tambah nasi. Hihihi ternyata beneran enak, empuk
dan gak pakai bau.
Yess,๐ rasanya yang empuk,
tanpa bau ternyata membuat saya ketagihan. Sepertinya saya bakalan repeat order
lagi. Pssst... pak suami sampai hari ini masih belum tahu loh rendang jengkol
ini bukan buatan saya. Jangan kasi tahu yaaa๐๐
Rendang Jengkol Mak Buncit tersedia
dalam berbagai ukuran; kemasan 175gr
dengan harga Rp25.000,- , kemasan 150gr
dengan harga Rp75.000,- , dan kemasan 1 kg dengan harga Rp135.000,-. Untuk
pengiriman bisa menggunakan jasa pengiriman maupun ojek online. Hihihi
menuliskan ini jadi bikin tambah laper, saya makan dulu yaa๐๐๐๐๐๐
Rendang Jengkol MAK BUNCIT
Telp/WA : 0878-88688058
IG : @rj_makbuncit
Kenapa mesti jengkol si mak? Aku kan gak berani makan jengkol :3 hahaha
ReplyDeleteSalam,
Pink