Saya dibesarkan tanpa kedua orang tua kandung. Saat diusia
sekolah, saya tinggal bersama nenek dan adik ibu. Banyak hal yang ingin saya
ceritakan kepada nenek, tapi saya gak berani, takut membebani pikirannya. Saya
kecil adalah anak yang serba ingin tahu, gak akan menyerah sebelum titik darah
penghabisan.
Namun ketika di Sekolah ada masalah, hanya Oom, adik Ibu
yang saya percaya bisa menyelesaikan masalah saya. Dan entah mengapa beliau
selalu peka, dan tahu kalau saya sedang mengalami kesulitan. Satu sore, saya
melihat Om sedang menyeduh teh untuk menemaninya membaca sebuah kho phing hoo
kesukaannya. Melihat saya berdiri tak jauh dari dapur, beliau memanggil saya
untuk duduk di dekatnya. Oiya, saya dan Om hanya berselisih 10 tahun. Itu
mungkin yang menjadikan kami cukup akrab, layaknya kakak adik.
“kamu kenapa, kok mukanya kusut begitu. Duduk sini yuk, kita
ngeteh bareng. Sudah selesai baca Lima Sekawannya?seru gak?” Om saya membuka
percakapan kami sore itu. Beliau bertanya tentang buku yang sedang saya baca,
tentang serial Ksatria Baja Hitam yang tak sempat ditontonnya, dan tentang
teman – teman saya di Sekolah. Hingga.... “gak tahu kenapa, tapi Dewi tiba –
tiba ngedorong dan ngatain aku” ujar saya, menceritakan prilaku salah seorang
teman di Sekolah. “Terus kamu bales?” tanya oom saya. Ya, siang itu ketika
pulang sekolah, sebut saja Dewi, salah seorang teman SD saya, tidak menerima
hasil pemilihan anggota tim cerdas cermat dan menyerang saya. Ia sempat
mendorong dan memukul saya. Untunglah saya dapat menangkis dan membalas pukulannya.
Dewipun mengancam akan mengadukan hal ini pada kakak. Jujur, awalnya saya
sempat takut. Namun, Om saya menenangkan, dan memberi pengarahan apa yang harus
saya lakukan jika ancaman Dewi terbukti esok hari. Om saya pun menjabarkan
kemungkinan – kemungkinan yang terjadi esok hari. Piiuuuhhh.....untung saja
saya #BeraniBicara dengan oom mengenai permasalahan ini. Kalau tidak, sudah
pasti saya tidak berani masuk sekolah esok pagi.
Teman – teman pernah tidak mengalami kesulitan ketika ingin
mengungkapkan sesuatu kepada keluarga?
Hasil survei SariWangi, sebuah produsen teh terkenal di Indonesia,
mununjukkan bahwa tingkat keterbukaan keluarga Indonesia cenderung amat rendah.
Beberapa responden malah menyatakan kalau mereka mencari topik yang mudah dan
aman saja untuk dibicarakan. Dari hasil survei tersebut menyebutkan 8 dari 10
orang Indonesia gemar sekali ngobrol, tetapi topik yang dibahas pembicaraan
yang ringan saja.
Siang itu, Sariwangi dan Mommiesdaily mengundang para ibu
untuk hadir di Kila Kila Resto yang berlokasi di SCBD, Jakarta. Hadir sebagai
narasumber, psikolog kondang, mbak Ratih Ibrahim, Mona Ratuliu, brand
ambassador SariWangi dan Bapak Johan Lie, Senior Brand Manager SariWangi.
MC Sisca Bekker membuka acara sore itu |
Dalam sesinya, Mbak Ratih Ibrahim mengatakan, “Seringnya
frekuensi bercerita tidak menjamin isi cerita, tidak selalu yang diceritakan
merupakan ungkapan isi hati yang sebenarnya. 2 dari 3 responden menyatakan
alasan kurangnya keterbukaan adalah menghindari konflik. Padahal pembicaraan
yang mendalam di keluarga termasuk hal – hal yang sulit diungkapkan, dapat
membangun relasi yang hangat dan intim, membuat keluarga lebih bahagia, bahkan
mencegah depresi. Untuk itu dibutuhkan suasana yang nyaman dan santai sambil minum
teh, yang berfungsi sebagai mediator dalam membangun suasana hangat dan nyaman
agar individu lebih terbuka”.
Sebagai bentuk komitmen, SariWangi meluncurkan kampanye
#BeraniBicara yang mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih berani
mengungkapkan isi hatinya kepada keluarga. Diharapkan dengan adanya kampanye
ini, keluarga Indonesia akan jauh lebih harmonis
melalui komunikasi yang efektif.
Hal ini senada dengan pernyataan Mona Ratuliu, Brand
Ambassador SariWangi. Menurutnya, fakta
rendahnya keterbukaan dalam keluarga mendorong ia untuk selalu menjaga
komunikasi dalam keluarga. "Sebagai Ibu,
saya sadar memiliki peranan yang penting
untuk terus menjaga kehangatan keluarga. Saya pun seringkali menemukan
tantangan tersendiri untuk mengungkapkan isi hati atau membicarakan hal
personal baik ke suami maupun anak – anak, terutama seputar pola asuh anak dan
membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan. Momen minum teh biasanya saya
jadikan sebagai waktu untuk berkumpul juga berbagi cerita termasuk membicarakan
topik-topik yang sulit sekalipun. Dengan adanya kampanye #BeraniBicara dari
SariWangi, saya lebih termotivasi untuk tidak hanya berani bicara isi hati
tetapi juga mencari solusi akan tantangan – tantangan yang dihadapi dalam keluarga.”
Lewat kampanye #BeraniBicara, SariWangi meluncurkan video
kisah keluarga Mona di Digital yang berisi cerita – cerita bagaimana Keluarga Mona Ratuliu #BeraniBicara
untuk mencari solusi dalam permasalahan yang kerap kali dihadapi oleh Keluarga Indonesia,
dengan ditemani secangkir teh. Teman –
teman sudah ada yang melihat videonya belum?
Dalam kesempatan yang sama, Bapak Johan Lie, Senior Brand Manager
SariWangi juga menjelaskan, “Selama 40 tahun, SariWangi telah menjadi bagian
dari budaya berbagi dalam keluarga Indonesia. Bercerita atau sharing dengan
orang lain memang sudah menjadi kebiasaan di keluarga Indonesia, tetapi
ternyata hasil riset kami menunjukkan setenagh responden hanya mau
mengungkapkan topik yang mudah dan aman saja untuk dibicarakan sehingga
keterbukaan keluarga Indonesia masih menjadi sebuah tantangan.”
Saya ingin, anak – anak saya, Fadly dan Fara pun seperti anak
– anak dalam keluarga Mona, yang #BeraniBicara menyampaikan semua cerita dan
permasalahan yang mereka temui. Karena di dalam keluarga, orang tua khususnya
Ibu juga memiliki peran penting dalam
keluarga sebagai fasilitator untuk memulai percakapan. Ibu memiliki
peran sebagai emotional supporter dalam memberikan dukungan dan kehangatan di
keluarga. Peran Ibu juga untuk menciptakan suasana yang santai dan rileks,
dengan bantuan segelas teh SariWangi yang mengandung teh berkualitas terbaik
bagi keluarga Indonesia. Dibuat dari Teh
asli yang mengandung flavonoid dan theanin di dalamnya memberikan perasaan
rileks, meningkatkan fokus, dan mengurangi stress.
Melalui kampanye #BeraniBicara, SariWangi percaya secangkir
teh dapat hadir sebagai fasilitator bagi keluarga Indonesia dalam mengungkapkan
isi hati dengan bertatap muka langsung, dapat membuat suasana menjadi lebih
hangat dan tenang.
Tidak ketinggalan, SariWangi juga mengajak masyarakat Indonesia
untuk berbagi pengalaman atau cerita mereka di media sosial dengan menggunakan
hastak #BeraniBicara.
“Semoga dengan kampanye #BeraniBicara, kami dapat membantu
dan menginspirasi lebih banyak keluarga Indonesia untuk berani bicara dan
mengungkapkan isi hati, untuk membangun
keharmonisan dalam keluarga Indonesia.”
No comments
Post a Comment
Tanda sayang