Sumber dari sini |
Di suatu waktu, almarhum nenek pernah bercerita mengenai sepak terjangnya ketika muda. Masa itu ia merasa tidak mendapat kesempatan yang sama dengan teman – temannya yang pria. Nenek menganggap ia dikaruniai kecerdasan yang mumpuni bahkan bisa mengungguli teman – teman semasa HIS dulu. Beliau fasih berbahasa Arab, Belanda dan Jepang dalam waktu bersamaan tanpa belajar bahasa secara privat. Ya, nenek saya hidup dan tinggal dalam masa penjajahan.
Waktu itu, nenek lulus
dari HIS dengan nilai yang sempurna, dan diminta oleh gurunya
melanjutkan pendidikan ke MULO di daerah Kecamatan yang jauh dari
rumah. Namun ayah nenek saya menolaknya. Beliau beranggapan anak
perempuan sebaiknya di dapur dan di sumur, mengurus dan merawat
rumah, tanpa memberi kesempatan si anak untuk melanjutkan
pendidikannya.
Namun demikian nenek saya
gak putus asa. Dilarang oleh sang Ayah untuk melanjutkan
pendidikannya ke jejang yang lebih tinggi, nenek akhirnya memilih
masuk pesantren untuk memperdalam bahasa Arab dan ilmu Agama. Yah
memang sudah takdir, di Pesantren pun nenek mendapat nilai yang
sempurna saat itu. Namun lagi – lagi sang Ayah menolaknya ketika ia
diminta untuk berangkat ke Bukit Tinggi untuk memperdalam ilmu Agama
lebih intens lagi.
Saat menjadi istri dan
ibu, nenek tidak ragu dan malu untuk mengembangkan dirinya melalui
berbagai kursus yang ia pelajari. Beliau belajar menjahit, menyulam,
memasak dan membuat kue. Dan kemampuan yang diperolehnya sempat
membantu beliau untuk menghidupi keluarganya. Duh rasanya kalau
menulis tentang nenek saya tak ada habisnya. Buat saya beliau adalah
perempuan pintar yang pernah saya kenal sepanjang hidup.
Awal menikah dulu, nenek
sempat bertanya apa yang saya lakukan setelah menjadi seorang istri
dan seorang ibu?apakah saya tetap bekerja ataukah di rumah saja?.
Karena menurut beliau, sebagai seorang istri dan ibu, kita tidak
boleh berdiam diri, pasrah dengan keadaan. Menjadi seorang ibu
berarti kita dituntut menjadi perempuan pintar. Kan katanya anak yang
pintar lahir dari ibu yang pintar. Pintar tidak hanya berarti lulusan
sekolah tinggi saja. Maksudnya di sini, menjadi perempuan pintar
adalah menjadi perempuan yang tahu menempatkan diri disetiap situasi
yang ada, mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan menjadi
perempuan yang banyak akal sehingga cakap melakukan segala hal dan
mahir dalam melakukan sesuatu. Dan untuk menjadi seorang perempuan
yang pintar, jangan malu dan ragu untuk belajar.
Memangnya kenapa
perempuan harus pintar?
- Menjadi sekolah/madrasah bagi anakIbu adalah guru pertama bagi anak-anaknya, setuju kan?Perempuan yang pintar insya Allah menghasilkan anak yang pintar. Pintar di sini tidak mlulu nilai – nilai di bangku sekolah ya, bisa saja tata krama, sopan santun, dan bahkan ilmu agama. Sebelum anak memasuki usia sekolah, ibulah guru baginya.
- MandiriDalam hal ini bisa saja mandiri dalam hal financial, pekerjaan rumahtangga dan lainnya. Perempuan yang mandiri dan pintar tidak akan banyak bergantung pada suaminya.
- Mampu beradaptasi
Perempuan pintar lebih percaya diri, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
- Berwawasan luas
Meskipun sudah menjadi ibu rumahtangga alias tidak bekerja kantoran lagi, perempuan pintar tetap mampu berdiskusi dengan baik dalam hal apapun dan menjadi sahabat diskusi bagi suaminya.
- Mau mengembangkan diri
Sebagai perempuan kita tetap memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan diri, menerima dan mempelajari hal-hal yang baru. Jadi jangan ragu menjadi ibu rumah tangga maupun menjadi ibu bekerja bukanlah suatu halangan bagi perempuan pintar untuk tetap mengembangkan ketrampilan dan minatnya.
Nah itu deh perempuan pintar versi saya di Kamis
Inspirasi ini. Kalau menurut teman – teman, perempuan pintar itu
seperti apakah?seperti siapakah?
“Percayalah,
Perempuan Pintar adalah Perempuan idaman untuk jadi ibu bagi anak –
anakmu kelak”
Mandiri dalam mengambil keputusan juga loh, pas suami kerja luar kota dan tidak bisa dihubungi. Tiba-tiba anak sakit dan mesti memutuskan sendiri, sering banget aku alamai, Sally.
ReplyDeleteIya mba Wati, gak tergantung suami ya mba
DeleteSetuju dengan mba Sally... ibu pintar keluarga juga pintar... :)
ReplyDeleteBetul mas...
DeleteMenjadi perempuan menurutku emang harus pintar, mba. Demi keluarga dan masa depan anak-anak. Terima kasih telah berbagi. Btw, neneknya mba keren yaa :)
ReplyDeleteSetuju mba...
DeleteIya dan aku baru menyadari setelah beliau gak ada. Hiks telat
Ibu itu guru pertama bagi anak2nya makanya ibu harus pintar dan jangan berhenti belajar
ReplyDeleteBelajar apapun dan kapanpun yaa
DeleteBanyak perempuan yang lebih pintar dari laki-lakinya..
ReplyDeleteAnak pintar biasanya lahir dari perempuan pintar juga...
Dan setiap perempuan wajib memperkaya diri dengan ilmu, apapun...
DeleteWah neneknya hebat Mbak Sally. Bener perempuan itu harus pinter, krn pendidik utam anak adalah ibu (perempuan).
ReplyDeleteTerima kasih mbak, nenek menjadi hebat dengan caranya.
DeleteMesti belajar dr spirit neneknya mbak sally nih ... Tfs ya mbak :)
ReplyDeleteTerima kasih kembali mba..
DeleteKeren nenenknya mba. Semangat juangnya untuk menjadi pintar patut diwarisi generasi sekarang agar makin banyak perempuan pintar..
ReplyDeleteTerima kasih mba...
DeleteWanita harus pintar karna mereka bakal jadi ibu yg mendidik anak2 nya #eeap
ReplyDeleteSiap kak...
DeleteUntuk menjadi wanita pintar setidaknya ita harus terus belajar dan jangan mudah menyerah, karena kita semua akan menjadi panutan bagi anak-anak kita kelak. Terimakasih atas tulisannya yang bermanfaat.
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir mba :)
DeleteSaya setuju banget dengan opini mbk Sally dalam artikel kerennya ini tentang perempuan yng pintar bisa menempatkan diri sebagaimana mestinya.
ReplyDelete