Sabtu minggu lalu sekolah Fara mengadakan pentas seni yang dihadiri oleh kedua orang tua wali murid. Saat itu saya menempati sisi kiri panggung, duduk mojok di samping. Tiba - tiba saya dihampiri seorang ibu yang anaknya adalah teman dekat Fara di sekolah. Kami pun bertukar kabar setelah sebelumnya cipika cipiki dulu.
"Mbak, X sempat lama gak masuk sekolah ya. Fara bilang tangan dan kakinya, sakit. Bekas terbakar, memang benar?" Tanya saya membuka obrolan. "Iya mbak, itu X dan adiknya main di dekat dapur. Saya baru saja mengangkat panci berisi air mendidih, saya taruh di sudut dapur lalu saya tinggal ke luar angkat jemuran. Entah ngapain mereka berdua, yang jelas saya baru ninggalin mereka sebentar, dua - dua ngejerit. Saya langsung lari ngedeketin mereka. Pas saya datangi, itu kaki tangan kesirem air baru mendidih tadi. Dua - duanya kena tangan kaki dan nangis kejer. Saya panik mbak, buru - buru bawa mereka ke kamar mandi, menyiram tangan dan kaki mereka berdua. Bukannya anteng malah makin kejer nangisnya. Akhirnya saya kasi pasta gigi, baru rada dieman. Gak saya bawa ke dokter, udah baikan sih. Tapi jadi berbekas gitu", ujar si ibu dengan raut wajah sedih penuh penyesalan.
Bagi sebagian anak, bermain di dapur merupakan keasikan tersendiri. Mencoba berbagai peralatan memasak, memberikan mereka ide - ide tersendiri. Namun sayangnya jika tidak hati - hati, bahaya mengintai. Seperti cerita ibu X teman Fara tadi. Hmmm....jangankan anak- anak, wong saya saja masih sering terkena cipratan minyak panas ketika menggoreng ayam atau terkena air panas saat menuangkannya ke dalam termos.
Pernah ketika hamil Fadly, saya menggoreng hati ayam yang sudah diungkep. Mungkin si hati ayam masih galau, jadi ketika saya masukkan ke dalam minyak panas, ia tak terima dan seketika sontak berbalik ke arah saya dan mendarat dengan empuk di perut diikuti dengan minyak panas. Duuuh antara kaget, panas dan takut semua jadi satu. Saya sempat menjerit juga, lalu buru - buru memeriksa kulit perut yang terkena lemparan hati ayam tadi. Di sekeliling kulit tempat mendarat si hati ayam, memerah dan rasa panas menjalar dengan cepat. Si mbak di rumah kala itu buru - buru berlari keluar mengambilkan tanaman lidah buaya lalu kemudian mengolesinya di perut saya. Ia bilang itu dilakukannya agar si bayi di dalam perut saya tidak kepanasan😂😂😂😂😂😂
Pengertian Luka Bakar
Luka bakar ialah kerusakan pada daging atau kulit yang disebabkan oleh panas, listrik, zat kimia, gesekan, sinar matahari, suhu dingin atau radiasi. Biasanya kulit yang terkena luka bakar akan memerah, melepuh, mengelupas, hangus dan terjadi pembengkakan. Untuk luka yang disebabkan oleh bahan kimia atau listrik, pasien harus sesegera mungkin dibawa ke UGD rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut
Berdasarkan kedalamannya, luka bakar terdiri dari 3 golongan, yaitu :
- Luka bakar superfisial (derajat satu) yang meliputi lapisan kulit epidermis. Biasanya ditandai dengan kemerahan, rasa nyeri dan bengkak .
- Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam dari derajat satu) kulit yang rusak biasanya meliputi lapisan kulit paling luar yang rusak dan menganggu lapisan dibawahnya. Ditandai dengan gelembung pada kulit yang berisi cairan, bengkak, kemerahan atau bahkan bisa menjadi putih, lembab dan rusak.
- Pada luka bakar tingkat ini, lapisan kulit yang terkena luka bakar tidak berbatas, bahkan bisa sampai ke tulang dan organ dalam. Biasanya ditandai dengan kulit menjadi kering, pucat bahkan putih, namun bisa juga gosong dan menghitam.
Mitos yang beredar di masyarakat untuk mengobati luka bakar bisa menggunakan pasta gigi, kopi, kecap, putih telur, mentega dan isi dari lidah buaya. Sehingga luka bakar yang terjadi justru tidak maksimal diobati, menimbulkan bekas menghitam atau bahkan kecacatan kulit yang permananen.
Berdasarkan mitos dan fenomena yang beredar di masyarakat, Combiphar dan PERAPI (Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Indonesia) mengadakan seminar dan workshop penanganan luka bakar yang diikuti lebih dari 200 peserta yang terdiri dari dokter dan perawat di wilayah Menado, Sulawesi pada Sabtu, 12 Mei 2018 lalu.
Combiphar dan PERAPI Edukasi Tenaga Medis di Menado
Combiphar perusahaan consumer healthcare di Indonesia bekerjasama dengan PERAPI mengadakan seminar dan workshop penanganan luka bakar dengan narasumber sebagai berikut:
- Ni Ketut Sukartiwi, Senior GM Marketing Women's Health and Active Day Care Combiphar
- Dewinta Hutagaol, Senior GM Corporate Communication and Community Development
- dr. Donna Savitri, SpBP - RE, Sekretaris Jenderal PERAPI
- dr. Mendy H Oley, SpBP - RE , Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado
- Weistra Hendrato, VP Customer Healthcare & Wellness and Internasional Operations Combiphar
"Kami sangat bersyukur kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan baik. Ini adalah wujud nyata dalam championing a healty tommorow dengan memberikan edukasi dan memperluas jangkauan informasi terutama bagi para tenaga medis sebagai garda terdepan Healthcare Professional dalam memberikan penanganan yang tepat terhadap pasien darurat luka bakar. Kami yakin informasi ini juga akan memberikan manfat bagi masyarakat luas khususnya di wilayah Menado", ujar Weitarsa.
Selanjutnya beliau menyatakan bahwa kerjasama strategis ini merupakan cara cara efektif untuk memperluas pemahaman tentang luka bakar dan pemilihan obat yang tepat. Kegiatan ini sendiri adalah inisiatif kedua belah pihak untuk mengedukasi frontliner praktisi pelayanan kesehatan melalui materi dan informasi yang tepat, khususnya dalam menaangani pasien - pasien luka bakar ringan maupun berat. Kita masih membutuhkan dokter yang memiliki keahlian dalam menangani luka bakar. Pengetahuan mengenai cara perawatan luka bakar yang tepat dan benar menjadi sangat penting dalam membantu proses penyembuhan luka bakar yang optimal dan meningkatkan kualitas hidup pasien selanjutnya.
Bahkan menurut saya pribadi, tata cara perawatan luka bakar ringan, perlu diketahui setiap ibu, sebagai antisipasi menghadapi tindakan darurat di rumah. Karena menurut data riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan yang dirilis 2013 lalu, luka bakar berada diurutan ke 6 penyebab cedera yang tidak disengaja. Riset tersebut juga menekankan bahwa anak - anak di usia 1- 4 tahun menjadi kelompok umur yang paling rentan terkena luka bakar dengan tingkat prevalensi sampai 1,5%. Fakta ini diperkuat oleh data riset epidemiologi dari sejumlah dokter di RSCM pada 2013- 2015 dimana sebanyak 108 pasien luka bakar berada di kelompok anak- anak usia 1 - 4 tahun.
Hal ini juga dijelaskan oleh Ni Ketut Sukartiwi bahwa kasus luka bakar banyak terjadi pada anak di bawah usia lima tahun dan rata - rata justru terjadi di rumah tangga, seperti yang dialami temannya Fara tadi. "Lebih dari itu, kai ingin mendorong keluarga Indonesia untuk selalu sedia produk obat luka bakar satu diantaranya adalah Mebo sebagai P3K di rumah. Saat ini Mebo telah menjadi pilihan utama dokter untuk penanganan luka bakar di Rumah Sakit. Luka bakar dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan kepada siapa saja. Bukan hanyaakibat api, luka bakar juga sering ditimbulkan dari minyak panas, air panas, maupun benda panas lainnya", ujar Sukartiwi.
Untuk itu Combiphar melalui Mebo salep luka bakar yang sudah ada sejak 2006 dan dipercaya masyarakat untuk menangani luka bakar, memiliki misi untuk mengedukasi masyarakat khususnya para ibu, guna meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mereka engenai pertolongan pertama luka bakar di rumah.
Lalu sebaiknya bagaimana pertolongan pertama dalam menangani luka bakar ?
- Jika terkena luka bakar, jangan panik, jauhkan dari sumber panas/api, segera alirkan air kran ke area luka bakar. Jangan dengan air es atau dengan es ya...
- Lepaskan pakaian atau perhiasan yang menempel atau berada di sekitar area luka bakar untuk mencegah pembengkakan.
- Beri kompres dingin
- Bersihkan luka
- Berikan salep luka bakar yang tepat dan aman bagi kulit.
- Balut luka dengan kasa jika dibutuhkan.
- Minum obat penghilang rasa sakit jika dibutuhkan.
- Jangan gunakan bahan atau obat rumahan seperti pasta gigi, mentega, putih telur dan lainnya.
- Jika dianggap perlu, segera bawa ke petugas kesehatan terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
Berkenalan dengan Mebo, si Salep Luka Bakar
Ada yang tahu Mebo? Mebo adalah Moist Exposed Burn Ointment atau lebih mudah disebut dengan salep luka bakar, diluncurkan pada tahun 2006 dan dipercaya sebagai pilihan untuk perawatan luka bakar di Indonesia.
Sejujurnya saya sendiri pun awam dan baru mendengar tentang Mebo ini. Karena penasaran, saya pun mencari informasi mengenai keberadaan Mebo yang ternyata sudah eksis di 73 negara. Yeee ke mana aja ya saya🙈. Mebo sendiri sudah dikenal baik oleh praktisi pelayanan kesehatan untuk perawatan luka bakar pada unit luka bakar di rumah sakit di kota - kota besar.
Mebo salep luka bakar berisikan bahan - bahan alami yang dapat meredakan nyeri, menyembuhkan dan meminimalisir luka bakar tanpa mengandung antibiotik kimiawi. Mebo terbuat dari ekstrak minyak wijen dan beeswax, yang berfungsi memberikan sensasi moist atau lembab pada area luka sehingga mempercepat penyembuhan luka. Selain ituminyak wijen juga dapat menyerap sisa panas pada area luka bakar, sehingga bisa mengurangi tingkat keparahan luka.
Dalam minyak wijen ternyata terdapat kandungan B-sitosterol yang berfungsi mengurangi peradangan pada luka bakar seperti adanya pembengkakan, kemerahan, gatal, serta meredakan rasa nyeri. Kandungan lipid dan Vitamin E serta K, berfungsi sebagai sumber nutrisi yang dibutuhkan untuk sel - sel pada kulit serta menunjang pemulihan jaringan, sehingga mengurangi potensi timbulnya bekas luka bakar.
Harap diperhatikan ya buibu, Mebo hanya untuk pemakaian luar. Aplikasikan pada luka dengan ketebalan 1mm (oles tipis-tipis) setiap 4 - 6 jam. Salep ini akan bersifat kontraindikasi terhadap pasien yang hipersensitif terhadap minyak wijen (sesame oil).
Mulai sekarang jangan lupa sediakan Mebo di kotak obat P3K di rumah ya buibu sebagai pertolongan pertama. Namun jika luka bakar yang dialami cukup mengkhawatirkan, segera ke rumah sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
duh serem mba pas hamil kecipratan perutna untung ga knp2 y mba
ReplyDeletenext sih emang mesti stock Mebo y mb dirumah sbg antisipasi pertolongan pertama
aman ya kalau bahannya alami
ReplyDeleteAku pun baru tahu loh kalo Mebo ini teryata sudah sampai i 73 negara. Mungkin karena kualitasnya yang sudah tak perlu diragukan lagi ya
ReplyDeleteMakanya kalau goreng2 aku tutup panci wkwkwwkk.
ReplyDeleteIya kalau anak kecil suka kepo ya terutama pas ke dapur tu, liat asap ngebul2 dr panci panas aja kepo. Makanya kudu waspada banget ya mabk tfs
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletewah Mebo bagus ya Mbak, karna terbuat dari bahan2 alami tanpa antibiotik kimia, jd gak perlu khawatir untuk menggunakannya..
ReplyDeleteDi dapur rumah, rentan banget ya kena luka bakar. Apalagi kena air mendidih, minyak panas, atau api kompor. Kudu sedia salep mebo.
ReplyDeleteMakanya aku kadang suka cerewet ke si kecil Mba jangan suka main2 di dapur, terutama kalau nggak ada emaknya. Nah, kalau udah kejadian kaya temenya Fara, duch kasian banged khan anak2. Apalagi data menunjukan anak2 yang menjadi korban luka bakar paling banyak, jadi pengawasan orangtua nggak boleh kendor niyy!
ReplyDeleteNah ini obat yang disediain di rumah... kena luka bakar kudu grecep
ReplyDeletejgn sampe terlambat kudu stok mebo mba buat antisipasi kejadian
ReplyDeleteAkuu kak sally dulu waktu kecil kena luka bakar malah pake odol haha.
ReplyDeleteIya,Mebo kandungannya alami semua, jadi aman dan nyaman
ReplyDeleteMebo ini Kalo buat anak 2 thn boleh gk ?
ReplyDeleteIya nakku mlahh 5 bulan boleh gak tpi di dlm isinya tulisn k g boleh buuat anak dibawah 12 th
ReplyDeleteMbak udah pernah coba pake mebo buat bayinya??
DeleteAman gk mbak?
Soalnya anak saya 16 bulan kena siraman air panas