Tahun ini Fadly memasuki tahun terakhirnya di Sekolah Dasar. Iya, Fadly sekarang kelas 6, mulai masa – masa crutial mengingat saat PPDB nanti, nilai UN masih menjadi penentu apakah ia layak diterima di SMP idaman atau tidak.
Oleh karena itu sejak awal masuk
sekolah ini, saya lebih sedikit ekstra terhadap Fadly. Menanyakan apakah ia
sudah mengerjakan PR setiap malam, mengecek buku latihan dan tugas – tugas sekolah.
Sejujurnya saya jadi lebih parno dan berusaha untuk menemani Fadly belajar di
sela – sela kegiatan lainnya. Di kelas 4 dan kelas 5 kemarin, saya lebih kendor
untuk urusan PR dan tugas sekolah. Bahkan ulangan harian dan saat UAS pun, saya percaya Fadly bisa belajar
sendiri.
Memang sih setiap anak memiliki
kemampuan menguasai pelajaran yang berbeda – beda. Contohnya saja saya dan pak
suami. Kami berdua memiliki kemampuan berbeda dalam menguasai pelajaran di
sekolah, dulu. Kalau saya lebih memilih sejarah dan pengetahuan sosial, pak
suami lebih menyukai matematika, statistik dan segala hal yang berurusan dengan
angka. Jadi wajar saja kalau Fadly pun memiliki minat dan kemampuan menguasai
pelajaran yang berbeda dengan teman – teman lainnya.
Untuk membantu Fadly siap
menghadapi pelajaran di sekolah, kami pun membuat waktu belajar bersama. Saya yakin sebagai orang tua kami harus saling mendukung, berdiri di samping bapak / ibu guru untuk membantu kesuksesan anak, mengarahkan
sesuai dengan minat dan bakatnya.
Sejauh ini Fadly mengalami
kendala di pelajaran matematika. Entah karena ia kurang konsentrasi atau memang
belum mengerti dan menguasainya, mengakibatkan beberapa kali Fadly mendapat
nilai di bawah rata – rata. Pak suami yang berkemampuan dalam hal ini sempat
kecewa dengan hasil yang diterima Fadly. Tetapi saya yakin Fadly sebetulnya
mampu, hanya saja ia mesti aktif mengulang pelajaran yang diterima, agar tidak
mudah lupa.
Ketimbang marah – marah dan
menyalahkan pihak lain, saya lebih memilih instropeksi diri, membenahi pola
pengasuhan yang ada. Apalagi pengasuhan anak
selalu dinamis, mengikuti usia dan tumbuh kembang anak. Beruntung pada tanggal 18 Juli 2019, saya diajak untuk
menghadiri acara bertemakan parenting education “How Discover Your Child’s
Potential” bersama ibu Diana Lie, M.Psi, Psikolog AJT Cog Test, yang
berlangsung di Rojiro Café, Radar Auri, Depok.
Seringkali orang tua memberi label
negatif pada anak, “Nakal, Pemalas, Bodoh” ketika mengetahui anak mengalami
kesulitan belajar atau memahami sesuatu.
Padahal sejatinya orang tua mencari penyebab mengapa anaknya mengalami
kesulitan dalam memahami pelajaran, alih – alih memberi labelling padanya.
Dalam penjelasannya ibu Diana
bilang bahwa orang tua perlu mencari tahu dan memahami profil kognitif anaknya sehingga dapat membantu
anaknya mengatasi kesulitan yang ada. Bagaimana pun juga orang tua turut berperan
dalam kesuksesan anak, selain guru/pendidik di sekolah.
Untuk itu ibu Diana mengatakan
bahwa pola pengasuhan yang tepat dan potensial mapping pada cara belajar ,
dapat membantu anak memahami gaya belajar yang sesuai dengan kecerdasannya. Apa
saja gaya mendidik dalam teori Baumrind ;
- Otoriter : dikenal juga dengan pola pengasuhan tipe pemaksa, dimana anak wajib mengikuti peraturan yang sangat ketat tanpa adanya diskusi. Pola pengasuhan model ini tidak mentolerir adanya kesalahan kecil.
- Otoritaria/demokratif : pola pengasuhan dengan tipe ini sangat disarankan, karena antara orang tua dan anak selalu tercipta diskusi dan keterbukaan. Aturan yang ada pun merupakan hasil kesepakatan orang tua dan anak.
- Permisif : pola pengasuhan ini selalu mengikuti kemauan anak, orang tua selalu ikut campur dan hadir dalam setiap keputusan yang diambil anak. Tipe ini biasanya menganggap anak adalah Raja yang harus selalu diikuti kemauannya, sehingga anak kurang menghargai keberadaan orang tua dan orang lain dalam hidupnya.
- Neglect ( tidak diperdulikan) : sedangkan pola pengasuhan ini membuat anak tidak memiliki control akan dirinya. Tanpa aturan dan tidak memiliki perhatian pada sekitar. Orang tua lebih sering mengganti kehadiran dirinya dalam bentuk uang atau materi karena kesibukan.
Nah kira – kira buibu termasuk
gaya parenting yang mana kah?
Ibu Diana mengingatkan, untuk
mengetahui profil kecerdasan anak, selain memiliki pola pengasuhan yang sesuai,
tidak lupa juga dibutuhkan komunikasi yang baik, dari hati ke hati. Selalu
dengarkan penjelasan anak terlebih dahulu, dan meresponnya kemudian. Saat
berbicara dengan anak, sejajarkan pandangan mata, jangan menganggap anak
seperti bayi yang tak memiliki pendapat. Ketika marah, tenangkan diri terlebih
dahulu, baru kemudian mendiskusikan masalah dan mencari jalan keluarnya.
Sehingga tidak perlu ada keputusan yang dibuat dalam amarah. Tanamkan rasa
percaya pada anak, dan jelaskan hal – hal yang dilarang atau tidak
diperbolehkan, anak akan mengerti. Kedekatan secara fisik tetap perlu, meskipun
mereka telah beranjak besar. Jadi jangan ragu untuk memeluk anak di setiap
kesempatan.
Selain selalu mengedepankan komunikasi dari hati ke hati, ibu Diana Lie juga mengatakan konsisten dalam menerapkan disiplin pada anak, akan membuat pola pengasuhan berjalan dengan sebagaimana mesti dan memudahkan orang tua untuk mencari tahu karakter dan profil kognitif pada anak.
Berkenalan dengan PT Melintas
Cakrawala Indonesia
Siang itu, hadir juga bapak Ari
Kunwidodo, Direktur Utama PT Melintas Cakrawala Indonesia. Dalam kesempatan
tersebut, bapak Ari menjelaskan bahwa PT Melintas Cakrawala
Indonesia merupakan satu – satunya lembaga penyedia tes kognitif yang
menggunakan AJT CogTest di Indonesia. Setelah pengembangan dan penelitian lebih dari
empat tahun, AJT CogTest merupakan Test Kognitif pertama di Indonesia yang
sudah dinormakan sesuai standar internasional.
Di kesempatan kemarin, bapak Aji
menyampaikan mengapa “Tema How to Discover Your Child’s Potential “ dijadikan
pembahasan karena masih banyak orang tua yang bersemangat untuk membantu dan
mendukung anaknya untuk sukses, namun ternyata hal tersebut justru membuat anak
menjadi tertekan dan enggan berusaha
lebih giat.
Oleh karena itu hadirnya AJT
CogTest sebagai alat untuk
mengindentifikasi alat ukur kecerdasan
agar anak bisa belajar secara efektif. Test ini dapat dilakukan oleh
anak usia 5 hingga 18 tahun, di mana test ini sudah dikembangkan bersama
Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada dan tentu saja sudah sesuai dengan
anak Indonesia.
Menurut bapak Ari, AJT CogTest ini juga sudah
dipakai sebagai alat test kecerdasan di beberapa sekolah (pilot project) di
beberapa sekolah, antara lain ; Sekolah Cikal, Sekolah IPEKA, Sekolah PSKD, dan
sekolah anak berkebutuhan khusus. Beliau juga berharap setelah mengikuti acara ini, orang tua yang datang dapat berbagi ilmu parenting dan dapat lebih memahami profil kognitif anak sejak dini.
Saya pun jadinya tertarik ingin mengajak Fadly untuk mencari tahu apa sebenarnya profil kognitif Fadly sehingga bisa lebih optimal lagi dalam belajar. Doakan yaa....
Oiya, untuk informasi lebih lengkap
mengenai test kognitif bisa melalui :
Website : www.melintascakrawala.id
atau bisa langsung datang ke
PT. Melintas Cakrawala Indonesia
Graha Irama 5th floor Unit F
Jl. HR. Rasuna Said X-1 Kav. 1-2 Jakarta 12950
(021) 5261487
email : info@melintascakrawala.id
Mengasuh anak memang bukan perkara sederhana. Ortu harus terus belajar memperbaiki diri untuk memahami. Saya bisa moderat, tapi ada kalanya untuk bbrp hal, saya bisa otoriter. Anak harus tahu bahwa dalam hidup ada yang saklek, ga bisa dikompromikan.
ReplyDeleteBTW, saya tertarik dengan tes kognitif ini. Sejak lama sangat ingin mengikutkan Lintang dalam tes ini.
Saya jadi ingin tahu juga nih. Masih ada beberapa tahun menunggu si kecil saya bisa dicari tahu profil kognitifnya.
ReplyDeleteSaya malah makin tertarik lanjut kuliah psikologi setelah semakin sering membaca tulisan seperti ini, Mba. Doakan saya ya.
Keinginan anak dan orang tua kadang nggak seiring, dan ini menimbulkan friksi juga. Padahal dengan ikut test kognitif kita bisa tahu metode belajar seperti apa yang cocok untuk anak-anak
ReplyDeletemaunya ya pengasuhan demokratif supaya anak biasa membuat pilihan dan bertanggung jawab dengan pilihannya. Tapi ... masih belajar untuk itu supaya ga kebablasan.
ReplyDeletePengasuhan demokratif ini emang lumayan cukup bagus ya, tinggal mencobanya nih..
ReplyDeleteAku belum pernah ketemu abang fadly tpi kangen sm adeknya. Semangat kaka menuntun anak utk masa depan lebih baik ya.
ReplyDeleteWah tahun depan SMP ya?
ReplyDeleteKalau ikutan AJT ini kita akan lebih tau anak bakatnya apa dan bagaimana cara yang tepat untuk mendorong anak maju dan mau belajar gtu ya mbak? Menarik juga ini tesnya mbak. Ini dilakukan di kantornya ya? Blm bisa tes di rumah?
Kalau udah ketahuan bakatnya gampang ya mba ortu tinggal mengarahkn anakku Blum nih coba test AJT,,
ReplyDeleteBisa dibilang apa yang dilakukan anak khususnya yang belum baligh memang buah pola asuh orangtua. Sayapun begitu, jika dirasa anak kurang baik, saya yang lebih sering instrospeksi
ReplyDeletehmm...kalau aku tipe yang mana ya. Semoga aku nanti bisa jadi orang tua yang baik untuk ankku
ReplyDeleteAnak ya memang cermin pola.asuh ortunya ya mau anak mandiri, manja dan penakut ya back to pola asuh awal.Karena ibu terutama adalah madrasah anak prryama ya
ReplyDeleteAnak anak zaman now ini beruntung. Krn org tua mereka cenderung lebih perhatian Dan eksplorasi. Plus rajin nambah ilmu tentang mendidik Dan membesarkan Anak. Ya kayak mbak Sally sekarang ini. Hebat kamu mb
ReplyDeletePengen deh di daerah juga diadakan kegiatan macam ini biar bisa ngambil hikmahnya hahaha
ReplyDeletebisa belajar juga merawat anak jaman now, soalnya masih harus banyak belajar merawat anak yang bener akunya hehehe
Kalo aku termasuk tipe yang mana yah? Semoga nanti pas punya anak tipe ibu yang baik2 aja dan bisa diajak ngobrol sama anak2nya nanti yg pasti sih ga keras kepala
ReplyDeleteSebagai orangtua memang harus pintar memahami pola pengasuhan untuk anak ya
ReplyDeleteSama kayak aku Mbk terus pengen belajar dalam mengasuh anak ini. Intropeksi diri sebeum menyalahkan anak. Aku dan suami juga berbeda minat hehe... aku gak jago deh matematika, suamiku paham banget dasar rumusnya haha...
ReplyDeleteKalau masih ada wiring dari pengasuhan yang dulu, jadi aga susah yaa...bersikap demokratif.
ReplyDeleteHuhuu~
Semoga bisa menjadi orangtua yang terbaik untuk anak-anak.