Setelah hampir 10 tahun resign dari dunia penerbitan, ada banyak hal yang saya kangeni. Salah satunya adalah pameran buku. Selepas kuliah, saya mencoba bekerja di salah satu perusahaan penerbitan yang jaraknya tak jauh dari rumah. Saat itu saya yang punya kemampuan komputer pas-pas an , nekat melamar sebagai tenaga administrasi marketing.
Mulai dari membuat laporan keuangan, petty cash, membuat surat pesanan, mengurus retur pengembalian barang hingga mendisplay buku untuk pameran, saya yang mengerjakan. 10 bulan kerja di sana, saya pun pindah ke perusahaan.....penerbitan, yang kantor asalnya berada di Bandung.
7 tahun saya bekerja sebagai sekretaris penerbitan. Mulai dari urusan surat perjanjian kerja, royalti atau bahkan sekedar mengurus nomor isbn pun saya kerjakan. Itu di luar kegiatan-kegiatan tambahan seperti mengurus keperluan pameran hingga stand by di lokasi pameran sebagai kasir. 😂😂multi tasking kan...
Pengalaman perdana saya seputar pameran buku, di tahun 2002, mengikuti Indonesian Book Fair atau IBF kala itu. Ya display pameran, jadi kasir bahkan ikutan loading barang. Jangan ditanya bagaimana seru dan capeknya 🙈😂😁
Dan hari ini, segala kenangan manis tadi terulang kembali di kepala. Siang tadi, saya dan beberapa teman blogger berkesempatan diundang menghadiri acara pembukaan IIBF 2018 di Plenary Hall, Jakarta.
IIBF ya, jangan salah loh. Indonesia Internasional Book Fair 2018, sejak 2014 lalu merambah Internasional juga, gak mau kalah dengan Frankfurt Book Fair atau London Book Fair yang luasnya 6x lapangan sepak bola.
Di penyelenggaraan yang ke 37 tahun ini, IIBF 2018 berlangsung dari tanggal 12 - 16 September 2018. Diikuti oleh 62 peserta dari Indonesia dengan 110 stand. Tapi tidak hanya dari penerbit atau instansi dalam negeri yang ikutan, ada 17 negara -negara lain yang ikutan dengan 34 stand. Negara - negara tersebut antara lain ; Jerman, Turki, Inggris, Mesir, China, Jepang, Uni Emirat Arab, Singapura, Korea Selatan, Maroko, Thailand, Australia, Arab Saudi, Malaysia, Tunisia, India, dan Arab Saudi.
Ada apa di IIBF 2018
Begitu memasuki ruang Plenary hall, stand besar dan megah langsung menarik mata. Ternyata ini adalah stand dari negara Arab Saudi. Terlihat lalu lalang pria bergamis putih dan mengenakan sorban. Seorang teman mencolek saya dan berbisik "berasa kaya lagi umroh, gue" ujarnya sambil tersenyum mana kala melintas beberapa peserta dari Arab Saudi. Iyes di stand ini, setiap harinya ada pengundian pemenang yang akan beruntung mendapatkan kesempatan Umroh dan Haji langsung dari Kedutaan Besar Arab Saudi. Proses pengundiannya berlangsung pada pukul 19.00 wib setiap harinya. Mana tau rejeki kan...tapi syaratnya harus hadir saat nama pemenang diumumkan ya😀👍.
Pameran buku selalu identik dengan bursa buku murah. Di mana setiap penerbit berlomba - lomba memberikan diskon yang sukses bikin kantong saya jebol. Kali ini ada Zona Kalap, yang menawarkan berbagai diskon yang bikin saya makan tempe dan garem kalau semua buku yang ada dibeli. Yah kapan lagi lihat buku hingga 80% diskonnya, yekan...mana buku anak - anaknya nyaris lengkap dan menggiurkan. *Merem*
Bukan hanya buku anak, buku fiksi dan non fiksi pun hadir bersama di Zona Kalap. Saya yang datang di hari pertama pembukaan sudah pede dan yakin bahwa area ini pasti bakalan sepi, minimal nanti sore deh ramenya. Dugaan saya salah, jam 11.45 antrian mulai mengular, semua meja kasir akhirnya dibuka. 😂Siapa bilang minat literasi negara kita rendah?
Gak hanya buku, aneka stationary, boneka, mainan edukasi, semua diskon. Tuh siapa juga yang gak kalap, gak pandang usia. Wong mas - mas esmud juga kalap lihat gantungan kunci dan kartu remi yang dijual seharga 2 - 7 ribu rupiah.
Zona Kalap jadi program andalan IIBF 2018 ini, ada kurang lebih satu juta buku yang disiapkan. Mulai dari buku anak, fiksi, non fiksi, religi akan memuaskan hobi membaca kamu.
Hadiah doorprize sudah, Zona Kalap untuk bursa buku murah pun ada. Di IIBF 2018 juga menghadirkan Bursa Naskah dan Indonesia Right Fair. Bursa Naskah menjadi ajang pertemuan penulis dan penerbit, ekosistem yang bermanfaat dalam dunia literasi. Ajang pencarian naskah oleh penerbit ini diadakan pada Sabtu 15 September 2018 dari pagi hingga sore hari.
Untuk penerbit dan penulis yang ingin mengetahui perkembangan literasi internasional, ada Indonesia Right Fair (IRF), merupakan pameran hak cipta atau ajang transaksi hak cipta antar penerbit, dimana semua penerbit dapat mempromosikan dan memamerkan buku-buku unggulannya, untuk ditawarkan hak cipta terjemahannya pada penerbit lain. Tahun ini IRF berlangsung selama 3 hari dari tanggal 12 - 14 September 2018, dari pagi hingga sore.
Peresmian IIBF 2018 pada Rabu 12 September 2018 dihadiri oleh ibu Rosidayati Rozalina, Ketua Umum IKAPI, ibu Amalia Safitri, ketua panitia IIBF 2018, bapak Triawan Munaf, ketua BEKRAF serta Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, bapak Dadang Suhendar.
Pada penyelenggaraan IIBF 2018 tahun ini, BEKRAF, Perpusnas dan Pemprov DKI turut serta mendukung kelancaran event tahunan ini. Ibu Amalia bilang kalau selama acara IIBF ini berlangsung, ada 100 acara yang dikemas semenarik mungkin. Mulai dari talkshow, workshop, panel discussion, school competition, diskusi buku, wisata literasi, peluncuran buku dan lainnya. 😂 Bikin betah yaa...
Ibu Rosidayati Rozalina mengatakan beliau sangat senang dengan adanya 17 negara yang turut serta dalam IIBF 2018 ini. "Dengan adanya penerbit asing yang datang, urusan pembelian hak cipta jadi lebih murah dibanding jika kita yang datang ke luar". Harapan beliau, tahun ini lebih banyak lagi copy rights yang terjual.
Dalam acara peresmian ini, ada juga penganugerahan penghargaan IKAPI Award 2018 untuk kategori Literasi Promotor yang jatuh kepada Pustaka Bergerak.
Award selanjutnya adalah Book of The Years dan Writers of The Years, yang diberikan kepada Aroma Karsa karya Dee Lestari dan Bapak Rhenald Kasali sebagai Writer of The Years yang buku - bukunya mudah dipahami, ditulis secara sederhana walaupun itu adalah buku - buku sains dan akademis.
Dalam sambutannya, bapak Rhenald Kasali bilang ketidakhadiran akademis membuat suasana negara menjadi gak damai dan aman. Karena di era informasi ini, data bergerak semakin cepat. Demikian juga pengetahuan berkembang semakin cepat, sehingga jika tidak diimbangi dengan sains bisa saja menimbulkan berita - berita yanv tak jelas asal usul kebenarannya atau hoax.
"Ketidakhadiran akademis akan membuat manusia maunya benar sendiri tanpa mau mendengar"
- Rhenald Kasali -
Mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bapak Dadang menyampaikan bahwa Indonesia memiliki komunitas Gerakan Literasi Indonesia. Harapan beliau, kita gak boleh kalah dengan pameran buku di Jerman (Frankfurt Bookfair) dan Inggris (London Bookfair) yang terkenal dari tahun ke tahun.
Narasumber yang hadir terakhir sekaligus memukul lonceng tanda resmi dibukanya IIBF 2018, bapak Triawan Munaf. Beliau yang baru saja menemani Presiden Jokowi lawatan ke Korea bilang, hingga hari ini ia masih disapa dan diberi ucapan selamat atas kesuksesan Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan Asian Games 2018. Beliau juga berpesan jika IIBF 2018 ini adalah ekosistemnya literasi, penerbit dan penulis. Jika tidak ada ekosistem ini, bagaiman penulis bisa produktif, dan bagaimana penerbit bisa survive.
Nah teman - teman berencana ke sana, kan? Janjian Yuk!
No comments
Post a Comment
Tanda sayang